SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 4 Part 1
Baru Sinopsis, || EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 4 Part 1
Cheese in The Trap semakin menarik. Perkembangan cerita yang makin seru dan membuat penasaran plus akting memukau para pemainnya, nampaknya menjadi poin yang membuat drama ini makin popular. Sedikit demi sedikit, rating drama ini kian meningkat.
Drama ini bukannya tidak ada kekurangan. Perbedaan antara webtoon dengan versi drama membuat beberapa pembaca setia merasa terganggu. Namun tak sedikit yang memuji dan merasa lebih mengerti cerita CITT setelah menonton dramanya, dibanding membaca versi webtoonnya.
Pada episode sebelumnya dikisahkan masalah-masalah yang dihadapi Seol datang silih berganti. Tidak hanya hubungannya dengan Jung yang memburuk, Prestasi belajarnya juga terganggu karena tugas kelompok yang kacau membuatnya harus rela mendapat nila D dan terancam gagal memperoleh beasiswa. Belum lagi pertengkarannya dengan Bora.
Namun, dari semua masalah tersebut, Seol mendapat banyak pelajaran termasuk bagaimana dia harus bersosialisasi dan menunjukkan perasaannya. Episode 3 ditutup dengan adegan yang sungguh mengejutkan. Jung menyatakan perasaan kepada Seol!
Sinopsis
Jung menggenggam tangan Seol. Dia bertanya “Seol” sambil memandang Seol “Ya” kata Seol tak mengerti. “Apa kau bersedia menjadi kekasihku?” Seol terpana, terkejut karena tidak mengira Jung akan bertanya. “Dan, jawabanmu?” Tanya Jung sambil tetap memegang tangan Seol. “Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu padaku” kata Seol sambil memandang tangannya yang masih digenggam Jung. “Kau benar tidak tahu?” kata Jung. “Tidak” kata Seol sambil menggelengkan kepala. “Dan aku tidak pernah berpikir untuk memiliki pacar dulu, jadi..” seol tidak melanjutkan kata-katanya. Seakan mengerti Jung mengganguk “Oh benarkah?” kata Jung perlahan melepaskan genggamannya, namun belum sempat genggaman itu terlepas, Seol meraih tangannya seakan tidak mau kehilangan “Tunggu…ini bukan berarti aku tidak menyukaimu” Seol yang sadar dia meraih tangan Jung, segera melepaskannya karena malu. Jung tersenyum senang “Ini Cuma…” kata Seol “Jadi ayo kita pacaran” kata Jung, Seol nampak terkejut “Aku tidak melihat (alasan) mengapa (kita) tidak bisa” Seol terlihat bingung. “Ayo kita lakukan, oke?” Seol terlihat bngung dan menganggukkan kepala “Iya?” Tanya Jung lagi, memastikan. “Uhm..ya” kata Seol lirih. Jung tersenyum senang “Aku bersyukur. Ini sudah larut, masuklah” kata Jung. “Baik” kata Seol seperti tersadar. Dia segera membalikkan badan dan bur-buru masuk hingga tersandung pintu. Jung terlihat senang, dia terus memandang Seol hingga menghilang dari pandangannya.
Seol terburu-buru berlari menaiki tangga dan segera masuk ke dalam rumah. “Ini sama sekali tidak masuk akal” kata Seol sambil mengipas-ngipas wajahnya. Di sebelah, nampak seorang pria (tetangga Seol) sedang menyiapkan buku bersiap untuk belajar. Seol berteriak “Ini benar-benar omong kosong. Ini gila!” kata Seol, tetangga Seol terkejut. “Ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin…!” teriak Seol. Tetangganya memukul meja, kesal karena belajarnya terganggu. “Aduh ini tidak bisa. Padahal aku sudah bertekad tidak minum hari ini” kata si tetangga.
Seol masih bicara sendiri di kamarnya. “Apa ini? ini omong kosong! Ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Ini tidak nyata. Kenapa seseorang seperti Jung mau pacaran denganku? Dia tidak mungkin benar-benar menyukaiku” kata Seol. Tiba-tiba ‘seol’ yang lain muncul “Benar, tidak ada tanda dia menyukaiku sampai sekarang” “Tapi” kata Seol yang lain, “Apa dia akan memintamu jika dia tidak menyukaimu?” “Hey pikirkan tentang tahun lalu” kata Seol yang lainnya. “Dia jelas-jelas memperlakukanmu dengan buruk dan sekarang dia tiba-tiba bilang dia menyukaimu? Aku yakin dia punya maksud lain” “Benar, ada sesuatu yang salah” kata Seol. “Apa kau kehilangan akal, Kenapa kau menganggukkan kepala?” Tanya Seol “Aku benar-benar tidak tahu kenapa” kata Seol menyesal. “Kenapa aku melakukannya?” kata Seol.
Paginya Seol terbangun, dia berpikir bagaimana dia akan menghadapi Yoo Jung hari itu dan apa yang akan dia katakan kepada orang-orang di kampus. Namun kemudian Seol ingat kalau saat ini libur semester. Di kampus, Seol bingung jika nanti bertemu Jung, apa yang akan dia katakan. Dia khawatir semua orang akan tahu. Tiba-tiba Seol melihat sosok Jung, dengan gugup dia mencoba memanggil Jung “Se..se…” Kwang Hyun menyapa Seol dari belakang. “Senior!” panggil Seol dengan penuh senyum. Namun Jung hanya menoleh dan berkata “Hai!” lalu pergi bersama Kwang Hyun, meninggalkan Seol yang termangu-mangu, shock dengan reaksi Jung yang ‘ala kadarnya’ “Apa yang terjadi? Apa dia orang yang sama yang telah memintaku jadi pacarnya? Ini tidak seperti aku yang meminta lebih. Tapi ini tidak benar” kata Seol dengan masam.
