SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 2 Part 1
Baru Sinopsis, SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 2 Part 1
Pada tayangan episode kedua Cheese In Trap berhasil meraih rating 4% yang berarti naik 1% dari episode sebelumnya. Sepertinya banyak penonton yang mulai jatuh hati dan menggemari drama ini. Alur yang cepat, tokoh-tokoh dengan karakter unik, sarat konflik dan misteri yang melingkupi tokoh Jung membuat pemirsa semakin tidak sabar menunggu kelanjutan drama ini.
Di episode lalu telah diceritakan alasan Seol mencurigai senior Jung. Seol merasa ada sisi gelap dalam diri Jung dibalik senyum manis dan kebaikan yang dia tunjukkan ke teman-temannya. Seol juga merasa Jung telah sengaja memanfaatkan orang-orang di sekelilingnya sebagai alat untuk menjatuhkan Seol dan membuat hari-hari Seol semakin sulit. Penilaian Seol pada Jung tidak berubah meski secara tiba-tiba Jung mendekatinya. Bahkan mengajak Seol makan siang bersama secara personal, padahal Jung selalu mentraktir beberapa teman, tidak pernah hanya berdua saja.
Di episode kali ini akan banyak kejutan yang tidak disangka bahkan sepertinya penonton akan dibuat galau oleh Jung.
Jung tiba-tiba masuk ke kelas prof Kang. Seol terkejut tak menyangka Jung yang datang. Setelah menyapa professor, Jung langsung berjalan menuju keaarah Seol. “Kenapa kau ada di sini?” Tanya prof Kang, sambil meletakkan tasnya Jung menjawab “Aku berganti kelas. Aku merasa kelas ini lebih menyenangkan” kata Jung seraya tersenyum. Seol mencuripandang dan mengalihkan pandangan saat Jung menengok ke arahnya. Jung tersenyum berusaha menyapa Seol yang merutuk dalam hati “Apa yang diinginkan pria ini?” kata Seol dalam hati.
Kelas belum berakhir, namun Seol sibuk membereskan buku dan diktatnya. Perlahan dia memasukkan buku dan laptop ke dalam tas. Jung melirik Seol yang sibuk, dengan tatapan heran. Prof Kang masih bicara, menyampaikan pada para mahasiswa untuk serius belajar supaya tidak menyia-nyiakan uang yang mereka habiskan untuk membayar kuliah. Tepat saat prof Kang menutup kuliah dan pergi keluar, Seol dengan sigap ikut berlari keluar meninggalkan Jung yang memanggilnya.
Hari-hari berikutnya Jung selalu hadir mengajak Seol makan. Namun Seol selalu menghindar. Saat tengah berjalan di luar kampus, Jung mengejar Seol yang jalan dengan terburu-buru. Jung mengajak Seol makan namun Seol menolak. Seol yang mengira Jung masih mengikutinya membalikkan badan berkata dengan kesal “Senior mengapa mengikutiku?...” namun ternyata Jung tengah berada di anak tangga. Jung memasang wajah bertanya tak mengerti. Seol berbalik malu, sementara Jung tertawa kecil.
Seol merasa Jung menghantuinya. Jung seperti tahu dimana Seol berada padahal mereka tidak sedang berada di kelas yang sama, seperti kejadian di lift. Seol yang masuk ke dalam lift terburu-buru menutup pintu lift karena khawatir Jung melihat, namun saat pintu lift nyaris tertutup, tangan Jung menyembul dari luar lift sehingga lift terbuka lagi. Seol melirik kesal. “Seol apa kau sudah makan siang” Tanya Jung. “Iya sudah” jawab Seol. “Tapi sekarang baru pukul 11.30 bagaimana mungkin kau sudah makan?” kata Jung seraya melihat ke arah jam tangannya. “Tidak aku sudah makan dan tadi aku merasa sangat lapar” kata Seol. Namun tiba-tiba perut Seol berbunyi. Dengan gugup Seol memegangi perutnya, sambil menahan malu Seol berkata “aku sudah kenyang, sangat kenyang” di sebelahnya Jung nampak menahan tawa.
Seol merasa Jung seperti terobsesi mengajaknya makan. Secara natural Seol selalu menghindar saat melihat Jung. Seol yang menuruni tangga melihat Jung naik tangga, dia buru-buru berbalik dengan setengah berlari, namun menabrak mahasiswa lain yang tengah turun membawa barang sehingga mereka semua terjatuh. Jung membantu Seol bangun dan memunguti pakaian yang jatuh. Seol merasa sudah cukup. Dia tidak ingin menghindar lagi karena lelah harus kucing-kucingan dengan Jung. “Senior ayo kita bicara di luar” ajak Seol.
Di luar mereka berdiri berhadapan. “Senior aku tahu terakhir kali aku telah salah menuduhmu. Aku minta maaf” kata Seol seraya membungkukkan badan. “Kau benar tapi maaf saja tidak cukup”. “Lalu kau ingin aku melakukan apa?” “Kau harus mentraktirku makan” Seol menatap dengan putus asa “Makan lagi….” Kata Seol dalam hati. “Baiklah ayo kita makan” kata Seol menyerah.
“Maaf kita hanya makan di mini market. Lain kali aku akan mentraktirmu ke tempat yang lebih layak” kata Jung. “Tidak mengapa aku sudah biasa. Terima kasih atas makanannya, selamat makan!” kata Seol seraya membuka bungkus makanannya. Jung nampak kebingungan. Seol memandangnya dengan bertanya-tanya, “Maaf aku sebelumnya tidak pernah makan di tempat seperti ini” kata Jung dengan wajah menyesal, Jung salah membuka bungkus makanannya sehingga bungkusnya malah terbuka semua dan isinya jadi berantakan. “Tukar dengan milikku saja” kata Seol memberikan makanan miliknya dan mengambil makanan yang telah dibuka Jung. “Aku minta maaf karena telah membuatmu tak nyaman dengan mengajak makan. Aku hanya ingin berusaha lebih mengenalmu” kata Jung “Tidak Seol, kau tidak boleh jatuh dalam perangkap! Pria ini seperti ular” seru Seol dalam hati. “Iya tidak apa, lagipula bisa dibilang harusnya hari ini aku yang traktir” kata Seol “Benarkah? Kalau begitu lain kali kita makan yang ditempat yang lebih baik” kata Jung dengan senyum penuh kemenangan “Dasar licik!” umpat Seol dalam hati.
