SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 6 Part 2
Baru Sinopsis, || EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 6 Part 2
Kembali ke masa kini. Seol nampak takut dan bersembunyi. Namun sepertinya Young Gun menyadari kehadiran Seol dari cermin yang dipasang di sudut atas minimarket. Setelah Young Gun pergi, Seol segera membayar minumannya dan buru-buru keluar.
Baru beberapa langkah, Seol dikejutkan oleh Young Gun yang memanggilnya. Young Gun mengatakan dia melihat Seol di toko tapi tidak yakin. Dia juga bertanya apakah Seol les di sekitar area tersebut. Young Gun menegur Seol yang bersikap seolah tidak mengenalnya. Seol mengabaikan Young Gun dan memilih pergi, namun Young Gun tidak begitu saja melepaskan Seol. Young Gun menarik Seol masuk ke salah satu gang. Seol menepis tangan Young Gun. Young Gun mengatakan dia tidak menyukai SSeol dan hanya ingin bicara. Dia akan mulai bersekolah lagi. Seol mengakhiri pembicaraan dan melangkah pergi, namun sekali lagi dihalangi oleh Young Gun. Young Gun merasa terluka karena Seol mengacuhkannya. Dia bertanya mengenai kedekatan Seol dan Yoo Jung. “Apa kau pacaran dengannya? Benarkah? Benarkah? Kita berdua, kau dan aku menderita karena dia. Dan kau sekarang pacaran dengannya? Kamu tidak berpikir jernih ya?” Young Gun berkata sambil berjalan sehingga Seol mundur, terdesak.
“Si brengsek itu tidak benar-benar menyukaimu. Dia hanya mempermainkanmu” kata Young Gun. Seol yang terdesak mendorong Young Gun “Pergi dariku!” kata Seol ketakutan. “Siapa kau berani memperlakukanku seperti serangga” Young Gun terlihat marah “Hey kau punya keahlian rupanya. Bagaiman kau merayu Jung? kau bertingkah seperti pecundang yang bahkan tidak bisa bicara dengan pria. Aku kira…” belum selesai Young Gun berkata tiba-tiba sebuah tendangan membuatnya tersungkur.
“Aku mencoba mendengarkan tapi telingaku menjadi panas” kata In Ho. “Siapa kau? Menendang punggungku” kata Young Gun dengan marah. In Ho balik bertanya dan mengkritik Young Gun yang berani menyeret dan menyudutkan seorang wanita. Young Gun yang marah berusaha memukul In Ho namun In Ho menghindar dan malah balik memukulnya. In Ho mengejek Young Gun dengan mengatakan bahwa dia membiarkan Young Gun untuk memukulnya, namun pukulan Young Gun sangat lemah dan lamban sehingga In Ho tidak sabar. “Hey Hong Seol, kau sungguh menakjubkan. Yoo Jung, Kwon Eun Taek dan sekarang si berandal pengecut ini” kata Young Gun melihat ke arah In Ho. In Ho mengancam untuk memukul lagi. “Kau menasehatiku karena menggoda setiap orang. Kaulah yang sebenarnya menggoda di sana dan di sini kau sampah!” kata Young Gun sambil mendekat ke arah Seol.
Namun tiba-tiba In Ho mendorong Young Gun ke arah tembok. “Aku tahu orang seperti kau. Kalian tidak punya control diri. Tak ada solusi untuk pecundang sepertimu yang mengganggu wanita. Akulah solusinya” kata In Ho sambil bersiap melayangkan tinjunya ke Young Gun. Seol berteriak menahan In Ho. Tinju In Ho mendarat di tembok. Young Gun terlihat ketakutan. in Ho mengusirnya pergi dan dia segera berlari. Sebelum pergi Young Gun mengancam akan menuntut In Ho dan In Ho mengancamnya. Seol juga ikut mengancam bahwa dia juga akan mengadukan Young Gun ke polisi karena dia saksi. “Ya lakukan saja. Tapi Yoo Jung pasti salah. Mengapa dia harus mengirimku kepadamu tahun lalu? Ayo kita mengobrol setelah semester dimulai” Seol terlihat terkejut. In Ho hilangh kesabaran dan mengusir Young Gun. “Bulu anjing, siapa si brengsek itu? Dia ada hubungannya dengan Yoo Jung kan? Hati-hatilah mulai saat ini” kata In ho. Seol melihat tangan In Ho yang terluka. “Dan hati-hati dengan pecundang seperti dia. Yoo Jung menelan orang seperti dia untuk makan malam. Dia mengunyah mereka seperti permen karet, ok? Kau mengerti?” Tanya In Ho. Seol mengangguk sambil memandang tangan In Ho. “Ayo cepat, kau bisa terlambat masuk kelas.”