Seol masih cemberut ketika bertemu dengan dosen pembimbing. “Ada apa ini? Apa dia menyesal atau ada sesuatu?” tanpa sadar Seol bergumam “Jika ada yang melakukan, itu pasti aku” “Iya benar, kau seharusnya melakukannya” suara konseling membuyarkan lamunan Seol. “Maaf” kata Seol. “GPA mu 4,3. Termasuk standar saat ini. Tak pernah bergabung dalam klub, magang, kompetisi ataupun konferensi. Skor TOEIC mu 830, kau berhasil mencapai level kelulusan. Dan tidak ada nilai untuk percakapan” kata si konseling. “Iya, aku belum mengambil tes percakapan..” kata Seol “Apa ini? Perusahaan dan departemen mana yang ingin kau tuju setelah lulus nanti? Kenapa kau mengambil jurusan bisnis manajemen? Apa impianmu sebenarnya?” Seol terkesiap, pertanyaan tersebut masih terngiang di benak Seol. Selama perjalanan di kereta Seol memikirkan apa yang yang ditanyakan guru konseling padanya. “Mimpi? Mimpi apa? aku bahkan tidak punya uang untuk membayar kursus dan kuliah”
Seol pulang ke rumah orang tuanya. Seol menyampaikan pada ibunya bahwa kemungkinan dia tidak mendapat beasiswa karena peringkatnya tidak terlalu bagus. Seol berniat meminta bantuan ibunya. Ayah Seol menyela pembicaraan, dia mengatakan bahwa mereka tidak punya uang. Ibunya berusaha membela dengan mengatakan bahwa ayanhnya bahkan tidak pernah mengeluarkan uang untuk membayar kuliah Seol. Ayahnya mengeluh bahwa seorang gadis seharusnya tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk kuliah. Ibu yang mendengar jadi marah, karena seharusnya ayah tidak mengeluh. Ibu mengungkit uang yang dihabiskan ayah untuk berbisnis tidak sebanding dengan yang dihabiskan Seol untuk kuliah. Mendengar orang tuanya bertengkar Seol jadi tak enak hati. Ternyata bisnis ayah kembali gagal dan mereka mengalami kerugian sampai tidak bisa membayar sewa rumah. Ibu juga memikirkan Jun, adik Sseol yang sekolah di luar negeri. Ibu meminta Seol keluar dari kos, dan uang depositnya bisa digunakan untuk membayar kuliah Seol dan adiknya. Dengan pasrah Seol mengiyakan permintaan ibunya.
Sesampainya di rumah, Seol mencoba menghibur diri dengan mengatakan pada dirinya sendiri kalau dia tidak suka tempat itu. Tangganya membuat kakinya jadi sakit, tetangga yang terlalu sensitive dan pintu yang susah dibuka. Di dalam kamar, Seol memeriksa ponselnya. Dia bertanya-tanya kenapa Jung tidak menghubunginya. Karena tidak berpengalaman dalam percintaan, Seol merasa bingung dia hendak menghubungi Ah Young namun baru ingat kalau Ah Young sedang liburan backpacker. Seol ragu menghubungi Bora karena hubungan mereka sedang tidak baik. Seol menyerah, tidak ingin memikirkannya lagi. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Eun Taek mengirim pesan, mengajak Seol untuk makan di tempat yang mahal sehingga Seol harus datang karena dia yang mentraktir.
Seol bertemu Eun Taek dan Bora di restoran. Eun Taek sengaja menghadapkan mereka supaya bisa berbaikan. Eun Taek sengaja meninggalkan Bora dan Seol dengan alasan mengambil makanan. Bora memecah keheningan dengan mengeluh kalau dia merasa aneh dan ingin semua kembali seperti sedia kala. Seol meminta maaf dan beralasan kalau saat itu dia banyak masalah dan merasa malu jika harus menceritakannya. Bora memaklumi dan juga tidak meminta Seol untuk bercerita jika tidak ingin, Bora hanya merasa sebagai teman baik dia merasa terluka jika Seol tidak mempercayainya. Bora meminta maaf dan berjanji tidak akan terlalu banyak bicara lagi. Mereka saling bermaafan dan tertawa senang. Eun Taek datang membawa makanan.
Eun Taek memberitahu bahwa dia ketemu Jung di kampus. Seol penasaran dan bertanya dimana dan apa yang dilakukan Jung. Eun Taek menjawab bahwa dia melihat Jung di depan gedung manajemen. Eun Taek balik bertanya kenapa Seol ingin tahu tentang Jung. “Kenapa kau ingin tahu? Apa kau punya urusan dengannya?” Tanya Eun Taek. Seol gelagapan dan menggeleng sambil tertawa. Bora jadi curiga dan mengingatkan kepada Eun Taek kalau sebelumnya Seol bilang mau jujur padanya. “Apa kau tahu tentang pekerjaan mengajar atau pekerjaan paruh waktu lainnya?” Tanya Seol yang dengan sigap dijawab “tidak tahu” oleh Eun Taek. “Aku butuh kerjaan” kata Seol, namun focus Eun Taek dan Bora pada hal yang sebelumnya, mereka menunggu Seol menjawab pertanyaan mereka tentang Jung. Seol menyerah “Sebenarnya…” Eun Taek dan Bora terlihat menyimak “Jung memintaku jadi pacarnya” Bora dan Eun Taek sama-sama tidak percaya “Berhenti bicara omong kosong dan beritahu kami yang sebenarnya” kata Bora. “Tidak, benar kok! Aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba melakukannya. Dia memintaku pacaran dengannya tapi tiba-tiba dia tidak menghubungiku. Aku bingung apa harus menghubunginya lebih dulu atau tidak. Lagi pula ini sangat aneh. Apa yang harus kulakuka?” Tanya Seol. “Huh??” Bora masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Aku tahu tidak ada yang akan percaya. Aku juga tidak percaya” Seol nampak kesal. “Aku sudah bilang sebelumnya kan? Ada sesuatu antara mereka” kata Eun Taek mengingatkan Bora. “Hey, ceritakan padaku dari awal. Berhenti makan!” kata Bora menghalangi Seol yang hendak menyantap makanan di meja. “Sudah semua. Apa yang harus kulakukan” Tanya Seol lagi.