Mereka berjalan bersama di luar kampus. “Kau mau kemana?” Tanya Jung, “Kau sendiri mau kemana?” Tanya Seol “Perpustakaan” kata Jung “aku mau ke gedung manajemen, ada yang harus aku urus” kata Seol dengan gugup. Tiba-tiba seorang gadis manis belari kea rah Seol dan menggilnya “Unnie” kata gadis itu. Seol terlihat senang dan langsung memeluknya. “Ah Young, kau kuliah di sini” Tanya Seol. “Iya kak, aku senang bisa satu kampus denganmu” kata Ah Young. Ah Young melihat Jung dan terperangah. Dia bertanya pada Seol “Siapa dia?” Seol berbalik, sementara Jung menghampiri “Oh ini seniorku dari departemen yang sama” kata Seol “Halo perkenalkan namaku Jung Yoo” kata Jung ramah. “Kau sangat tampan” kata Ah Young berbunga-bunga. “Ah terima kasih” kata Jung. “Ah Young bagaimana kalau kita kesana, Jung juga harus ke perpustakaan” kata Seol dengan panic. “Seol apa kau dekat dengannya?” Tanya Ah Young. “Ah Young biar kuberitahu kau harus berhati-hati terhadap pria dan memilih pria baik” kata Seol “Apa maksudmu senior Jung bukan orang baik” Tanya Ah Young “Ah bukan begitu” kata Seol salah tingkah.
In Ho datang ke universitas tempat Jung kuliah. Dia datang di malam hari saat kampus mulai sepi. Saat berpapasan dengan seseorang In Ho bertanya “Apakah kau tahu dimana jurusan manajemen bisnis? Apakah kau professor?” kata In Ho. Pria yang ternyata tuna wisma itu mengajak In Ho mengikutinya.
Seol tertidur. Dia mendengar suara Jung memanggilnya, “Seol! Seol! Mau makan siang? Seol!” Seol terbangun dan mengeluh “Bahkan aku sampai memimpikannya (Jung)” kata Seol.
Pagi datang, tunawisma yang bertemu dengan In Ho membawa keluar botol minuman dari dalam gedung. Dia berpapasan dengan Seol yang sengaja datang lebih pagi karena ingin mencharge laptopnya.
In Ho terbangun, dia melihat Seol yang lewat dan memanggilnya “Hey kau! Sini” Seol gugup dia pura-pura tidak dengar. “Hei kenapa kau mengabaikannku? Kau aku memnaggilmu” kata In Ho seraya mendekati Seol yang panic karena mengira In Ho adalah tuna wisma. “Apa kau tahu di mana gedung manajemen bisnis?” Tanya In Ho. Seol menggelengkan kepalanya. “bagaimana mungkin kau tak tahu? Kau kan mahasiswa disini” kata In Ho setengah memaksa. Seol yang takut malah terjatuh. In ho berniat membantu Seol bangun ketika tiba-tiba satpam berteriak. Si tuna wisma mengajak In Ho lari. Mereka dikejar-kejar, mereka bersembunyi. In Ho kesal karena dikira tuna wisma. Tuna wisma tersebut meminta uang pada In Ho.
Seol masuk kelas dengan tergesa-gesa seraya mengutuk pertemuannya dengan In Ho yang telah menghambat dia menjalankan rencana. Saat hendak membuka laptopnya, Seol baru sadar bahwa laptopnya pecah di bagian monitor. Seol panic, dia menyimpan tugasnya di harddisk sehingga mau tidak mau harus mengetik ulang. “Min Soo apa kau membawa laptop?” Tanya Seol “Tidak, hari ini aku tidak membawanya” Jung yang duduk di belakang memperhatikan Seol yang panic. Seol bertanya pada Ah Young yang duduk disampingnya, “Apa aku bisa meminjam laptopmu?” Ah Young menolak. Seol baru akan membuka mulut ketika Jae Woo berkata “Tdak bisa” Seol putus asa. Jung menutup laptopnya dan membawanya ke meja Seol. “Pakai punyaku saja” kata Jung. Seol mengucapkan terima kasih lalu mulai mengetik. Dia tidak memperhatikan prof Kang yang mulai mengajar. Jung melirik khawatir ke arah Seol. Saat prof Kang hendak bertanya pada Seol, Jung mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan pada prof Kang, sehingga perhatian prof Kang teralihkan. Seol masih sibuk mengetik. “Baiklah seperti yang sudah dijanjikan, silahkan kumpulkan tugas kalian,” kata prof Kang. Jung mengangkat tangan dan menyanggupi untuk mengumpulkan dan menyerahkannya pada prof Kang.
Satu persatu mahasiswa meninggalkan kelas. Tinggal Seol dan Jung yang tersisa. Jung berdiri di samping Seol yang masih sibuk mengetik. Seol merasa tak nyaman karena Jung “Senior apa perlu kau duduk disitu?” kata Seol “Kenapa? Apa aku mengacaukan pikiranmu?” Tanya Jung. “iya” kata Seol “Aku bersyukur” kata Jung membuat Seol terperangah “Kau sudah membuat pikiranku kacau lebih dulu” Seol melongo “Apa maksudnya?” “hei ayo cepat waktu…” kata Jung mengingatkan.
Jung masih setia menunggu Seol yang sekarang tengah berada di ruang computer. Seol tengah menyetting untuk mencetak tugasnya. Namun yang terjadi print malah error. Seol panic, dia memanggil Jung dengan putus asa “hah kenapa aku selalu sial jiak bersama pria ini” kata Seol. Jung dengan tanggap mencoba memperbaiki computer.
Seol yang terperangkap diantara computer dan Jung merasa malu dan tidak nyaman. Akhirnya dokumen tersebut selesai di print. Nam Joo Yeon tiba-tiba datang dan melihat Jung tengah membantu Seol. “Senior terima kasih, biar aku saja” kata Seol “Tidak perlu, aku berjnji untuk menyerahkan tugas jadi biar aku yang pergi. oh iya kau bisa pinjam buku catatanku, tadi kau tidak memperhatikan kan?” kata Jung perhatian. Seol nampak salah tingkah. Jung meninggalkan ruangan. Nam Joo Yeon menatap penuh cemburu. “Oh coba lihat siapa ini? bukankah kau bilang kau tidak menyukai senior. Tapi coba lihat bagaimana sikapmu barusan” Seol berusaha membantah.
