SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 11 Part 2
Baru Sinopsis, || EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 11 Part 2 || Seol berada di dalam mobil Jung. Seol menunduk tidak tahu harus bicara apa. Jung memecah keheningan dengan berkata “Aku merindukanmu” kata Jung. Seol mengangkat wajahnya dan menengok ke sampingnya. Jung nampak tersenyum hangat “sangat banyak” kata Jung memperjelas kerinduannya.
Dia menatap Seol dengan tatapan bahagia. “Aku juga sangat merindukanmu” kata Seol “lebih dari banyak” kata Seol.
Jung menggenggam tangan Seol, dan Seol meletakkan tangan kanannya ke atas tangan Jung. “Tanganmu sangat kecil” kata Jung. “Saat aku bersama senior, aku memiliki banyak pertanyaan. Tapi kenyataan bahwa dia bersama denganku saat ini. Dan bahwa aku bisa melihat wajahnya dan mendengar suaranya. Bahwa aku bisa merasakan kehangatannya. Itu semua cukup menjadi alasan kenapa kami tidak bisa putus”
Ponsel Seol bordering. Seol melepaskan genggaman Jung dan memeriksa ponselnya. Seol hanya melihat ponselnya dan tidak mengangkatnya. “Orangtuamu pasti khawatir. Aku akan mengantarmu pulang” kata Jung. Seol menolak pulang dia ingin tinggal lebih lama. Jung setuju dan mengajak Seol jalan-jalan.
Jung mampir ke minimarket dan membeli beberapa makanan. Saat Jung mengemudi, Seol menyuapinya sosis. Jung menolak namun Seol bersikeras, saat Jung hendak memakan sosis itu Seol sengaja menariknya kembali mencoba menggoda Jung. Mereka tertawa bersama. Seol tertidur di mobil. Jung menatap Seol dan tersenyum sambil tetap menyetir mobilnya.
Seol terlihat tertidur di tempat tidur. Jung menghampiri Seol sambil tersenyum. Seol terjaga. Dia melihat Jung tengah menatapnya “Kau sudah bangun?”
Seol dengan setengah mengantuk menjawab “Apa?” Seol terkejut menyadari dirinya ada di tempat tidur. Dia buru-buru bangun “Iya” katanya setengah berteriak. “Kau pasti sangat lelah. Aku tidak bisa tidur sama sekali namun kau tidur sangat nyenyak”. Seol merasa malu, “Apa aku mendengkur? Aku biasanya tidak. Aku pasti sangat lelah” kata Seol.
Jung duduk disebelah Seol dan menatap Seol lekat-lekat “Wajahmu mudah membengkak. Wajahmu benar-benar bengkak” kata Jung. “Ini karena sosis yang kemarin” kata Seol menutupi wajhnay dengan malu. Jung tersenyum dan ingat sesuatu. Dia memberikan ponsel Seol dan mengatakan bahwa semalam banyak yang meneleponnya. “Aku rasa keluargamu sangat khawatir” kata Jung seraya menyerahkan ponsel kepada Seol.
Seol memeriksa ponselnya. Ibu mengirim pesan menanyakan keberadaan Seol. Ayah juga mengirim pesan menyuruh Seol pulang. Seol bingung membaca pesan dari ibu yang menanyakan Seol menginap di rumah Bora dan akan pulang besok. Jung mengatakan pada Seol kalau dia menghubungi Bora dan memintanya menelepon orang tua Seol. “Kau tidak sekolah hari ini kan?” tanya Jung. Seol mengangguk membenarkan.
Jung mengalungkan lengannya ke depan tubuh Seol dan menjatuhkannya di tempat tidur. Seol terkejut. “Kebiasaan tidurmu sangat buruk. Aku tidak bisa tidur semalam. Aku menelepon kantor mengatakan aku akan sedikit terlambat, biarkan aku tidur sedikit lagi” Seol berusaha bangun, namun Jung menahannya. Dan malah menjepit Seol dengankakinya. “Aku akan pastikan kau tidak akan melarikan diri” . Seol berusaha melepaskan diri dan bangun, namun Jung kembali menahannya dan mengatakan pada Seol “Sebentar saja” dia tersenyum dan membenamkan kepalanya ke samping kepala Seol. Seol akhirnya menyerah dan diam.