Mereka keluar dari restoran. Bora penasaran sejak kapan Jung menyukai Seol. Apalagi hubungan Seol dan Jung selama ini kurang baik. “Aku penasaran, apa yang menarik dari Hong yang dilihat senior Jung” kata Eun Taek. “Aku lihat dari sisi sana dan sini tidak melihat apa-apa” lanjut Eun Taek. “Hey Seol punya banyak hal yang menarik” kata Bora “Dia bertanggung jawab…bertanggung jawab..” Bora tidak tahu harus menambahkan apa dia dan Eun Taek sama-sama tertawa membuat Seol tambah cemberut. Tiba-tiba telepon bordering. Bora mengira itu Jung. Seol menjawab teleponnya. Dari seberang terdengar suiara seorang pria “Apa kau ingin pekerjaan sebagai asisten di kantor?” “Apa? asisten Heo?” Tanya Seol memastikan identitas si penelepon. “Asisten kantor?” Tanya Seol lagi. “Cepat putuskan mau atau tidak?” kata Heo tak sabar. “Tapi kenapa tiba-tiba?” Tanya Seol. “Jadi tidak mau? Jangan menyesal nanti” kata Heo “Tidak! Aku lakukan! Akan aku lakukan!” kata Seol cepat. “Baik hari Senin jam 9 jangan terlambat” kata Heo. Bora senang Seol dapat pekerjaan apalagi banyak yang menginginkan pekerjaan itu. Eun Taek memberitahu bahwa pekerjaan itu hanya bisa di dapat jika punya bekking. Namun Bora memarahinya, mengira Eun TAek hanya cemburu. Seol pamit pulang. Sebelum pergi, Bora menyuruh Seol untuk menghubungi Jung. Memberitahu Jung bahwa dia dapat kerja dan apa yang akan dilakukan Jung. Bora mengatakan bahwa sebuah hubungan adalah tentang waktu, dan Seol harus menjalaninya. Eun Taek menyindir Bora yang terlihat ahli padahal dia sendiri tidak punya pacar. Bora mengatakan bukan dia tidak punya tapi dia tidak mau. Eun Taek mengungkit pembicaraan antara mereka beberapa waktu yang lalu, namun Bora tidak mau membahasnya dan pergi meninggalkan Eun Taek yang bertanya-tanya “Apakah aku tidak menarik?” kata Eun Taek putus asa.
‘Aku akan bekerja sebagai asisten di kantor jurusan selama liburan. Senior, apa yang kau lakukan selama liburan?’ Seol merasa ragu mengirim pesan. Namun akhirnya dikirim juga pesan tersebut. Seol menunggu sambil memeluk ponselnya. Jung nampak mengetik pesan, setelah itu dia melemparkan ponselnya ke sofa dan kembali bermain game. ‘Oh iya? Semua berjalan baik. Semoga liburanmu menyenangkan’ Seol tercekat membaca pesan dari Jung. “Jadi, dia tidak berniat bertemu denganku selama liburan?” kata Seol sambil meletakkan dengan kasar ponselnya ke tempat tidur “Pacaran macam apa ini!” kata Seol cemberut.
Waktunya bekerja. Jam kerja Seol hanya dari pukul 09.00 pagi hingga 05.00 sore Seol merasa itu pekerjaan impian, namun sepertinya Seol salah. Asisten dosen Heo sudah menantinya. Dia memarahi Seol yang terlambat. Seol melirik jam dan melihat jam menujukkan pukul 08.51. Heo bilang dia menyuruh Seol datang 10m lebih awal. Salah satu staff membela Seol mengatakan bahwa jam belum menunjukkan pukul 09.00. Namun, Heo menegaskan bahwa seharusnya Seol datang lebih awal. Dia menyuruh Seol mencuci gelas. Seol merasa Heo sangat aneh. Di lain hari, Seol datang lebih awal, Heo malah bertanya kenapa dia datang pagi? Dan berpikir kalau Seol memiliki banyak waktu luang sehingga tidak perlu pulang dan tinggal di kantor saja. lain waktu, Heo menyuruh Seol membersihkan lemari dan merapikan file-file sesuai abjad. Heo bahkan sengaja mengeluh soal kopi yang dibuat Seol hingga Seol merasa kesal.
Saat Seol tengah bekerja, dia mengecek ponselnya. Seol bertanya-tanya mengapa Yoo Jung tidak menghubunginya lagi. Heo menegur Seol yang membuka ponsel saat bekerja. Tiba-tiba Jung datang. “Hey Jung! Apa yang membawamu datang di liburan semester?” Tanya salah satu staff. Seol nampak terkejut. Jung menyapa Seol. “Apa yang membawamu kesini?” Tanya Heo. “Aku datang untuk melihat Seol” kata Jung menunjuk Seol. “Seol?” Tanya nona staff. “Ada apa dengan kalian berdua? Apa kalian pacaran? Tanya nona staff. Seol menundukkan kepala. Jung tersenyum sambil memandang Seol “kalian pacaran?” Tanya nona staff. “Ya” kata Jung bangga. “Apa?benarkah?” nona staff terdengar tak percaya demikian pula Heo “Aku iri” kata nona staff. “Bagaimana, masih bekerja?” Tanya Jung. “Ya” jawab Seol. “Ini ada minuman untuk kalian” kata Jung seraya memberikan minuman untuk para staff. “Aku bisa keluar sebentar dengan Seol kan?” kata Jung. “Ya, pergilah” kata nona staff. “Pergilah!” kata nona staff. “Aku keluar sebentar” kata Seol. “Omong-omong, terima kasih banyak untuk semua asisten dosen Heo” kata Jung. “Ah itu bukan apa-apa” kata Heo merendah. “Aku mendaftar kelas selama liburan, jadi aku akan sering datang kesini” kata Jung mengumumkan. Seol merasa canggung tapi mengikuti Jung keluar. Setelah meraka keluar Heo bertanya “Berarti aku akan sering melihat wajah si brengsek itu?” kata Heo.
“Apakah berat bekerja di kantor?” Tanya Jung. “Tidak” kata Seol. “Apa kau tidak merindukanku?” Tanya Jung. Seol mengangkat wajahnya memandang Jung. “Aku tidak mendengar apapun darimu, jadi aku ingin bertemu denganmu” kata Jung. Seol terperangah “Kau melakukannya (merindukan)” Tanya Seol tak percaya “Iya” kata Jung sambil menganggukkan kepala. “Kenapa?” Tanya Jung. “Oh hanya saja…” Seol nampak berpikir apakah harus mengatakannya “Pesan terakhir yang kau kirimkan padaku. Terdengar seperti kau tidak ingin menemuiku selama liburan.” Kata Seol. “Oh pesan itu, Cuma berarti aku ingin kau mendapatkan liburan yang menyenangkan” kata Jung. “Ah ada apa denganku. Aku merasa sangat buruk” kata Seol dalam hati. “Aku tidak mengira kau akan merasa seperti itu. Aku minta maaf” kata Jung. “Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf aku tidak mengerti yang kau maksud” kata Seol menyesal. “Sebenarnya, ini pertama kalinya aku pacaran dengan seorang pria karenanya…” Seol tidak melanjutkan kata-katanya. “Seol apa akhir pekan ini kau ada waktu? Haruskah kita pergi berkencan? Tanya Jung sambil tersenyum “Kencan…” Seol tertegun.