Di tempat kursus, anak-anak nampak berlari menghampiri In Ho. “Ada apa ini, kalian harus pergi sekarang” kata In Ho. Anak-anak berpamitan dan pergi. In Ho masuk ke ruang kantor. Salah satu staff memberitahu ada yang menitipkan obat untuk In Ho. In Ho bertanya siapa. Staff itu mengatakan dia tidak tahu namanya tapi dari ciri yang dia gambarkan, In Ho tahu itu Seol. In Ho terlihat senang. Di kelas Seol tidak bisa konsentrasi. Dia teringat ucapan Young Gun tentang Jung. Saat keluar dari kelas, Seol berkata pada dirinya sendiri untuk tidak mempermasalahkan apa yang dikatakan Young Gun karena dia dan Jung mulai saling menyukai dan dia tidak ingin menyebabkan masalah dalam hubungan mereka. Seol melihat sesuatu dan terlihat senang dia berlari dan tidak mendengar In ho memanggilnya. “Senior, apa yang membawamu kemari?” Jung tersenyum dan merapikan poni Seol dengan gemas. “Aku ingin mengantarmu pulang. Masuklah!” kata Jung. Dengan riang, Seol masuk ke mobil. In Ho yang melihat mereka berkata bahwa dia tidak perlu repot mengantar Seol pulang, namun ekspresi wajahnya terlihat kecewa.
Seol dan Jung berjalan sambil bergandengan tangan. Seol menyadari Jung mengenakan jam yang dia berikan. Jung mengatakan mulai saat itu dia akan selalu mengenakan jam tersebut setiap hari. Seol terlihat senang mendengarnya.
Tiba-tiba Seol menghentikan langkahnya dan melihat ke salah satu gang buntu. Jung menanyakan kenapa Seol diam. Seol mengatakan bahwa dia seperti melihat seseorang berdiri di sana. Jung memeriksa gang itu dan mengatakan taka da apapun. Seol berasumsi kalau dia salah lihat. Di depan rumah Seol nampak seorang wanita tengah memberi keterangan pada polisi. Melihat Seol datang wanita itu memanggilnya. Dia bertanya tentang tetangga Seol. Wanita itu menanyakan alamat Joo Young yang dituduh mengintip, namun Seol membela Joo Young. Polisi bertanya mengenai ciri Joo Young dan menemukan bahwa ciri-cirinya tidak sama dengan ciri pria yang telah mengintip si wanita. Jung mengajak Seol masuk. Wanita itu masih memaksa Seol memberikan alamat Joo Young namun polisi mencegahnya.
“Pelaku, belum tertangkap. Aku khawatir. Dia tidak mungkin kembali kan?” Tanya Jung. “Mengapa kau menanyakan hal menakutkan seperti itu” kata Seol ketakutan. Jung menawarkan untuk menemani karena adik Seol menginap di luar. “Apa kau tidak apa-apa sendirian?” mereka masuk ke rumah dan menemukan kamar Seol berantakan. Pakaian Jun ada di mana-mana, Seol terlihat malu dan buru-buru membereskan. Seol mempersilahkan Jung duduk. Seol menawarkan kopi namun Jung menolak dan minta air mineral. Seol ke dapur dan melihat bak cuci penuh piring dan mangkuk kotor. Dia merasa malu dan menutup cucian piring dengan kain lap. Seol pamit untuk berganti pakaian. Dia menyuruh Jung untuk tetap duduk. Jung menatap sekeliling kamar Seol yang kecil.
Setelah selesai berganti baju, Seol duduk menghadap Jung, mereka terlihat kikuk. “Jung berada di kamarku, benar-benar menakjubkan” kata Seol dalam hati. “Aku harus tetap menjaga diriku darinya. Sejak kapan aku mulai mempercayainya seperti ini?” kata Seol. Seol memecah keheningan dengan bertanya “Haruskah kita menonton tv?” Tanya Seol. “Kau punya tv?” Tanya Jung seakan tak percaya. “Ya, tapi aku tidak sering menonton, jadi aku menyimpannya di lemari baju” kata Seol seraya membuka lemari bajunya. Jung nampak bingung “Mengapa tv ada di bawah semua selimut?” Tanya Jung. “Karena aku jarang menonton” kata Seol, berusaha menarik selimut di dalam lemari. “Ini model lama, dan agak berat” kata Seol. “Aku akan membantumu” kata Jung, bergerak menghampiri Seol.