In Ho kesal karena dikira tunawisma oleh Seol. Dia juga merasa kacau karena belum mendapatkan temoat tinggal. Tiba-tiba temannya menghubungi. Seung Keun memberitahu bahwa bos mereka tengah mencari In Ho. “Katakan saja padanya bahwa aku tengah berada di Busan atau bilang saja aku keluar negeri” kata In Ho seraya menutup telepon. Seung Keun terkejut saat tahu bos nya ternyata mendengarkan pembicaraannya. Bos bertanya dimana In Ho. Awalnya Seung Keun menjawab In Ho ada di Seoul atau ke luar negri. Entah masalah apa yang ditimbulkan In Ho hingga si bos terlihat sangat marah.
Jung menyerahkan tugas dari prof Kang ke asisten Heo. Asisten Heo menggunakan kesempatan itu untuk bertanya “apa kau sudah siap untuk lulus semester ini?” “tidak, aku tidak akan lulus semester ini” kata Jung. “Kenapa? Jumlah kreditmu sudah mencukupi. Mahasiswa lain merasa iri karena kau bisa lulus dengan cepat” kata Heo. “Kenapa? Sepertinya kau ingin sekali aku cepat keluar?” kata Jung, menyindir Heo. “Aku tidak akan lulus sekarang, ada hal menyenangkan sehingga aku tidak ingin pergi” kata Jung dengan tatapan mata misterius. Saat ruangan sepi, Nam Joo Yeon datang. Dia melihat di meja ada tumpukan makalah. Nam Joo Yeon melihat makalah Seol. Dia mengambil makalah tersebut. Tak lama Heo datang. “Apa yang kau lakukan di sini? Kata Heo “Ah tidak aku hanya mencari Jung” kata Yeo Nam. “Jung sudah pergi sejak tadi” kata Heo kesal. Tiba-tiba ponselnya bordering. Prof Kang meminta Heo membawakan makalah. Heo segera mengambil tumpukan makalah tanpa menyadari salah satu makalah dibawa oleh Joo Yeon.
Seol yang berada di perpustakaan mengeluhkan biaya perbaikan laptopnya. Saat akan mengerjakan tugas Seol baru ingat usb nya tertinggal di ruang komputer. Saat Seol menuju ke gedung tempat ruang computer berada, dia berpapasan dengan Nam Joo Yeon yang tengah membawa makalah miliki Seol. Melihat Seol, Jung Yeo Nam segera menyembunyikan makalah tersebut dengan gugup. “Bukankah itu (makalah) milikku?” Tanya Seol “berikan padaku” kata Seol, seraya merebutnya dari tangan Jung Yeo Nam. “Tega sekali kau” kata Seol. “Kenapa? Lagipula itu juga bukan hasil kerjamu” kata Nam Joo Yeon. Seol menatap Jung Joo Yeon dengan tatapan kecewa. “Kau benar-benar bermuka dua. Bukankah waktu itu kau sendiri yang bilang kau tidak tertarik pada senior” kata Nam Joo Yeon .
Dia tidak menyadari kedatangan Jung dan Kyung Hwan yang baru keluar dari gedung. “Apa kau menyukai senior?” Tanya Seol “Iya aku menyukainya. Dan setelah melihat perlakuan khusus dari senior terhadapku dan merasakan sendiri, kau juga senang kan?” Seol mencoba membantah tapi tiba-tiba Kyung Hwan berseloroh “Wah baru kali ini aku melihat para gadis bertikai memperebutkan pria. Seperti di drama saja. kau pemeran utamanya Jung” Joo Yeon terkejut. “Seol sebaiknya kau cepat serahkan makalahmu” kata Jung. Seol segera berlari ke dalam gedung. “Senior aku…” “Aku akan berpura-pura tidak mendengar apa yang terjadi hari ini. Setelah ini mintalah maaf kepada Seol” kata Jung “Dan satu lagi, aku tidak pernah memberi perlakuan khusus padamu” kata Jung dengan dingin.
Seol menyerahkan makalahnya kepada prof Kang. “Kau tahu aku tidak bisa menerimanya karena ini sudah terlambat” kata prof Kang. “Aku minta maaf, lain kali tidak akan terjadi lagi. Tolong terimalah” kata Seol. Tiba-tiba Jung datang. “Aku yang bersalah karena tidak melihatnya terselip. Bisakah menukar makalahku dengan makalah milik Seol? Kata Jung seraya membungkukkan badan. “Kau? Jadi ini salahmu?” Tanya prof Kang. “Ya sudah karena ini keidaksengajaan jadi, biarkan ini…” prof Kang menumpuk makalah Seol bersama makalah lainnya. “Tapi tetap kau mendapat nilai B+ karena tidak menyerahkan tugas tepat waktu” kata prof Kang. Jung dan Seol membungkuk berterima kasih.
Saat berjalan keluar, Seol melamun memikirkan nilainya yang sudah pasti B padahal untuk mempertahankan beasiswanya, dia harus mendapat nilai A. Jung seakan dapat membaca pikiran Seol. Dia berkata “Kau tenang saja. Aku akan membantumu untuk tes dan tugas kelompok jadi jangan terlalu dipikirkan” katanya seraya menepuk pundak Seol. Seol terkejut dan memegang pundaknya, bertanya-tanya kenapa Jung begitu baik padanya. “Kau mau kemana? Bagaimana kalau kita makan?” Tanya Jung. Belum sempat menjawab, Jung berkata “Ah…kau tidak makan malam” katanya dengan senyum menggoda.