“Bisakah aku menghubungimu sekarang?” tanya Jung. Seol terdiam dia menoleh dengan ragu. Jung mengangkat kepalanya.
Dia meraih wajah Seol dengan tangannya kemudian mencium bibirnya. Jung kembali bertanya “Apakah aku boleh datang menemuimu?” tanya Jung menatap Seol, kemudian menciumnya kembali. Jung menatap Seol yang memandanginya.
Seol menganggukkan kepalanya. Jung tersenyum kemudian berteriak senang. Seol hanya tertawa melihat tingkah konyol Jung. Jung memandang Seol kemudian kembali memeluk Seol dan berterima kasih.
Seol kembali ke rumah. Dengan ragu dia masuk ke dalam rumah. Ibu menyambut Seol dengan omelan dan memukulnya karena tidur di luar. Sementara ayah lebih diam dan tidak marah seperti biasanya. Jun terlihat malu sekaligus senang melihat Seol pulang. Dengan wajah manis dia meminta Seol untuk duduk. Jun meminta Seol untuk memukulnya saja. Seol menyuruh Jun untuk melakukan yang terbaik jika merasa menyesal. Jun mengatakan bahwa ayah dan ibu sangat khawatir sampai-sampai tidak membuka restoran. Ibu menyuruh Jun bersiap membuka restoran. Ibu meminta maaf. Dia ingin menghubungi teman-teman Seol namun dia tidak memiliki nomor siapapun. Ibu memarahi Seol yang tidur di rumah teman tanpa memberitahu. Seol minta maaf. Ayah nampak bersiap pergi. Seol mengira ayah-ibu bertengkar karena dirinya, namun ibu menyangkal. Ibu mengeluh karena ayah sama sekali tidak peduli pada restoran.
In Ho menunggu di depan restoran. Melihat Jun datang dia memanggilnya. Jun bertanya mengapa In Ho datang padahal ibu sudah memberitahu bahwa mereka akan terlambat membuka restoran. In Ho bertanya apakah Seol sudah kembali. Jun mengatakan bahwa Seol sudah pulang dan semalam menginap di rumah Bora. Melihat In Ho masih mengenakan pakaian yang sama, Jun curiga In Ho tidak pulang karena mencari Seol. In Ho mengelak dan mengatakan tidak. Dia lantas pergi meninggalkan Jun.
In Ho duduk dengan wajah sedih. Masih lekat diingatannya saat melihat Seol tengah menangis dalam dekapan Jung. “Mereka menghabiskan waktu bersama setelah itu” gumam In Ho.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahu In Ho dengan keras. Ayah Seol nampak berdiri dengan wajah keras. “Apa yang kaulakukan? Seharusnya kau menyebarkan pamflet” kata ayah.
In Ho ngambek karena fotonya dipakai untuk pamflet. Dia kesal karena dia terlihat konyol di pamflet tersebut. Ayah malah memarahinya dan mengatakan dia punya hak untuk menggunakan foto In Ho karena sudah membayarnya sebagai model. In Ho menyindir karena hanya dibayar dengan mie kacang hitam, namun ayah mengatakan bahwa In Ho semdiri yang mau, dia sudah menawarkan daging babi dan yang lain. in Ho mengungkit ayah yang memelototinya saat itu sehingga In Ho tidak berani memesan lebih J ayah mengalah dan berjanji akan mentraktir In Ho babi saus manis asalkan In Ho membantunya memgabikan pamflet. In Ho setuju, tiba-tiba ayah menunjuk pada sesuatu dan In Ho terpancing dan ikut melihat, saat itulah ayah memukul bahu In Ho. In Ho malah tertawa melihat ayah.
In Ho menatap pamflet yang memasang foto dirinya tengah memegang mangkuk mie dan tersenyum. Di pamflet tertulis ‘Bahkan pria tampan jatuh hati pada mie Hong ‘ “Aku terlihat bodoh” kata In Ho.