Seol mengeluarkan semua pakaiannya dari lemari. Dia ingat kata-kata In Ho untuk mengenakan pakaian berwarna terang. Seol merasa bingung karena semua pakaiannya jelek. Namun dia akhirnya menemukan pakaian yang cocok. Seol merias wajahnya. Tiba-tiba Seol kembali ingat julukan yang diberikan In Ho padanya. Mengenai rambutnya yang seperti bulu anjing. Seol berusaha menyisir rambutnya lurus.
Di tempat lain, Jung nampak tengah memeriksa dokumen milik In Ha. Jung menghubungi ayahnya, memberitahu bahwa In Ha telah keluar dari akdemi dan mengambil uang pengembalian dari pembayaran kuliah. Jung menyarankan untuk menekan In Ha. Jung mengirim pesan ke Seol. Mengajaknya bertemu jam 02.00 di bioskop.
In Ho bertemu Seol yang tengah berjalan seraya menutupi rambutnya yang tertiup angin. In Ho bertanya apa yang akan Seol lakukan. In Ho juga bertanya kapan Seol akan mentraktirnya lagi. Seol merasa terganggu karena In Ho berkeliaran di sekitar situ. In Ho mengatakan bahwa dia sedang mencari kerja. “Apa kau mencari kerja dengan berpakaian seperti itu?” Tanya Seol. In Ho melihat pakaiannya “Iya, memang kenapa?” kata In Ho. “Kau seperti penipu” “Kau..” In Ho terlihat gusar “Hanya saja, saat kau pergi untuk wawancara kau harus meninggalkan kesan yang baik. Kau tidak boleh mengenakan t-shirt. Kau harus mengenakan kemeja panjang. Dan pastikan hanya satu kancing yang terbuka. Kau juga tidak boleh memakai celana robek-robek. Celana panjang hitam lebih baik. Dan memakai sandal seperti bunuh diri. Aku tidak pernah mendengar seseorang yang pakai sandal bisa lulus wawancara” kata Seol. “Lalu bagaimana dengan kau sendiri. Siapa kamu mengatakan itu semua saat kau sendiri berpakaian seperti itu” kata In Ho “Apa? aku? Tanya Seol. “Kau mau pergi ke pertemuan para senior ya? Kau berpakaian seperti nenek-nenek” kata In Ho. “Aku mengenakan pakaian berwarna cerah seperti yang kau bilang” kata Seol polos. “Kau mengenakan pakaian berwarna cerah karena aku yang bilang? Wah aku tidak tahu kalau aku memberi pengaruh begitu besar padamu. Tapi ini bukan baju berwarna cerah tapi baju nenek-nenek. Kau tidak akan bertemu pria kan? Iya kan? Siapa yang mau pergi dengan pakaian seperti ini” In Ho tertawa mengejek. Seol terlihat kesal dia berbalik pulang. Di belakang In Ho masih saja mengejeknya mengatakan dia seperti nenek-nenek.
Di bioskop, Jung menunggu Seol. Seol datang, dan merapikan rambutnya di kaca. Jung yang melihat tersenyum dan menggerakkan jarinya menangkap bayangan Seol, seakan tengah mengelus rambut Seol. Seol datang dan minta maaf karena terlambat. Jung memuji Seol “Kau terlihat cantik” katanya sambil tersenyum “Ah aku tidak melakukan apa-apa” kata Seol malu. Seol terkejut karena Jung sudah membeli tiket. Seol menawarkan untuk membeli popcorn karena dia punya kupon gratis. Seol menunjukkan pada Jung kuponnya dan memnita Jung memilih rasa popcorn yang dia suka. Jung nampak bingung dan salah tingkah. “Ada apa dengannya? Apa dia tidak tahu kupon?” kata Seol dalam hati. “Ah kita masih punya waktu. Bagaimana kalau ke kafe?” ajak Jung. “Ah tapi waktu kita tak banyak, ke kafe hanya kan menghabiskan uang saja.
Seol mengajak Jung ke game centre. Seol memberitahu bagaimana a cara bermain simulator game. Jung nampak menyimak. Begitu memulai Jung nampak sangat ahli memainkannya. “Wah senior kau yakin ini pertama kalinya kau bermain?” kata Seol dengan riang dia mengangkat tangannya untuk melakukan toss namun Jung malah menyerahkan senjatanya “Kau mau mencoba?” kata Jung dengan polos. “Ah kami tidak berada dalam gelombang yang sama” kata Seol dalam hati. Jung mengerti dan menepuk tangan Seol menlakukan toss. “Ini sangat aneh” kata Seol dalam hati.
In Ha yang tengah berbelanja mendapat kabar bahwa kartu kreditnya diblokir. In Ha memberikan kartu yang lain namun ternyata sama saja. In Ha menghubungi direktur menanyakan kartu kreditnya. Direktur menyuruh In Ha untuk melanjutkan sekolahnya dan mendapat sertifikat.
Direktur mengatakan untuk mencari pekerjaan sekarang sangat sulit, In Ha yang mempunyai kesempatan malah tidak memanfaatkannya dengan baik. Dia memberi waktu sebulan untuk In Ha kursus, dia akan meminta akademi untuk tidak mengembalikan uang pengembalian dan mengawasi absensi In Ha. Direktur mengingatkan In Ha untuk mandiri dan memberitahu bahwa Jung juga mengkhawatirkannya. In Ha nampak kesal karena tahu Jung yang pasti sudah merencanakan itu semua.
Seol dan Jung menonton film documenter di bioskop. In Ha menghubungi Jung namun Jung tidak mengangkat teleponnya. Seol nampak sangat bosan karena film yang ditonton berbahasa asing (Indonesia) dan sangat membosankan. Seol lebih suka film action. “Kau tidak merasa senang?” Tanya Jung pada Seol. “Tidak, aku senang” kata Seol berbohong. Jung memberikan popcorn kepada Seol “Kau tidak mau?” Tanya Seol. “Tidak, kau bisa memakan semuanya” kata Jung. Seol terlihat kecewa.