Eun Taek dan teman-temannya tengah berkumpul di ruang klub. Mereka tengah melakukan vote untuk memilih gadis tercantik di kampus. Nampaknya vote untuk Bora cukup banyak. Bora menelepon Eun Taek yang tak kunjung datang, padahal mereka sudah janjian bertemu. Saat Eun Taek masih asyik bercengkrama dengan teman-temannya, tiba-tiba Bora menerobos masuk. Eun Taek segera menghapus tulisan pada papan dan memasukkan kertas vote ke mulutnya. Bora memarahi Eun Taek sambil memegang kertas yang dia ambil dari mulut Eun Taek. “Hei! Apa kalian anak SMA? Kenapa masih melakukan hal semacam ini?” Tanya Bora. “Kami hanya bersenang-senang saja kok!” kata Eun Taek. “Lalu bagaimana dengan Seol? Dia diperingkat berapa?” Tanya Bora penasaran. “Seol berada di posisi yang sama dengan Min Soo. Mereka bergantian menempati posisi akhir” kata Eun Taek. “Apa? bagaimana mungkin?” kata Bora. “Ini tidak bisa dibiarkan. Aku rasa Seol perlu berdandan dan berkencan” kata Bora. “Apa menurutmu sebaiknya kubatalkan kencan butaku dan mengalihkannya pada Seol ya?” Tanya Bora. Eun Taek terlihat bersemangat “Jadi kau harusnya ikut kencan buta?” Bora mengangguk “Aku setuju kalau Seol yang pergi” kata Eun Taek. Mereka berhifive.
Seol yang berada di perpustakaan mencari kursi yang kosong, namun sayang semua kursi terisi penuh. Seol mendapat telepon dari Bora dan bergegas keluar perpus. Bora meminta Seol untuk setuju mengikuti kencan buta. Seol awalnya menolak. Dia masih berpikir mencari tempat untuk belajar. Tiba-tiba Seol teringat sesuatu. “Eun Taek, apa ruang klub sedang dipakai?” Tanya Seol. “Tidak, tidak ada orang disana” kata Eun Taek, “Kalau begitu pinjamkan aku kunci dan passwordnya” kata Seol bersemangat. “Boleh, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku” kata Eun Taek dengan licik. Seol setuju berkencan. Saat berjalan keluar gedung mereka berpapasan dengan Nam Joo Yeon, Jung dan Kyun Hwan. Jung tersenyum melihat Seol. Nam Joo Yeon melingkarkan tangannya ke lengan Jung “Senior, aku sudah menyiapkan tempat untukmu di perpustakaan. Bagaimana kalau kita ke sana” kata Nam Joo Yeon manja. Jung melepaskan tangan Nam Joo Yeon “Bagaimana kau bisa menyiapkan tempat?” Tanya Jung. “Aku sudah mengaturnya sebelum jam istirahat tadi” kata Joo Yeon. “Seol aku akan menyiapkan tempat untukmu jika kau mau belajar” kata Jung sambil berlalu menuju ke perpustakaan.
Malamnya, Nam Joo Yeon berusaha menghubungi Jung, namun Jung tidak menanggapi. Joo Yeon sangat kesal. Dia melihat ke samping dan menemukan sosok Seol yang tengah berada di balkon gedung klub. Tiba-tiba tuna wisma yang pagi sebelumnya bersama In Ho menarik tangannya, sambil mabuk pria itu mengajak Joo Yeon minum. Dengan kasar Joo Yeon menolak. Pria itu marah-marah. “Paman, jika kau ingin minum pergilah ke gedung itu di lantai 2” kata Joo Yeon seraya menunjuk gedung klub. “di sana ada seorang wamita yang menunggumu da nada beberapa botol soju yang bisa kau nikmati” kata Joo Yeon. Sambil meracau pria itu menuju gedung klub. “Rasakan kau Seol. Itu akibatnya karena kau telah merusak hubunganku dengan senior Jung” kta Joo Yeon dengan senyum sinis.
Seol tengah berkonsentrasi belajar, hingga tak menyadari bahaya yang datang. Joo Yeon berlari ke lapangan parkir seraya memanggil Jung. “Senior, tunggu. Mengapa kau mengabaikan sms dan teleponku?” Tanya Joo Yeon. “oh iya tadi aku melihat Seol tengah bertengkar dengan pengemis. Sepertinya Seol dalam bahaya. Kau tahu Seol kan? Dia sering bicara buruk sehingga orang kesal dan ingin memukulnya” kata Joo Yeon. Jung yang awalnya nampak khawatir segera menyadari maksud Joo Yeon. “Dia tidak akan apa-apa” kata Jung seraya masuk ke mobil. “Nam Joo Yeon, jika kau memang peduli seharusnya kau pergi k epos satpam dan melapor. Sepertinya jarak dari klub ke tempat ini lebih jauh dari jarak k epos satpam. Sebaiknya kau selesaikan urusanmu” kata Jung dengan dingin. Jung membawa mobilnya pergi meninggalkan Joo Yeon yang terperangah.
Seol mendengar bunyi benda pecah. Dia terkejut dan merasa ada yang tak beres. Dengan mengendap-endap dia menuju pintu keluar. Namun saat turun di tangga, si tuna wisma memergoki. Joo Yeon yang kembali ke gedung klub, dari jauh melihat satpam berlari menuju ke dalam gedung.
Seol berusaha melepaskan diri dari genggaman si pria mabuk. Tanpa sengaja tangannya tergores ujung botol yang pecah. Untunglah di saat kritis datang 2 satpam yang langsung meringkus si pria mabuk.
Seol hendah meraih kaleng minuman dari mesin, ketika seseorang mengambil kaleng tersebut dan memberikan padanya. Seol terkejut melihat Jung yang kemudian menyerahkan kaleng minuman itu. “Seol, apa yang terjadi dengan tanganmu?” Tanya Jung. “Oh ini, aku tidak sengaja terluka saat membuka kaleng tuna,” kata Seol. Jung mengernyit, dia tahu Seol berbohong karena luka Seol berada di lengan bawah bukan telapak tangan. Jung menarik Seol dan mengajaknya keluar.
Jung mengobati luka Seol. “Apa kau sudah mengoleskan obat?” Tanya Jung. “Aku sudah membasuh lukanya dengan air” kata Seol. Jung menorehkan obat ke luka Seol dan Seol tampak berusaha menahan perih.
“Biar aku saja yang memakaikannya senior” kata Seol ketika Jung hendak membalut lukanya. “Tidak, kau tidak bisa melakukannya sendiri” kata Jung sambil menutup luka Seol. “Senior, tentang Nam Joo Yeon. Kau tahu dia menyukaimu kan?” Jung tersenyum “Aku tidak memiliki perasaan padanya” kata Jung “Tapi Nam Joo Yeon memiliki perasaan dank au harus menghargainya” kata Seol. Jung memandang Seol “Apa aku sudah melewati batas?” Tanya Seol tidak enak hati. “Seol, kau sungguh menghibur” kata Jung.