Jung tengah bekerja di kantor. Dia mendapat pesan dari Seol ‘Ibu memukuliku’ Seol yang tengah memetik toge melihat ponselnya berbunyi. ‘Kau pantas mendapat masalah’ tulis Jung. Seol membalas pesan Jung ‘Kau juga ikut terlibat’ tulis Seol. ‘Oh benar. Haruskah aku menyerahkan diri dan mengatakan pada orang tuamu kau menghabiskan malam denganku’ tulis Jung. Seol tersenyum dan membalas ‘Tidak, aku minta maaf’ Jung tertawa kecil. ‘Apa pekerjaanmu berjalan baik? Ini akhir minggu. Itu berlebihan’ tulis Seol.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Park Jung Soo. Jung segera bangun dari kursinya. Park memberikan gelas berisi kopi kepada Jung. “Maaf sudah terlambat. Aku hampir menyelesaikan laporannya . Jika kau mau memeriksanya denganku…” “tidak, tidak apa” kata Park memotong ucapan Jung sambil menepuk lengannya hingga isi gelas sedikit tumpah. Jung nampak sebal karena kopi itu memercik ke tangannya. Park menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia kemudian setengah berbisik bertanya pada Jung mengenai laporan bisnis yang dia minta ke Jung. Jung tersenyum. Dia mengatakan dia punya beberapa ide ketika tengah memeriksa file. Jung mengatakan bahwa dia akan menambahkannya (di laporan). Park tersenyum senang dan memuji Jung. Jung nampak tersenyum. Mendengar pujian Park, namun senyumnya terlihat aneh. Nampaknya Jung telah merencanakan sesuatu.
Oh Young Gun nampak berusaha menghubungi seseorang. Namun tidak diangkat, Young Gun merutuk sambil melihat wajahnya yang lebam. Nampaknya dia menghubungi In Ha.
Young Gun mengecek sebuiah situs dan menemukan beberapa postingan. Mata Young Gun menangkap sebuah judul post yang membuatnya tertarik. Dia membuka post tersebut.
Young Gun terkejut melihat foto dirinya tengah bersembunyi di balik rak buku. Nampak dalam foto, Young Gun tengah mengintip Seol. Di foto lain terlihat Young Gun yang tengah mengikuti Seol sedang memotret Seol dari belakang. Young Gun shock. Terlebih di membaca beberapa komentar yang menyudutkannya seperti ‘Maniak itu memotret kaki gadis itu’ ‘Apakah dia mengikuti gadis itu?’ ‘Dia kriminal’ ‘Tunjukkan wajahmu, biar kami melihatmu’ ‘Young Gun si gila brengsek’ ‘Mengapa ada orang yang hidup seperti itu?’ ‘Aku rasa kau hidup dan makan, jangan coba makan’ Young Gun terlihat kesal dan membalas, ‘Itu bukan aku. Jangan menuduhku. Kau gila. Aku akan mengirim siapapun yang mengepost tuduhan ini ke penjara ’ dia kemudian mengenter postnya. Namun Young Gun terkejut begitu membaca post yang mereply dengan tulisan ‘Kau tidak mengepost apapun tapi kalimat kebohongan’ Young Gun menduga itu Jung. Namun Young Gun berpikir mungkin bukan Jung, karena Jung tidak ke sekolah, sedang magang.
Di kampus, Young Gun berjalan sambil menutupi wajahnya. Dia bertanya-tanya apakah akan ada yang mengenalinya dan mengetahui itu dia. Young Gun terkejut saat bertemu Sang Chul yang sedang duduk di tangga. Sang Chul menyapa Young Gun dan menyindirnya karena telah dipukul dua orang gadis. Sang Chul memuji Young Gun yang berhasil menggaet dua wanita sekaligus dan menjadi popular. Sang Chul juga bertanya perihal foto tentang pria gila yang mengikuti seorang gadis. Sang Chul mengatakan bahwa pria itu mirip Young Gun dari belakang. Young Gun membantah itu dirinya dan dengan kesal meninggalkan Sang Chul. Sang Chul berusaha meyakinkan dirinya bahwa itu benar Young Gun dengan mengamati Young Gun yang berjalan di depannya dengan foto yang ada di HPnya. Young Gun menduga-duag siap orang yang sudah memotretnya. Apakah Jung? namun dia menepis dugaan itu karena Jung tidak ke sekolah. Baek In Ha? Dia juga tidak mungkin karena menurut Young Gun, In Ha bodoh dan tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Tiba-tiba Young Gun ingat pada In Ho yang pernah beberapa kali mengejar dan hendak memukulnya. Young Gun yakin itu In Ho.