BERSAMBUNG KE EPISODE SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 4 Part 2
Cheese in The Trap semakin menarik. Perkembangan cerita yang makin seru dan membuat penasaran plus akting memukau para pemainnya, nampaknya menjadi poin yang membuat drama ini makin popular. Sedikit demi sedikit, rating drama ini kian meningkat.
Drama ini bukannya tidak ada kekurangan. Perbedaan antara webtoon dengan versi drama membuat beberapa pembaca setia merasa terganggu. Namun tak sedikit yang memuji dan merasa lebih mengerti cerita CITT setelah menonton dramanya, dibanding membaca versi webtoonnya.
Pada episode sebelumnya dikisahkan masalah-masalah yang dihadapi Seol datang silih berganti. Tidak hanya hubungannya dengan Jung yang memburuk, Prestasi belajarnya juga terganggu karena tugas kelompok yang kacau membuatnya harus rela mendapat nila D dan terancam gagal memperoleh beasiswa. Belum lagi pertengkarannya dengan Bora.
Namun, dari semua masalah tersebut, Seol mendapat banyak pelajaran termasuk bagaimana dia harus bersosialisasi dan menunjukkan perasaannya. Episode 3 ditutup dengan adegan yang sungguh mengejutkan. Jung menyatakan perasaan kepada Seol!
Sinopsis
Jung menggenggam tangan Seol. Dia bertanya “Seol” sambil memandang Seol “Ya” kata Seol tak mengerti. “Apa kau bersedia menjadi kekasihku?” Seol terpana, terkejut karena tidak mengira Jung akan bertanya. “Dan, jawabanmu?” Tanya Jung sambil tetap memegang tangan Seol. “Aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu padaku” kata Seol sambil memandang tangannya yang masih digenggam Jung. “Kau benar tidak tahu?” kata Jung. “Tidak” kata Seol sambil menggelengkan kepala. “Dan aku tidak pernah berpikir untuk memiliki pacar dulu, jadi..” seol tidak melanjutkan kata-katanya. Seakan mengerti Jung mengganguk “Oh benarkah?” kata Jung perlahan melepaskan genggamannya, namun belum sempat genggaman itu terlepas, Seol meraih tangannya seakan tidak mau kehilangan “Tunggu…ini bukan berarti aku tidak menyukaimu” Seol yang sadar dia meraih tangan Jung, segera melepaskannya karena malu. Jung tersenyum senang “Ini Cuma…” kata Seol “Jadi ayo kita pacaran” kata Jung, Seol nampak terkejut “Aku tidak melihat (alasan) mengapa (kita) tidak bisa” Seol terlihat bingung. “Ayo kita lakukan, oke?” Seol terlihat bngung dan menganggukkan kepala “Iya?” Tanya Jung lagi, memastikan. “Uhm..ya” kata Seol lirih. Jung tersenyum senang “Aku bersyukur. Ini sudah larut, masuklah” kata Jung. “Baik” kata Seol seperti tersadar. Dia segera membalikkan badan dan bur-buru masuk hingga tersandung pintu. Jung terlihat senang, dia terus memandang Seol hingga menghilang dari pandangannya.
Seol terburu-buru berlari menaiki tangga dan segera masuk ke dalam rumah. “Ini sama sekali tidak masuk akal” kata Seol sambil mengipas-ngipas wajahnya. Di sebelah, nampak seorang pria (tetangga Seol) sedang menyiapkan buku bersiap untuk belajar. Seol berteriak “Ini benar-benar omong kosong. Ini gila!” kata Seol, tetangga Seol terkejut. “Ini tidak mungkin terjadi, tidak mungkin…!” teriak Seol. Tetangganya memukul meja, kesal karena belajarnya terganggu. “Aduh ini tidak bisa. Padahal aku sudah bertekad tidak minum hari ini” kata si tetangga.
Seol masih bicara sendiri di kamarnya. “Apa ini? ini omong kosong! Ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Ini tidak nyata. Kenapa seseorang seperti Jung mau pacaran denganku? Dia tidak mungkin benar-benar menyukaiku” kata Seol. Tiba-tiba ‘seol’ yang lain muncul “Benar, tidak ada tanda dia menyukaiku sampai sekarang” “Tapi” kata Seol yang lain, “Apa dia akan memintamu jika dia tidak menyukaimu?” “Hey pikirkan tentang tahun lalu” kata Seol yang lainnya. “Dia jelas-jelas memperlakukanmu dengan buruk dan sekarang dia tiba-tiba bilang dia menyukaimu? Aku yakin dia punya maksud lain” “Benar, ada sesuatu yang salah” kata Seol. “Apa kau kehilangan akal, Kenapa kau menganggukkan kepala?” Tanya Seol “Aku benar-benar tidak tahu kenapa” kata Seol menyesal. “Kenapa aku melakukannya?” kata Seol.
Paginya Seol terbangun, dia berpikir bagaimana dia akan menghadapi Yoo Jung hari itu dan apa yang akan dia katakan kepada orang-orang di kampus. Namun kemudian Seol ingat kalau saat ini libur semester. Di kampus, Seol bingung jika nanti bertemu Jung, apa yang akan dia katakan. Dia khawatir semua orang akan tahu. Tiba-tiba Seol melihat sosok Jung, dengan gugup dia mencoba memanggil Jung “Se..se…” Kwang Hyun menyapa Seol dari belakang. “Senior!” panggil Seol dengan penuh senyum. Namun Jung hanya menoleh dan berkata “Hai!” lalu pergi bersama Kwang Hyun, meninggalkan Seol yang termangu-mangu, shock dengan reaksi Jung yang ‘ala kadarnya’ “Apa yang terjadi? Apa dia orang yang sama yang telah memintaku jadi pacarnya? Ini tidak seperti aku yang meminta lebih. Tapi ini tidak benar” kata Seol dengan masam.