SELANJUTNYA SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 2 PART 2
Foto: TvReport, enews24.interest.me dan tvN
Pada tayangan episode kedua Cheese In Trap berhasil meraih rating 4% yang berarti naik 1% dari episode sebelumnya. Sepertinya banyak penonton yang mulai jatuh hati dan menggemari drama ini. Alur yang cepat, tokoh-tokoh dengan karakter unik, sarat konflik dan misteri yang melingkupi tokoh Jung membuat pemirsa semakin tidak sabar menunggu kelanjutan drama ini.
Di episode lalu telah diceritakan alasan Seol mencurigai senior Jung. Seol merasa ada sisi gelap dalam diri Jung dibalik senyum manis dan kebaikan yang dia tunjukkan ke teman-temannya. Seol juga merasa Jung telah sengaja memanfaatkan orang-orang di sekelilingnya sebagai alat untuk menjatuhkan Seol dan membuat hari-hari Seol semakin sulit. Penilaian Seol pada Jung tidak berubah meski secara tiba-tiba Jung mendekatinya. Bahkan mengajak Seol makan siang bersama secara personal, padahal Jung selalu mentraktir beberapa teman, tidak pernah hanya berdua saja.
Di episode kali ini akan banyak kejutan yang tidak disangka bahkan sepertinya penonton akan dibuat galau oleh Jung.
~SINOPSIS Cheese In The Trap Episode 2~
Jung tiba-tiba masuk ke kelas prof Kang. Seol terkejut tak menyangka Jung yang datang. Setelah menyapa professor, Jung langsung berjalan menuju keaarah Seol. “Kenapa kau ada di sini?” Tanya prof Kang, sambil meletakkan tasnya Jung menjawab “Aku berganti kelas. Aku merasa kelas ini lebih menyenangkan” kata Jung seraya tersenyum. Seol mencuripandang dan mengalihkan pandangan saat Jung menengok ke arahnya. Jung tersenyum berusaha menyapa Seol yang merutuk dalam hati “Apa yang diinginkan pria ini?” kata Seol dalam hati.
Kelas belum berakhir, namun Seol sibuk membereskan buku dan diktatnya. Perlahan dia memasukkan buku dan laptop ke dalam tas. Jung melirik Seol yang sibuk, dengan tatapan heran. Prof Kang masih bicara, menyampaikan pada para mahasiswa untuk serius belajar supaya tidak menyia-nyiakan uang yang mereka habiskan untuk membayar kuliah. Tepat saat prof Kang menutup kuliah dan pergi keluar, Seol dengan sigap ikut berlari keluar meninggalkan Jung yang memanggilnya.
Hari-hari berikutnya Jung selalu hadir mengajak Seol makan. Namun Seol selalu menghindar. Saat tengah berjalan di luar kampus, Jung mengejar Seol yang jalan dengan terburu-buru. Jung mengajak Seol makan namun Seol menolak. Seol yang mengira Jung masih mengikutinya membalikkan badan berkata dengan kesal “Senior mengapa mengikutiku?...” namun ternyata Jung tengah berada di anak tangga. Jung memasang wajah bertanya tak mengerti. Seol berbalik malu, sementara Jung tertawa kecil.
Seol merasa Jung menghantuinya. Jung seperti tahu dimana Seol berada padahal mereka tidak sedang berada di kelas yang sama, seperti kejadian di lift. Seol yang masuk ke dalam lift terburu-buru menutup pintu lift karena khawatir Jung melihat, namun saat pintu lift nyaris tertutup, tangan Jung menyembul dari luar lift sehingga lift terbuka lagi. Seol melirik kesal. “Seol apa kau sudah makan siang” Tanya Jung. “Iya sudah” jawab Seol. “Tapi sekarang baru pukul 11.30 bagaimana mungkin kau sudah makan?” kata Jung seraya melihat ke arah jam tangannya. “Tidak aku sudah makan dan tadi aku merasa sangat lapar” kata Seol. Namun tiba-tiba perut Seol berbunyi. Dengan gugup Seol memegangi perutnya, sambil menahan malu Seol berkata “aku sudah kenyang, sangat kenyang” di sebelahnya Jung nampak menahan tawa.
Seol merasa Jung seperti terobsesi mengajaknya makan. Secara natural Seol selalu menghindar saat melihat Jung. Seol yang menuruni tangga melihat Jung naik tangga, dia buru-buru berbalik dengan setengah berlari, namun menabrak mahasiswa lain yang tengah turun membawa barang sehingga mereka semua terjatuh. Jung membantu Seol bangun dan memunguti pakaian yang jatuh. Seol merasa sudah cukup. Dia tidak ingin menghindar lagi karena lelah harus kucing-kucingan dengan Jung. “Senior ayo kita bicara di luar” ajak Seol.
Di luar mereka berdiri berhadapan. “Senior aku tahu terakhir kali aku telah salah menuduhmu. Aku minta maaf” kata Seol seraya membungkukkan badan. “Kau benar tapi maaf saja tidak cukup”. “Lalu kau ingin aku melakukan apa?” “Kau harus mentraktirku makan” Seol menatap dengan putus asa “Makan lagi….” Kata Seol dalam hati. “Baiklah ayo kita makan” kata Seol menyerah.
“Maaf kita hanya makan di mini market. Lain kali aku akan mentraktirmu ke tempat yang lebih layak” kata Jung. “Tidak mengapa aku sudah biasa. Terima kasih atas makanannya, selamat makan!” kata Seol seraya membuka bungkus makanannya. Jung nampak kebingungan. Seol memandangnya dengan bertanya-tanya, “Maaf aku sebelumnya tidak pernah makan di tempat seperti ini” kata Jung dengan wajah menyesal, Jung salah membuka bungkus makanannya sehingga bungkusnya malah terbuka semua dan isinya jadi berantakan. “Tukar dengan milikku saja” kata Seol memberikan makanan miliknya dan mengambil makanan yang telah dibuka Jung. “Aku minta maaf karena telah membuatmu tak nyaman dengan mengajak makan. Aku hanya ingin berusaha lebih mengenalmu” kata Jung “Tidak Seol, kau tidak boleh jatuh dalam perangkap! Pria ini seperti ular” seru Seol dalam hati. “Iya tidak apa, lagipula bisa dibilang harusnya hari ini aku yang traktir” kata Seol “Benarkah? Kalau begitu lain kali kita makan yang ditempat yang lebih baik” kata Jung dengan senyum penuh kemenangan “Dasar licik!” umpat Seol dalam hati.