Seol tengah duduk sendirian di taman. Young Gun yang melihat hendak menghampirinya. Dari jauh nampak Bora dan Eun Taek tengah berjalan. Melihat Young Gun Eun Taek berlari sambilberteriak “Pergi kau burung kakak tua!” Young Gun yang takut dengan Eun Taek segera membalikkan badan pura-pura menelepon. Seol nampak bingung apalagi Bora dengan terburu-buru membereskan buku-buku Seol dan mengajaknya pergi. Bora mengajak makan. Tiba-tiba ponsel Seol berbunyi. Young Gun mengirim pesan ‘sepertinya si berandal memposting sesuatu tentangku di internet’ tulis Young Gun. Katakan padanya untuk berhenti sekarang. Jika tidak aku akan menuntutnya’ Bora memaki dengan kesal. Mereka mengabaikan pesan Young Gun.
Bora bertanya pada Seol mengenai apa yang terjadi hari itu (saat Seol kabur dari rumah). “Yoo Jung mu meneleponku. Kau tahu betapa kagetnya aku? Dan apa kau tahu betapa takutnya aku saat menghubungi rumahmu? Aku khawatir mereka mungkin akan bertanya tentang kau padaku” kata Bora. “Maaf” kata Seol. Bora nampak terkejut “Jadi benar kau dengan Yoo Jung?” Seol membenarkan. Bora nampak terkejut. “Di tempat tidur yang sama?” tanya Eun Taek tersenyum ingin tahu.
Seol sadar apa yang ada dipikiran teman-temannya. Dia membantah dugaan tersebut. “Kami Cuma tidur, tidur!” kata Seol mencoba menjelaskan. “Kau benar hanya tidur?” tanya Eun Taek. “iya benar. memang kenapa?” tanya Seol. “Berarti Yoo Jung harus ke rumah sakit” lanjut Eun Taek. “Kenapa?” tanya Seol. “Dia tidak sehat jika itu keadaannya” Seol bingung dengan kata-kata Eun Taek dan bertanya pada Bora. Bora pura-pura tidak tahu dan tidak ingin dengar. Eun Taek masih mengoceh soal apa yang harusnya terjadi.
In Ho menemui Seol di perpustakaan. In Ho duduk dua bangku di samping Seol. Dia mengetuk meja memberitahu kedatangannya. In Ho mengeluarkan buku. Seol menyuruh In Ho mendekat, namun In Ho malah bertanya kenapa. Seol beranjak dari kursinya mendekat ke sebelah In Ho. Namun In Ho malah menggeser kursinya menjauh. Seol mengira In Ho menghindar karena belum mengerjakan PR. Seol pura-pura menyerah tidak mau mengajar. Seol membereskan buku-bukunya. Ketika In Ho mendekat untuk mengambil bukunya, Seol langsung menarik In Ho sehingga In Ho tidak dapat kabur. Saat Seol tengah menjelaskan InHo memandangi Seol lekat-lekat.
In Ho tidak bisa konsentrasi karena perasaannya kepada Seol. Dia minta ijin untuk pergi. Seol memandang dengan bingung.
Di kereta Seol bercerita pada In Ho soal Jun yang berhenti kuliah tanpa memberitahu orang tuanya. Seol merasa Jun pasti sangat kesusahan dan dia tidak tahu apa yang dialami Jun karena dia selalu tersenyum. In Ho memberitahu bahwa Jun sangat menkhawatirkan Seol dan mencarinya ke sana kemari. In Ho memarahi Seol yang kabur dari rumah seperti anak remaja. In Ho menasehati Seol untuk tidak lagi melakukannya. Seol mengejek In Ho yang berkata demikian seolah dia sudah dewasa. In Ho memberitahu bahwa dia sebenarnya lebih tua dari Seol. “Masak” kata Seol. “Iya kau juga tahu, tapi pura-pura tidak tahu dan bersikap seolah kita seumuran” kata In Ho. “Oh begitu jadi haruskah aku memanggilmu ‘kakak besar’ ?” tanya Seol. In Ho tertegun memandang Seol. “Ah tidak perlu” kata In Ho.
In Ho tidak mau Seol memanggilnya seperti itu. Seol menggoda In Ho dengan mengatakan bahwa panggilan itu cukup bagus.