Seol masih cemberut ketika bertemu dengan dosen pembimbing. “Ada apa ini? Apa dia menyesal atau ada sesuatu?” tanpa sadar Seol bergumam “Jika ada yang melakukan, itu pasti aku” “Iya benar, kau seharusnya melakukannya” suara konseling membuyarkan lamunan Seol. “Maaf” kata Seol. “GPA mu 4,3. Termasuk standar saat ini. Tak pernah bergabung dalam klub, magang, kompetisi ataupun konferensi. Skor TOEIC mu 830, kau berhasil mencapai level kelulusan. Dan tidak ada nilai untuk percakapan” kata si konseling. “Iya, aku belum mengambil tes percakapan..” kata Seol “Apa ini? Perusahaan dan departemen mana yang ingin kau tuju setelah lulus nanti? Kenapa kau mengambil jurusan bisnis manajemen? Apa impianmu sebenarnya?” Seol terkesiap, pertanyaan tersebut masih terngiang di benak Seol. Selama perjalanan di kereta Seol memikirkan apa yang yang ditanyakan guru konseling padanya. “Mimpi? Mimpi apa? aku bahkan tidak punya uang untuk membayar kursus dan kuliah”
Seol pulang ke rumah orang tuanya. Seol menyampaikan pada ibunya bahwa kemungkinan dia tidak mendapat beasiswa karena peringkatnya tidak terlalu bagus. Seol berniat meminta bantuan ibunya. Ayah Seol menyela pembicaraan, dia mengatakan bahwa mereka tidak punya uang. Ibunya berusaha membela dengan mengatakan bahwa ayanhnya bahkan tidak pernah mengeluarkan uang untuk membayar kuliah Seol. Ayahnya mengeluh bahwa seorang gadis seharusnya tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk kuliah. Ibu yang mendengar jadi marah, karena seharusnya ayah tidak mengeluh. Ibu mengungkit uang yang dihabiskan ayah untuk berbisnis tidak sebanding dengan yang dihabiskan Seol untuk kuliah. Mendengar orang tuanya bertengkar Seol jadi tak enak hati. Ternyata bisnis ayah kembali gagal dan mereka mengalami kerugian sampai tidak bisa membayar sewa rumah. Ibu juga memikirkan Jun, adik Sseol yang sekolah di luar negeri. Ibu meminta Seol keluar dari kos, dan uang depositnya bisa digunakan untuk membayar kuliah Seol dan adiknya. Dengan pasrah Seol mengiyakan permintaan ibunya.
Sesampainya di rumah, Seol mencoba menghibur diri dengan mengatakan pada dirinya sendiri kalau dia tidak suka tempat itu. Tangganya membuat kakinya jadi sakit, tetangga yang terlalu sensitive dan pintu yang susah dibuka. Di dalam kamar, Seol memeriksa ponselnya. Dia bertanya-tanya kenapa Jung tidak menghubunginya. Karena tidak berpengalaman dalam percintaan, Seol merasa bingung dia hendak menghubungi Ah Young namun baru ingat kalau Ah Young sedang liburan backpacker. Seol ragu menghubungi Bora karena hubungan mereka sedang tidak baik. Seol menyerah, tidak ingin memikirkannya lagi. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Eun Taek mengirim pesan, mengajak Seol untuk makan di tempat yang mahal sehingga Seol harus datang karena dia yang mentraktir.
Seol bertemu Eun Taek dan Bora di restoran. Eun Taek sengaja menghadapkan mereka supaya bisa berbaikan. Eun Taek sengaja meninggalkan Bora dan Seol dengan alasan mengambil makanan. Bora memecah keheningan dengan mengeluh kalau dia merasa aneh dan ingin semua kembali seperti sedia kala. Seol meminta maaf dan beralasan kalau saat itu dia banyak masalah dan merasa malu jika harus menceritakannya. Bora memaklumi dan juga tidak meminta Seol untuk bercerita jika tidak ingin, Bora hanya merasa sebagai teman baik dia merasa terluka jika Seol tidak mempercayainya. Bora meminta maaf dan berjanji tidak akan terlalu banyak bicara lagi. Mereka saling bermaafan dan tertawa senang. Eun Taek datang membawa makanan.
Eun Taek memberitahu bahwa dia ketemu Jung di kampus. Seol penasaran dan bertanya dimana dan apa yang dilakukan Jung. Eun Taek menjawab bahwa dia melihat Jung di depan gedung manajemen. Eun Taek balik bertanya kenapa Seol ingin tahu tentang Jung. “Kenapa kau ingin tahu? Apa kau punya urusan dengannya?” Tanya Eun Taek. Seol gelagapan dan menggeleng sambil tertawa. Bora jadi curiga dan mengingatkan kepada Eun Taek kalau sebelumnya Seol bilang mau jujur padanya. “Apa kau tahu tentang pekerjaan mengajar atau pekerjaan paruh waktu lainnya?” Tanya Seol yang dengan sigap dijawab “tidak tahu” oleh Eun Taek. “Aku butuh kerjaan” kata Seol, namun focus Eun Taek dan Bora pada hal yang sebelumnya, mereka menunggu Seol menjawab pertanyaan mereka tentang Jung. Seol menyerah “Sebenarnya…” Eun Taek dan Bora terlihat menyimak “Jung memintaku jadi pacarnya” Bora dan Eun Taek sama-sama tidak percaya “Berhenti bicara omong kosong dan beritahu kami yang sebenarnya” kata Bora. “Tidak, benar kok! Aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba melakukannya. Dia memintaku pacaran dengannya tapi tiba-tiba dia tidak menghubungiku. Aku bingung apa harus menghubunginya lebih dulu atau tidak. Lagi pula ini sangat aneh. Apa yang harus kulakuka?” Tanya Seol. “Huh??” Bora masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. “Aku tahu tidak ada yang akan percaya. Aku juga tidak percaya” Seol nampak kesal. “Aku sudah bilang sebelumnya kan? Ada sesuatu antara mereka” kata Eun Taek mengingatkan Bora. “Hey, ceritakan padaku dari awal. Berhenti makan!” kata Bora menghalangi Seol yang hendak menyantap makanan di meja. “Sudah semua. Apa yang harus kulakukan” Tanya Seol lagi.