Mereka berjalan bersama di luar kampus. “Kau mau kemana?” Tanya Jung, “Kau sendiri mau kemana?” Tanya Seol “Perpustakaan” kata Jung “aku mau ke gedung manajemen, ada yang harus aku urus” kata Seol dengan gugup. Tiba-tiba seorang gadis manis belari kea rah Seol dan menggilnya “Unnie” kata gadis itu. Seol terlihat senang dan langsung memeluknya. “Ah Young, kau kuliah di sini” Tanya Seol. “Iya kak, aku senang bisa satu kampus denganmu” kata Ah Young. Ah Young melihat Jung dan terperangah. Dia bertanya pada Seol “Siapa dia?” Seol berbalik, sementara Jung menghampiri “Oh ini seniorku dari departemen yang sama” kata Seol “Halo perkenalkan namaku Jung Yoo” kata Jung ramah. “Kau sangat tampan” kata Ah Young berbunga-bunga. “Ah terima kasih” kata Jung. “Ah Young bagaimana kalau kita kesana, Jung juga harus ke perpustakaan” kata Seol dengan panic. “Seol apa kau dekat dengannya?” Tanya Ah Young. “Ah Young biar kuberitahu kau harus berhati-hati terhadap pria dan memilih pria baik” kata Seol “Apa maksudmu senior Jung bukan orang baik” Tanya Ah Young “Ah bukan begitu” kata Seol salah tingkah.
In Ho datang ke universitas tempat Jung kuliah. Dia datang di malam hari saat kampus mulai sepi. Saat berpapasan dengan seseorang In Ho bertanya “Apakah kau tahu dimana jurusan manajemen bisnis? Apakah kau professor?” kata In Ho. Pria yang ternyata tuna wisma itu mengajak In Ho mengikutinya.
Seol tertidur. Dia mendengar suara Jung memanggilnya, “Seol! Seol! Mau makan siang? Seol!” Seol terbangun dan mengeluh “Bahkan aku sampai memimpikannya (Jung)” kata Seol.
Pagi datang, tunawisma yang bertemu dengan In Ho membawa keluar botol minuman dari dalam gedung. Dia berpapasan dengan Seol yang sengaja datang lebih pagi karena ingin mencharge laptopnya.
In Ho terbangun, dia melihat Seol yang lewat dan memanggilnya “Hey kau! Sini” Seol gugup dia pura-pura tidak dengar. “Hei kenapa kau mengabaikannku? Kau aku memnaggilmu” kata In Ho seraya mendekati Seol yang panic karena mengira In Ho adalah tuna wisma. “Apa kau tahu di mana gedung manajemen bisnis?” Tanya In Ho. Seol menggelengkan kepalanya. “bagaimana mungkin kau tak tahu? Kau kan mahasiswa disini” kata In Ho setengah memaksa. Seol yang takut malah terjatuh. In ho berniat membantu Seol bangun ketika tiba-tiba satpam berteriak. Si tuna wisma mengajak In Ho lari. Mereka dikejar-kejar, mereka bersembunyi. In Ho kesal karena dikira tuna wisma. Tuna wisma tersebut meminta uang pada In Ho.
Seol masuk kelas dengan tergesa-gesa seraya mengutuk pertemuannya dengan In Ho yang telah menghambat dia menjalankan rencana. Saat hendak membuka laptopnya, Seol baru sadar bahwa laptopnya pecah di bagian monitor. Seol panic, dia menyimpan tugasnya di harddisk sehingga mau tidak mau harus mengetik ulang. “Min Soo apa kau membawa laptop?” Tanya Seol “Tidak, hari ini aku tidak membawanya” Jung yang duduk di belakang memperhatikan Seol yang panic. Seol bertanya pada Ah Young yang duduk disampingnya, “Apa aku bisa meminjam laptopmu?” Ah Young menolak. Seol baru akan membuka mulut ketika Jae Woo berkata “Tdak bisa” Seol putus asa. Jung menutup laptopnya dan membawanya ke meja Seol. “Pakai punyaku saja” kata Jung. Seol mengucapkan terima kasih lalu mulai mengetik. Dia tidak memperhatikan prof Kang yang mulai mengajar. Jung melirik khawatir ke arah Seol. Saat prof Kang hendak bertanya pada Seol, Jung mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan pada prof Kang, sehingga perhatian prof Kang teralihkan. Seol masih sibuk mengetik. “Baiklah seperti yang sudah dijanjikan, silahkan kumpulkan tugas kalian,” kata prof Kang. Jung mengangkat tangan dan menyanggupi untuk mengumpulkan dan menyerahkannya pada prof Kang.
Satu persatu mahasiswa meninggalkan kelas. Tinggal Seol dan Jung yang tersisa. Jung berdiri di samping Seol yang masih sibuk mengetik. Seol merasa tak nyaman karena Jung “Senior apa perlu kau duduk disitu?” kata Seol “Kenapa? Apa aku mengacaukan pikiranmu?” Tanya Jung. “iya” kata Seol “Aku bersyukur” kata Jung membuat Seol terperangah “Kau sudah membuat pikiranku kacau lebih dulu” Seol melongo “Apa maksudnya?” “hei ayo cepat waktu…” kata Jung mengingatkan.
Jung masih setia menunggu Seol yang sekarang tengah berada di ruang computer. Seol tengah menyetting untuk mencetak tugasnya. Namun yang terjadi print malah error. Seol panic, dia memanggil Jung dengan putus asa “hah kenapa aku selalu sial jiak bersama pria ini” kata Seol. Jung dengan tanggap mencoba memperbaiki computer.
Seol yang terperangkap diantara computer dan Jung merasa malu dan tidak nyaman. Akhirnya dokumen tersebut selesai di print. Nam Joo Yeon tiba-tiba datang dan melihat Jung tengah membantu Seol. “Senior terima kasih, biar aku saja” kata Seol “Tidak perlu, aku berjnji untuk menyerahkan tugas jadi biar aku yang pergi. oh iya kau bisa pinjam buku catatanku, tadi kau tidak memperhatikan kan?” kata Jung perhatian. Seol nampak salah tingkah. Jung meninggalkan ruangan. Nam Joo Yeon menatap penuh cemburu. “Oh coba lihat siapa ini? bukankah kau bilang kau tidak menyukai senior. Tapi coba lihat bagaimana sikapmu barusan” Seol berusaha membantah.