Dia kemudian mulai memanggil In Ho dengan panggilan ‘oppa’ hingga In Ho merasa malu dan berkata “Apa kita harus pergi ke suatu tempat?” Seol tidak mengerti, namun In Ho menyuruhnya ikut karena dia ‘kakak’ Seol.
In Ho berjalan di depan Seol. Seol menggerutu bertanya kemana mereka mau pergi. In Ho menyuruh Seol untuk mengikutinya. Seol kembali menggoda In Ho dengan memanggilnya ‘oppa’ dengan manja. Seol terkejut melihat ayahnya tengah membagikan pamflet. Seol merasa bersalah karena baru mengetahui bahwa ternyata selama ini ayah sering menghilang untuk membagikan pamflet. In Ho hendak menemui ayah Seol, namun Seol punya rencana lain.
Seol membawa ibu dan Jun ke daerah tempat ayah membagikan pamflet dengan alasan ingin mentraktir makan. Jun melihat ayahnya, Seol memberi kode pada In Ho. Jun bertanya mengapa ayah dan In Ho ada di situ. In Ho pura-pura terkejut dan memberitahu bahwa dia hanya membantu namun ayah malah memakai fotonya untuk promosi. Ibu terkejut melihat ayah. Ibu memarahi ayah karena tidak memakai pakaian yang layak di udara sedingin itu. Ibu memberikan syalnya pada ayah. Mereka masih gengsi untuk saling meminta maaf. Ayah bertanya darimana mereka tahu tempat itu. Seol diam saja, ayah sadar In Ho yang memberitahu dan memukul punggung In Ho. Ibu membela In Ho dengan mengatakan Seol hendak mentraktir makan sehingga mereka datang ke tempat itu. Seol mengajak semua untuk makan. Ayah menolak karena mau membagikan pamflet. In Ho mengambil pamflet itu dan menyuruh mereka pergi karena dia yang akan melanjutkan. Ibu bertanya apa In Ho tidak ikut. In Ho mengatakan itu makan malam keluarga jadi hanya keluarga yang pergi. Ibu malah mengajak In Ho ikut. Ayah kembali menepuk punggung In Ho dan menyuruhnya ikut.
Mereka masuk ke sebuah restoran. Ibu mengeluh karena restorannya mahal. Seol meminta In Ho untuk bertukar tempat duduk. Ibu bingung kenapa. Seol menjelaskan bahwa In Ho bisa menggunakan tangan kanan dan kiri sekaligus. Sehingga dia makan dengan tangan kiri dan menulis dengan tangan kanan. Jun mengatakan berarti In Ho jenius. Ibu mengatakan bahwa sekarang dia mengerti mengapa In Ho makan dengan tangan kiri. Jun bertanya apakah In Ho bermain dengan tangan kiri? In Ho mengatakan Jun bodoh karena bermain piano tentu dengan dua tangan ayah memesan daging babi untuk In Ho karena sebelumnya pernah menjanjikannya.
Mereka makan bersama. Ibu meletakkan daging ke mangkuk In Ho dan mengatakan bahwa In Ho pasti merasa berat bekerja dan berlatih piano setiap hari sehingga menyuruh In Ho makan banyak. In Ho terlihat tersentuh dengan sikap ibu. Jun menambahkan bahwa In Ho juga pasti berat karena harus belajar juga. Ibu bertanya untuk apa In Ho belajar. Jun memberitahu bahwa In Ho mau ikut ujian GED. Ibu bertanya lagi “Bukankah itu ujian untuk seseorang yang tidak lulus SMP atau SMA?” In Ho dengan jujur mengatakan dia tidak lulus SMA. Ibu menambahkan lagi makanan ke mangkuk InHo “Berarti kehidupanmu sangat berat, ayo makan lebih banyak. Bagaimana kau punya waktu untuk belajar?” tanya ibu. Ayah menyuapi In Ho dan mengatakan “Anggap ini babi saus manis” In Ho pura-pura marah karena ayah tidak bermoral dan dia mengancam akan melapor ke departemen pekerja. Jun protes karena tidak mendapat perlakuan seperti In Ho. Ayah memarahinya karena Jun tidak tahu apa yang akan dia lakukan di masa depan. Mereka makan dengan senang.