Mereka keluar dari restoran. Bora penasaran sejak kapan Jung menyukai Seol. Apalagi hubungan Seol dan Jung selama ini kurang baik. “Aku penasaran, apa yang menarik dari Hong yang dilihat senior Jung” kata Eun Taek. “Aku lihat dari sisi sana dan sini tidak melihat apa-apa” lanjut Eun Taek. “Hey Seol punya banyak hal yang menarik” kata Bora “Dia bertanggung jawab…bertanggung jawab..” Bora tidak tahu harus menambahkan apa dia dan Eun Taek sama-sama tertawa membuat Seol tambah cemberut. Tiba-tiba telepon bordering. Bora mengira itu Jung. Seol menjawab teleponnya. Dari seberang terdengar suiara seorang pria “Apa kau ingin pekerjaan sebagai asisten di kantor?” “Apa? asisten Heo?” Tanya Seol memastikan identitas si penelepon. “Asisten kantor?” Tanya Seol lagi. “Cepat putuskan mau atau tidak?” kata Heo tak sabar. “Tapi kenapa tiba-tiba?” Tanya Seol. “Jadi tidak mau? Jangan menyesal nanti” kata Heo “Tidak! Aku lakukan! Akan aku lakukan!” kata Seol cepat. “Baik hari Senin jam 9 jangan terlambat” kata Heo. Bora senang Seol dapat pekerjaan apalagi banyak yang menginginkan pekerjaan itu. Eun Taek memberitahu bahwa pekerjaan itu hanya bisa di dapat jika punya bekking. Namun Bora memarahinya, mengira Eun TAek hanya cemburu. Seol pamit pulang. Sebelum pergi, Bora menyuruh Seol untuk menghubungi Jung. Memberitahu Jung bahwa dia dapat kerja dan apa yang akan dilakukan Jung. Bora mengatakan bahwa sebuah hubungan adalah tentang waktu, dan Seol harus menjalaninya. Eun Taek menyindir Bora yang terlihat ahli padahal dia sendiri tidak punya pacar. Bora mengatakan bukan dia tidak punya tapi dia tidak mau. Eun Taek mengungkit pembicaraan antara mereka beberapa waktu yang lalu, namun Bora tidak mau membahasnya dan pergi meninggalkan Eun Taek yang bertanya-tanya “Apakah aku tidak menarik?” kata Eun Taek putus asa.
‘Aku akan bekerja sebagai asisten di kantor jurusan selama liburan. Senior, apa yang kau lakukan selama liburan?’ Seol merasa ragu mengirim pesan. Namun akhirnya dikirim juga pesan tersebut. Seol menunggu sambil memeluk ponselnya. Jung nampak mengetik pesan, setelah itu dia melemparkan ponselnya ke sofa dan kembali bermain game. ‘Oh iya? Semua berjalan baik. Semoga liburanmu menyenangkan’ Seol tercekat membaca pesan dari Jung. “Jadi, dia tidak berniat bertemu denganku selama liburan?” kata Seol sambil meletakkan dengan kasar ponselnya ke tempat tidur “Pacaran macam apa ini!” kata Seol cemberut.
Waktunya bekerja. Jam kerja Seol hanya dari pukul 09.00 pagi hingga 05.00 sore Seol merasa itu pekerjaan impian, namun sepertinya Seol salah. Asisten dosen Heo sudah menantinya. Dia memarahi Seol yang terlambat. Seol melirik jam dan melihat jam menujukkan pukul 08.51. Heo bilang dia menyuruh Seol datang 10m lebih awal. Salah satu staff membela Seol mengatakan bahwa jam belum menunjukkan pukul 09.00. Namun, Heo menegaskan bahwa seharusnya Seol datang lebih awal. Dia menyuruh Seol mencuci gelas. Seol merasa Heo sangat aneh. Di lain hari, Seol datang lebih awal, Heo malah bertanya kenapa dia datang pagi? Dan berpikir kalau Seol memiliki banyak waktu luang sehingga tidak perlu pulang dan tinggal di kantor saja. lain waktu, Heo menyuruh Seol membersihkan lemari dan merapikan file-file sesuai abjad. Heo bahkan sengaja mengeluh soal kopi yang dibuat Seol hingga Seol merasa kesal.
Saat Seol tengah bekerja, dia mengecek ponselnya. Seol bertanya-tanya mengapa Yoo Jung tidak menghubunginya lagi. Heo menegur Seol yang membuka ponsel saat bekerja. Tiba-tiba Jung datang. “Hey Jung! Apa yang membawamu datang di liburan semester?” Tanya salah satu staff. Seol nampak terkejut. Jung menyapa Seol. “Apa yang membawamu kesini?” Tanya Heo. “Aku datang untuk melihat Seol” kata Jung menunjuk Seol. “Seol?” Tanya nona staff. “Ada apa dengan kalian berdua? Apa kalian pacaran? Tanya nona staff. Seol menundukkan kepala. Jung tersenyum sambil memandang Seol “kalian pacaran?” Tanya nona staff. “Ya” kata Jung bangga. “Apa?benarkah?” nona staff terdengar tak percaya demikian pula Heo “Aku iri” kata nona staff. “Bagaimana, masih bekerja?” Tanya Jung. “Ya” jawab Seol. “Ini ada minuman untuk kalian” kata Jung seraya memberikan minuman untuk para staff. “Aku bisa keluar sebentar dengan Seol kan?” kata Jung. “Ya, pergilah” kata nona staff. “Pergilah!” kata nona staff. “Aku keluar sebentar” kata Seol. “Omong-omong, terima kasih banyak untuk semua asisten dosen Heo” kata Jung. “Ah itu bukan apa-apa” kata Heo merendah. “Aku mendaftar kelas selama liburan, jadi aku akan sering datang kesini” kata Jung mengumumkan. Seol merasa canggung tapi mengikuti Jung keluar. Setelah meraka keluar Heo bertanya “Berarti aku akan sering melihat wajah si brengsek itu?” kata Heo.
“Apakah berat bekerja di kantor?” Tanya Jung. “Tidak” kata Seol. “Apa kau tidak merindukanku?” Tanya Jung. Seol mengangkat wajahnya memandang Jung. “Aku tidak mendengar apapun darimu, jadi aku ingin bertemu denganmu” kata Jung. Seol terperangah “Kau melakukannya (merindukan)” Tanya Seol tak percaya “Iya” kata Jung sambil menganggukkan kepala. “Kenapa?” Tanya Jung. “Oh hanya saja…” Seol nampak berpikir apakah harus mengatakannya “Pesan terakhir yang kau kirimkan padaku. Terdengar seperti kau tidak ingin menemuiku selama liburan.” Kata Seol. “Oh pesan itu, Cuma berarti aku ingin kau mendapatkan liburan yang menyenangkan” kata Jung. “Ah ada apa denganku. Aku merasa sangat buruk” kata Seol dalam hati. “Aku tidak mengira kau akan merasa seperti itu. Aku minta maaf” kata Jung. “Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf aku tidak mengerti yang kau maksud” kata Seol menyesal. “Sebenarnya, ini pertama kalinya aku pacaran dengan seorang pria karenanya…” Seol tidak melanjutkan kata-katanya. “Seol apa akhir pekan ini kau ada waktu? Haruskah kita pergi berkencan? Tanya Jung sambil tersenyum “Kencan…” Seol tertegun.