In Ho kesal karena dikira tunawisma oleh Seol. Dia juga merasa kacau karena belum mendapatkan temoat tinggal. Tiba-tiba temannya menghubungi. Seung Keun memberitahu bahwa bos mereka tengah mencari In Ho. “Katakan saja padanya bahwa aku tengah berada di Busan atau bilang saja aku keluar negeri” kata In Ho seraya menutup telepon. Seung Keun terkejut saat tahu bos nya ternyata mendengarkan pembicaraannya. Bos bertanya dimana In Ho. Awalnya Seung Keun menjawab In Ho ada di Seoul atau ke luar negri. Entah masalah apa yang ditimbulkan In Ho hingga si bos terlihat sangat marah.
Jung menyerahkan tugas dari prof Kang ke asisten Heo. Asisten Heo menggunakan kesempatan itu untuk bertanya “apa kau sudah siap untuk lulus semester ini?” “tidak, aku tidak akan lulus semester ini” kata Jung. “Kenapa? Jumlah kreditmu sudah mencukupi. Mahasiswa lain merasa iri karena kau bisa lulus dengan cepat” kata Heo. “Kenapa? Sepertinya kau ingin sekali aku cepat keluar?” kata Jung, menyindir Heo. “Aku tidak akan lulus sekarang, ada hal menyenangkan sehingga aku tidak ingin pergi” kata Jung dengan tatapan mata misterius. Saat ruangan sepi, Nam Joo Yeon datang. Dia melihat di meja ada tumpukan makalah. Nam Joo Yeon melihat makalah Seol. Dia mengambil makalah tersebut. Tak lama Heo datang. “Apa yang kau lakukan di sini? Kata Heo “Ah tidak aku hanya mencari Jung” kata Yeo Nam. “Jung sudah pergi sejak tadi” kata Heo kesal. Tiba-tiba ponselnya bordering. Prof Kang meminta Heo membawakan makalah. Heo segera mengambil tumpukan makalah tanpa menyadari salah satu makalah dibawa oleh Joo Yeon.
Seol yang berada di perpustakaan mengeluhkan biaya perbaikan laptopnya. Saat akan mengerjakan tugas Seol baru ingat usb nya tertinggal di ruang komputer. Saat Seol menuju ke gedung tempat ruang computer berada, dia berpapasan dengan Nam Joo Yeon yang tengah membawa makalah miliki Seol. Melihat Seol, Jung Yeo Nam segera menyembunyikan makalah tersebut dengan gugup. “Bukankah itu (makalah) milikku?” Tanya Seol “berikan padaku” kata Seol, seraya merebutnya dari tangan Jung Yeo Nam. “Tega sekali kau” kata Seol. “Kenapa? Lagipula itu juga bukan hasil kerjamu” kata Nam Joo Yeon. Seol menatap Jung Joo Yeon dengan tatapan kecewa. “Kau benar-benar bermuka dua. Bukankah waktu itu kau sendiri yang bilang kau tidak tertarik pada senior” kata Nam Joo Yeon .
Dia tidak menyadari kedatangan Jung dan Kyung Hwan yang baru keluar dari gedung. “Apa kau menyukai senior?” Tanya Seol “Iya aku menyukainya. Dan setelah melihat perlakuan khusus dari senior terhadapku dan merasakan sendiri, kau juga senang kan?” Seol mencoba membantah tapi tiba-tiba Kyung Hwan berseloroh “Wah baru kali ini aku melihat para gadis bertikai memperebutkan pria. Seperti di drama saja. kau pemeran utamanya Jung” Joo Yeon terkejut. “Seol sebaiknya kau cepat serahkan makalahmu” kata Jung. Seol segera berlari ke dalam gedung. “Senior aku…” “Aku akan berpura-pura tidak mendengar apa yang terjadi hari ini. Setelah ini mintalah maaf kepada Seol” kata Jung “Dan satu lagi, aku tidak pernah memberi perlakuan khusus padamu” kata Jung dengan dingin.
Seol menyerahkan makalahnya kepada prof Kang. “Kau tahu aku tidak bisa menerimanya karena ini sudah terlambat” kata prof Kang. “Aku minta maaf, lain kali tidak akan terjadi lagi. Tolong terimalah” kata Seol. Tiba-tiba Jung datang. “Aku yang bersalah karena tidak melihatnya terselip. Bisakah menukar makalahku dengan makalah milik Seol? Kata Jung seraya membungkukkan badan. “Kau? Jadi ini salahmu?” Tanya prof Kang. “Ya sudah karena ini keidaksengajaan jadi, biarkan ini…” prof Kang menumpuk makalah Seol bersama makalah lainnya. “Tapi tetap kau mendapat nilai B+ karena tidak menyerahkan tugas tepat waktu” kata prof Kang. Jung dan Seol membungkuk berterima kasih.
Saat berjalan keluar, Seol melamun memikirkan nilainya yang sudah pasti B padahal untuk mempertahankan beasiswanya, dia harus mendapat nilai A. Jung seakan dapat membaca pikiran Seol. Dia berkata “Kau tenang saja. Aku akan membantumu untuk tes dan tugas kelompok jadi jangan terlalu dipikirkan” katanya seraya menepuk pundak Seol. Seol terkejut dan memegang pundaknya, bertanya-tanya kenapa Jung begitu baik padanya. “Kau mau kemana? Bagaimana kalau kita makan?” Tanya Jung. Belum sempat menjawab, Jung berkata “Ah…kau tidak makan malam” katanya dengan senyum menggoda.