In Ho memainkan pianonya dengan indah. Prof Shin memperhatikan dari balik pintu. Prof Shin masuk dan menyentuh pundak In Ho.
“Terakhir kali terdengar sedih dan kesepian. Sekarang, matahari bersinar” goda prof. in Ho tersenyum menanggapi kata-kata prof. “Mengapa kau dipenuhi emosi akhir-akhir ini? ini bagus kan? Aku rasa Beethoven benar-benar Beethoven. Kau masih tidak ingin menemui prof Noh?” tanya prof Shin. In Ho menolak. Saat prof bertanya alasannya. In Ho mengatakan bahwa dia tidak punya kepercayaan diri. Prof Shin mengajak makan. In Ho bertanya bagaimana pelajarannya? Prof Shin mengatakan sudah selesai dan dia lapar. Dia hendak mentraktir In Ho.
Seol tengah mengikuti pelajaran. Pelajaran berakhir, nampak Oh Young Gun bersiap menghampiri Seol. Namun belum sempat mendekat, tiba-tiba Bora dan Eun Taek masuk ke kelas dan memanggil Seol. Bora mengajak Seol makan. Seol mendapat pesan dari Jung yang memberitahu dia ada di sekolah dan ingin bertemu. Wajah Seol terlihat girang. Dia membereskan barang-barangnya dan mengatakan pada Bora supaya mereka makan tanpa dirinya. Bora mengomel karena Seol pergi. Eun Taek bertanya apakah Bora iri? Eun Taek juga bertanya apakah dia selamanya akan menjadi pelayan Bora namun Bora menepis Eun Taek dan mengatakan tidak mengerti maksud Eun Taek.
Seol berlari keluar, dia melihat Jung sedang menunggu. Seol berlari sambil memanggil Jung dan mengayunkan tangannya. Jung bertanya mengapa Seol terlihat begitu senang.
Seol mengatakan dia mengira Jung menunggu di danau. Seol juga bertanya apa tidak mengapa Jung ada di situ pada jam tersebut. Jung mengatakan tidak apa. Dia mengajak Seol makan.
Jung mengulurkan tangannya dan Seol menyambutnya. Mereka berjalan sambil berpegangan tangan, Jung merangkul pundak Seol.
Jung dan Seol datang ke sebuah kantin. Mereka duduk berhadapan. “Sudah lama kita tidak kemari. Aku ingat saat kau meninggalkanku untuk kencan butamu” kata Jung. Seol nampak merasa bersalah “Itu sudah lewat beberapa waktu yang lalu” Jung tersenyum sambil memakan sup nya. Dengan kikuk Seol berkata “Terima kasih untuk makanannya” “Sama-sama” kata Jung. “Bagaimana pekerjaanmu? Apakah sibuk?” tanya Seol. “Ini sibuk, melelahkan dan semua tentang itu” kata Jung. Seol memandang Jung kemudian sibuk dengan makanannya. “Bagaimana denganmu? Apakah sesuatu terjadi?” tanya Jung “Sebenarnya akhir-akhir ini…” Seol tidak melanjutkan ucapannya. Dalam hati Seol berkata dia hampir saja bercerita soal Oh Young Gun. “Tak banyak hal terjadi padaku” kata Seol.
“Aku harus memberitahunya suatu hari. Tapi bukan sekarang saat dia datang ke sekolah setelah sekian lama” kata Seol dalam hati. “Bagaimana pelajaranmu?” tanya Jung. “Mereka baik-baik saja” kata Seol. “Aku harus memberitahu dia aku membantu Baek In Ho dengan pelajarannya untuk GED. Ini bukan apapun hanya membantu belajar” “Senior sebenarmya aku..” Seol menghentikan kalimatnya karena melihat Jung nampak terkejut.
Jung melihat In Ho datang bersama prof Shin. In Ho mengeluh pada prof karena membawanya ke tempat murah padahal si prof mampu. Prof Shin mengenali Seol sebagai siswa yang dia beri kartu nama. Seol berdiri memberi hormat, sementara In Ho nampak tertegun melihat Seol dan Jung. prof Shin mengajak In Ho untuk duduk bersama Seol dan Jung. Meski kesal In Ho menurut.