Seol mengeluarkan semua pakaiannya dari lemari. Dia ingat kata-kata In Ho untuk mengenakan pakaian berwarna terang. Seol merasa bingung karena semua pakaiannya jelek. Namun dia akhirnya menemukan pakaian yang cocok. Seol merias wajahnya. Tiba-tiba Seol kembali ingat julukan yang diberikan In Ho padanya. Mengenai rambutnya yang seperti bulu anjing. Seol berusaha menyisir rambutnya lurus.
Di tempat lain, Jung nampak tengah memeriksa dokumen milik In Ha. Jung menghubungi ayahnya, memberitahu bahwa In Ha telah keluar dari akdemi dan mengambil uang pengembalian dari pembayaran kuliah. Jung menyarankan untuk menekan In Ha. Jung mengirim pesan ke Seol. Mengajaknya bertemu jam 02.00 di bioskop.
In Ho bertemu Seol yang tengah berjalan seraya menutupi rambutnya yang tertiup angin. In Ho bertanya apa yang akan Seol lakukan. In Ho juga bertanya kapan Seol akan mentraktirnya lagi. Seol merasa terganggu karena In Ho berkeliaran di sekitar situ. In Ho mengatakan bahwa dia sedang mencari kerja. “Apa kau mencari kerja dengan berpakaian seperti itu?” Tanya Seol. In Ho melihat pakaiannya “Iya, memang kenapa?” kata In Ho. “Kau seperti penipu” “Kau..” In Ho terlihat gusar “Hanya saja, saat kau pergi untuk wawancara kau harus meninggalkan kesan yang baik. Kau tidak boleh mengenakan t-shirt. Kau harus mengenakan kemeja panjang. Dan pastikan hanya satu kancing yang terbuka. Kau juga tidak boleh memakai celana robek-robek. Celana panjang hitam lebih baik. Dan memakai sandal seperti bunuh diri. Aku tidak pernah mendengar seseorang yang pakai sandal bisa lulus wawancara” kata Seol. “Lalu bagaimana dengan kau sendiri. Siapa kamu mengatakan itu semua saat kau sendiri berpakaian seperti itu” kata In Ho “Apa? aku? Tanya Seol. “Kau mau pergi ke pertemuan para senior ya? Kau berpakaian seperti nenek-nenek” kata In Ho. “Aku mengenakan pakaian berwarna cerah seperti yang kau bilang” kata Seol polos. “Kau mengenakan pakaian berwarna cerah karena aku yang bilang? Wah aku tidak tahu kalau aku memberi pengaruh begitu besar padamu. Tapi ini bukan baju berwarna cerah tapi baju nenek-nenek. Kau tidak akan bertemu pria kan? Iya kan? Siapa yang mau pergi dengan pakaian seperti ini” In Ho tertawa mengejek. Seol terlihat kesal dia berbalik pulang. Di belakang In Ho masih saja mengejeknya mengatakan dia seperti nenek-nenek.
Di bioskop, Jung menunggu Seol. Seol datang, dan merapikan rambutnya di kaca. Jung yang melihat tersenyum dan menggerakkan jarinya menangkap bayangan Seol, seakan tengah mengelus rambut Seol. Seol datang dan minta maaf karena terlambat. Jung memuji Seol “Kau terlihat cantik” katanya sambil tersenyum “Ah aku tidak melakukan apa-apa” kata Seol malu. Seol terkejut karena Jung sudah membeli tiket. Seol menawarkan untuk membeli popcorn karena dia punya kupon gratis. Seol menunjukkan pada Jung kuponnya dan memnita Jung memilih rasa popcorn yang dia suka. Jung nampak bingung dan salah tingkah. “Ada apa dengannya? Apa dia tidak tahu kupon?” kata Seol dalam hati. “Ah kita masih punya waktu. Bagaimana kalau ke kafe?” ajak Jung. “Ah tapi waktu kita tak banyak, ke kafe hanya kan menghabiskan uang saja.
Seol mengajak Jung ke game centre. Seol memberitahu bagaimana a cara bermain simulator game. Jung nampak menyimak. Begitu memulai Jung nampak sangat ahli memainkannya. “Wah senior kau yakin ini pertama kalinya kau bermain?” kata Seol dengan riang dia mengangkat tangannya untuk melakukan toss namun Jung malah menyerahkan senjatanya “Kau mau mencoba?” kata Jung dengan polos. “Ah kami tidak berada dalam gelombang yang sama” kata Seol dalam hati. Jung mengerti dan menepuk tangan Seol menlakukan toss. “Ini sangat aneh” kata Seol dalam hati.
In Ha yang tengah berbelanja mendapat kabar bahwa kartu kreditnya diblokir. In Ha memberikan kartu yang lain namun ternyata sama saja. In Ha menghubungi direktur menanyakan kartu kreditnya. Direktur menyuruh In Ha untuk melanjutkan sekolahnya dan mendapat sertifikat.
Direktur mengatakan untuk mencari pekerjaan sekarang sangat sulit, In Ha yang mempunyai kesempatan malah tidak memanfaatkannya dengan baik. Dia memberi waktu sebulan untuk In Ha kursus, dia akan meminta akademi untuk tidak mengembalikan uang pengembalian dan mengawasi absensi In Ha. Direktur mengingatkan In Ha untuk mandiri dan memberitahu bahwa Jung juga mengkhawatirkannya. In Ha nampak kesal karena tahu Jung yang pasti sudah merencanakan itu semua.
Seol dan Jung menonton film documenter di bioskop. In Ha menghubungi Jung namun Jung tidak mengangkat teleponnya. Seol nampak sangat bosan karena film yang ditonton berbahasa asing (Indonesia) dan sangat membosankan. Seol lebih suka film action. “Kau tidak merasa senang?” Tanya Jung pada Seol. “Tidak, aku senang” kata Seol berbohong. Jung memberikan popcorn kepada Seol “Kau tidak mau?” Tanya Seol. “Tidak, kau bisa memakan semuanya” kata Jung. Seol terlihat kecewa.
BERSAMBUNG KE EPISODE SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 4 Part 2