Eun Taek dan teman-temannya tengah berkumpul di ruang klub. Mereka tengah melakukan vote untuk memilih gadis tercantik di kampus. Nampaknya vote untuk Bora cukup banyak. Bora menelepon Eun Taek yang tak kunjung datang, padahal mereka sudah janjian bertemu. Saat Eun Taek masih asyik bercengkrama dengan teman-temannya, tiba-tiba Bora menerobos masuk. Eun Taek segera menghapus tulisan pada papan dan memasukkan kertas vote ke mulutnya. Bora memarahi Eun Taek sambil memegang kertas yang dia ambil dari mulut Eun Taek. “Hei! Apa kalian anak SMA? Kenapa masih melakukan hal semacam ini?” Tanya Bora. “Kami hanya bersenang-senang saja kok!” kata Eun Taek. “Lalu bagaimana dengan Seol? Dia diperingkat berapa?” Tanya Bora penasaran. “Seol berada di posisi yang sama dengan Min Soo. Mereka bergantian menempati posisi akhir” kata Eun Taek. “Apa? bagaimana mungkin?” kata Bora. “Ini tidak bisa dibiarkan. Aku rasa Seol perlu berdandan dan berkencan” kata Bora. “Apa menurutmu sebaiknya kubatalkan kencan butaku dan mengalihkannya pada Seol ya?” Tanya Bora. Eun Taek terlihat bersemangat “Jadi kau harusnya ikut kencan buta?” Bora mengangguk “Aku setuju kalau Seol yang pergi” kata Eun Taek. Mereka berhifive.
Seol yang berada di perpustakaan mencari kursi yang kosong, namun sayang semua kursi terisi penuh. Seol mendapat telepon dari Bora dan bergegas keluar perpus. Bora meminta Seol untuk setuju mengikuti kencan buta. Seol awalnya menolak. Dia masih berpikir mencari tempat untuk belajar. Tiba-tiba Seol teringat sesuatu. “Eun Taek, apa ruang klub sedang dipakai?” Tanya Seol. “Tidak, tidak ada orang disana” kata Eun Taek, “Kalau begitu pinjamkan aku kunci dan passwordnya” kata Seol bersemangat. “Boleh, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku” kata Eun Taek dengan licik. Seol setuju berkencan. Saat berjalan keluar gedung mereka berpapasan dengan Nam Joo Yeon, Jung dan Kyun Hwan. Jung tersenyum melihat Seol. Nam Joo Yeon melingkarkan tangannya ke lengan Jung “Senior, aku sudah menyiapkan tempat untukmu di perpustakaan. Bagaimana kalau kita ke sana” kata Nam Joo Yeon manja. Jung melepaskan tangan Nam Joo Yeon “Bagaimana kau bisa menyiapkan tempat?” Tanya Jung. “Aku sudah mengaturnya sebelum jam istirahat tadi” kata Joo Yeon. “Seol aku akan menyiapkan tempat untukmu jika kau mau belajar” kata Jung sambil berlalu menuju ke perpustakaan.
Malamnya, Nam Joo Yeon berusaha menghubungi Jung, namun Jung tidak menanggapi. Joo Yeon sangat kesal. Dia melihat ke samping dan menemukan sosok Seol yang tengah berada di balkon gedung klub. Tiba-tiba tuna wisma yang pagi sebelumnya bersama In Ho menarik tangannya, sambil mabuk pria itu mengajak Joo Yeon minum. Dengan kasar Joo Yeon menolak. Pria itu marah-marah. “Paman, jika kau ingin minum pergilah ke gedung itu di lantai 2” kata Joo Yeon seraya menunjuk gedung klub. “di sana ada seorang wamita yang menunggumu da nada beberapa botol soju yang bisa kau nikmati” kata Joo Yeon. Sambil meracau pria itu menuju gedung klub. “Rasakan kau Seol. Itu akibatnya karena kau telah merusak hubunganku dengan senior Jung” kta Joo Yeon dengan senyum sinis.
Seol tengah berkonsentrasi belajar, hingga tak menyadari bahaya yang datang. Joo Yeon berlari ke lapangan parkir seraya memanggil Jung. “Senior, tunggu. Mengapa kau mengabaikan sms dan teleponku?” Tanya Joo Yeon. “oh iya tadi aku melihat Seol tengah bertengkar dengan pengemis. Sepertinya Seol dalam bahaya. Kau tahu Seol kan? Dia sering bicara buruk sehingga orang kesal dan ingin memukulnya” kata Joo Yeon. Jung yang awalnya nampak khawatir segera menyadari maksud Joo Yeon. “Dia tidak akan apa-apa” kata Jung seraya masuk ke mobil. “Nam Joo Yeon, jika kau memang peduli seharusnya kau pergi k epos satpam dan melapor. Sepertinya jarak dari klub ke tempat ini lebih jauh dari jarak k epos satpam. Sebaiknya kau selesaikan urusanmu” kata Jung dengan dingin. Jung membawa mobilnya pergi meninggalkan Joo Yeon yang terperangah.
Seol mendengar bunyi benda pecah. Dia terkejut dan merasa ada yang tak beres. Dengan mengendap-endap dia menuju pintu keluar. Namun saat turun di tangga, si tuna wisma memergoki. Joo Yeon yang kembali ke gedung klub, dari jauh melihat satpam berlari menuju ke dalam gedung.
Seol berusaha melepaskan diri dari genggaman si pria mabuk. Tanpa sengaja tangannya tergores ujung botol yang pecah. Untunglah di saat kritis datang 2 satpam yang langsung meringkus si pria mabuk.
Seol hendah meraih kaleng minuman dari mesin, ketika seseorang mengambil kaleng tersebut dan memberikan padanya. Seol terkejut melihat Jung yang kemudian menyerahkan kaleng minuman itu. “Seol, apa yang terjadi dengan tanganmu?” Tanya Jung. “Oh ini, aku tidak sengaja terluka saat membuka kaleng tuna,” kata Seol. Jung mengernyit, dia tahu Seol berbohong karena luka Seol berada di lengan bawah bukan telapak tangan. Jung menarik Seol dan mengajaknya keluar.
Jung mengobati luka Seol. “Apa kau sudah mengoleskan obat?” Tanya Jung. “Aku sudah membasuh lukanya dengan air” kata Seol. Jung menorehkan obat ke luka Seol dan Seol tampak berusaha menahan perih.
“Biar aku saja yang memakaikannya senior” kata Seol ketika Jung hendak membalut lukanya. “Tidak, kau tidak bisa melakukannya sendiri” kata Jung sambil menutup luka Seol. “Senior, tentang Nam Joo Yeon. Kau tahu dia menyukaimu kan?” Jung tersenyum “Aku tidak memiliki perasaan padanya” kata Jung “Tapi Nam Joo Yeon memiliki perasaan dank au harus menghargainya” kata Seol. Jung memandang Seol “Apa aku sudah melewati batas?” Tanya Seol tidak enak hati. “Seol, kau sungguh menghibur” kata Jung.
SELANJUTNYA SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 2 PART 2