“Kenapa kau duduk di sini?” tanya prof melihat In Ho duduk di sebelahnya padahal seharusnya In Ho duduk diseberang prof yang berarti di sebelah Jung. “Untuk makan dengan nyaman” kata In Ho asal. Prof berseloroh mengapa dia harus memberikan kartu namanya sehingga dia mendapat kesulitan di dalam hidupnya. In Ho menanggapi dengan mengatakan dia juga merasakan hal yang sama. Prof bertanya apakah In Ho sempat berterima kasih pada Seol. “Terima kasih, aku melakukan dengan baik semua berkat kau” kata In Ho kepada Seol. Jung memandangnya dengan sinis. Prof mengatakan seharusnya In Ho belajar dengan baik dan pergi ke sekolah. “Belajar bukan hal yang sulit lagi, iyakan bulu anjing?” kata In Ho.
Seol tertegun khawatir In Ho akan mengatakan bahwa dia dibantu Seol belajar padahal Seol belum sempat memberitahu Jung. Seol pura-pura tersedak.
Jung melihat Seol terbatuk-batuk, dia nampak terkejut. “Kau tidak apa-apa?” tanya Jung khawatir. In Ho terlihat bingung demikian pula prof Shin. Seol mengangguk meyakinkan dia tidak apa-apa. Prof bertanya pada Jung apakah Jung teman In Ho. “Bukan” kata In Ho.
Jung tersenyum dan mengatakan iya. Dia mengenalkan dirinya pada prof Shin. Jung bertanya mengenai pelajaran piano In Ho. In Ho menghardik Jung yang ikut campur. Prof Shin menegur In Ho karena bersikap kasar. Prof memberitahu bahwa meski emosional tapi permainan In Ho makin bagus apalagi beberapa hari ini penuh dengan emosi. In Ho mengatakan dia selalu begitu namun prof mengatakan tidak. “Apa kau tengah berkencan akhir-akhir ini?” tanya prof hingga membuat In Ho tersedak karena kaget. Jung memandang In Ho dengan tajam, nampaknya Jung curiga In Ho menyukai Seol. Prof melanjutkan bahwa dia berkata demikian berdasarkan pandangannya selama ini dan dia yakin In Ho punya pacar.
Jung masih memandangi In Ho tanpa berkedip. In Ho merasa bingung dengan tatapan Jung dan berbalik menatap Jung.
Jung melihat Seol dan meraih tangan Seol. Dia mengambil nasi yang menempel di tangan Seol. Prof dan In Ho terperangah melihatnya. Jung seakan ingin menunjukkan pada In Ho bahwa Seol adalah miliknya. Prof Shin mengatakan dia senang melihat Jung dan Seol. Prof Shin pamit dan In Ho yang juga sudah selesai berniat menyusul. Prof menyuruh In Ho untuk bertemu di café. Ketika In Ho hendak beranjak tiba-tiba ponselnya berbunyi, ternyata Jun yang menelepon.
“Ada apa Jun?” tanya In Ho. Jung nampak tidak suka mendengarnya. Jun menghubungi In Ho untuk memberitahu bahwa ibu minta dibelikan mangkuk dan handuk yang sama seperti di restoran. In Ho bertanya pada Seol dimana ibu biasa membeli mangkuk. Seol meletakkan sendoknya. Dia berkata di ponsel In Ho memberitahu Jun bahwa mereka tidak bisa menggunakan mangkuk itu karena Seol melihat di tv bahwa mangkuk itu mengandung carcinogen. In Ho tersenyum dan mengatakan pada Jun untuk mendengarkan Seol.
Jung terlihat tidak suka, wajahnya berubah menjadi muram melihat Seol dan In Ho terlihat akrab dan dekat saat bicara dengan Jun. In Ho mengatakan bahwa dia akan membeli mangkuk dan lainnya. In Ho mengatakannya dengan ringan seolah ibu adalah ibunya ndan Jun adalah adiknya. In Ho nampak senang mendengar ibu dan ayah berbaikan. Dia menatap Seol yang memandangnya ingin tahu. “Mereka pergi bersama?” tanya Seol tak percaya. “Iya mereka pergi ke acara reuni” kata In Ho. Jung terlihat makin muram dan bingung. Jung merasa seakan dia tidak dianggap dan tidak ada. Seol menghadap ke arah Jung dan dengan senang berkata “Kau dengar itu, mereka berbaikan” namun Jung terlihat seperti tidak mendengar. Dia nampak teringat akan sesuatu yang membuatnya trauma.
Jung yang baru pulang, melihat ayah tengah berbincang dengan In Ho dan In Ha. In Ha nampak sangat bersemangat menceritakan tentang In Ho. Jung membungkukkan badan memberi salam pada ayah. Ayah hanya menggangguk kemudian kembali menoleh dan memperhatikan In Ha yang tengah bicara.
Jung melewati mereka dan naik ke tangga menuju kamarnya. Tak ada seorangpun yang menyapa dan menyambutnya apalagi mengajaknya ikut berbincang bersama.
Kembali ke masa kini, Jung nampak sedih dan seperti ingin menangis. Seol terlihat bingung melihat Jung yang diam saja seperti tidak mendengar yang dia katakan. “Senior, ada apa?” Jung seperti tersadar. Dia kemudian mengangkat nampannya dan mengatakan dia pergi lebih dulu. Seol nampak heraan demikian pula In Ho, dia tidak mengerti. Seol berpamitan pada In Ho. In Ho mendesis “Dia mengikutinya juga”
Seol mengejar Jung. Dia meraih tangan Jung dan bertanya kenapa Jung bersikap begitu. “Kau sepertinya terlihat makin dekat dengan Baek In Ho” kata Jung. Seol terlihat gugup. “Aku membentunya dengan pelajaran dan dia bekerja di toko kami…” Seol menjelaskan.
Jung mengangguk dan berjalan pergi. Seol mengejarnya dan meraih tangan Jung, namun Jung menarik tangannya. “Maaf aku harus pergi” kata Jung. Dia melangkah pergi meninggalkan Seol. Seol hanya bisa memandang Jung penuh sesal.
Komentar
Lagi-lagi karena cemburu namun kali ini rasa cemburu Jung bercampur dengan rasa takut. Takut untuk ditinggalkan dan takut untuk dianggap tidak ada. Melihat flashback saat Jung datang namun hanya mendapat anggukan tanpa ada sepatah katapun dari ayahnya membuat saya ikut merasa patah hati. Bagaimana tidak ayah sendiri bisa dengan akarab berbincang dengan ‘anak lain’ dengan akrab dan tersenyum, sedangkan dia hanya menggangguk dan tak bertanya apapun terhada putranya sendiri. “Kenapa kau baru pulang? Bagaimana sekolah hari ni? Apa kau sudah makan? Duduklah dulu di sini mengobrol bersama kami!” mungkin itu kata-kata yang ingin di dengar Jung.
Kondisi Jung serupa namun tak sama dengan Seol. Seol juga merasa tersisih dan selalu dikorbankan. Demi membayar kuliahnya Seol bekerja mati-matian dan belajar dengan giat untuk mendapat beasiswa namun tak ada penghargaan dari sang ayah. Ayah bahkan kerap mengatakan bahwa anak gadis tidak perlu sekolah tinggi karena nantinya akan menikah. Ayah menggantungkan harapan pada Jun dan hanya Jun yang diperhatikan. Serupa dengan Jung, Seol juga ingin mendapat sambutan dan pujian dari ayah dan ibunya. Kata-kata seperti “Ayah bangga kau mendapat beasiswa” “Kami bangga kau selalu mendapat nilai tertinggi” “Kau jangan lupa makan dan istirahat karena belajar dan bekerja pasti berat” mungkin itu yang ingin Seol dengar. Pada akhirnya Seol sampai pada titik kekecewaan saat mengetahui orang tuanya akan memintanya untuk cuti supaya bisa bekerja demi mendapat uang untuk kuliah Jun.
Seol merasa hanya Jung yang memahami dan bisa memberinya kenyamanan yang tidak diberikan orang tuanya. Demikian pula Jung merasakan hal yang sama. Mereka saling membutuhkan dan tidak ingin kehilangan sehingga nampaknya kesempatan untuk In Ho sangatlah kecil, Seol menganggap In ho seperti teman dan kakak yang tidak pernah dimilikinya. Dengan In Ho Seol bisa bercerita apa saja seperti adik yang curhat pada kakaknya.
BERSAMBUNG KE || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 12 Part 1
Posting Komentar untuk "SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 11 Part 2"