Mereka berusaha menarik tv namun keduanya malah terlempar karena kesulitan mengeluarkan tv. Mereka jatuh ke kasur, Seol jatuh terlebih dulu disusul Jung yang jatuh tepat di atas tubuh Seol. Mereka saling berpandangan. Jung mendekatkan wajahnya ke wajah Seol. Seol yang gugup menutup mulutnya. Jung berbisik “Tidak apa, aku tidak perlu menonton tv” kata Jung sambil tersenyum. Jung bertanya apa yang harus dia lakukan dengan selimut yang mereka tarik dari dalam lemari. Jung memasukkan selimut-selimut itu ke dalam lemari.
“Senior” Seol memanggil Jung. “Ayo tidur sekarang” kata Seol. Jung terlihat terkejut “Huh?” Seol bingung dengan reaksi Jung dan mengulangi “maksudku tidur, tidur” sambil menyatukan telapak tangannya dan meletakkannya di pipi. Jung tersenyum “Baiklah, ayo kita lakukan” Seol segera meberikan alas untuk tidur, selimut dan bantal. “Selamat tidur. Tolong matikan lampunya di sana” kata Seol lalu menarik selimut membalikkan badan menghadap tembok.
Jung memejamkan mata dengan senyum teruntai di bibirnya. Seol membalikkan badannya menengok ke arah Jung. Seol yang tidak bisa tidur perlahan bangun untuk memastikan Jung tertidur. Tiba-tiba Jung berkata “Sulit tidur?” Seol menghela nafas “Bagaimana denganmu?” “Bagaimana aku bisa tidur kalau kau terus bergerak” kata Jung. “Ini baru jam 10.30” kata Jung. Seol bangun dari tempat tidur dan menyuruh Jung menyalakan lampu. “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Seol. Jung melihat album foto dan minta ijin untuk melihatnya.
Mereka melihat foto bersama. Jung memuji Seol yang terlihat imut di foto. “Wah matamu kelihatan besar waktu kecil” Seol terlihat tidak suka “Apa?” Jung mengalihkan topic dengan bertanya soal ayah Seol. Jung tertawa melihat rambut Seol yang keriting saat masih kecil. “Aku rasa kau dan Jun sangat dekat sejak kalian kecil” kata Jung. “Yah sampai sekarang kami masih dekat” kata Seol. “Tapi terkadang, Jun juga bisa mengganggu. Jun tumbuh dengan melakukan apapun yang dia ingin lakukan” kata seol. Seol juga bercerita bagaimana orang tuanya selalu memberikan apa yang Jun inginkan. “Selalu ada orang seperti itu. Orang yang dengan mudah memndapatkan cinta dari orang-orang disekitarnya” kata Jung. Seol bercerita bahwa dulu dia tidak berpikir kalau dirinya pintar. Sehingga Seol selalu memberi usaha terbaik sehingga hasilnya selalu baik. “Hingga saat, itulah sebabnya aku menjalani hidup dengan rajin. Namun suatu hari itu menjadi kebiasaan. Dan itu menjadi keharusan di dalam hidupku. Jadi meski akau melakukan satu kesalahan kecil aku merasa melakukan kesalahan yang besar. Aku membicarakan hal yang memusingkan ya?” Tanya Seol. “Aku juga merasa begitu” kata Jung. “Kau juga senior?” Tanya Seol. “Ayahku sangat perhatian dan lembut pada semua orang. Namun dia punya harapan tinggi kepadaku. Dan aku harus bertemu mereka. Aku harus sopan dan tidak dapat marah. Ini bukan berarti dia memaksakan. Sering, aku merasa setengah dari hatiku terasa sesak” Seol nampak prihatin. “Seol, jika aku orang tuamu aku pasti merasa sangat bangga. Sangat senang melihatmu bekerja sangat keras untuk hidup. Jangan cemas, kau melakukannya dengan baik sampai sekarang” kata Jung “Kau melakukan dengan baik. Itu adalah hal yang ingin kudengar setidaknya sekali dari seseorang” Seol berkata dalam hati. “Senior, apa yang kau suka dariku? Tanya Seol. “Apa?” Jung bertanya tak mengerti. “Yah, kita kan tidak pernah dekat. Sebenarnya aku berpikir kau tidak menyukaiku” kata Seol. Jung tersenyum dan mengangguk “Aku tidak menyukaimu” “Lalu kapan kau mulai memiliki perasaan berbeda terhadapku.” Kata Seol.
Setahun yang lalu. Da Young dan temannya tengah berdebat mengenai siapa yang harus presentasi. Da Young merasa pekerjaan temannya terlalu ringan “kau hanya mendokumentasikan, aku membuat teks nya” kata temannya. Da Young mangatakan bahwa Seol yang melengkapinya dan menyempurnakan laporan mereka. Seol menyanggupi untuk presentasi. Saat itu Jung dan Kwang Hyun melewati mereka. “Lagipula aku yang membuat ringkasan ke power point” kata Seol mencoba menengahi. Da Young dan temannya merasa senang. Kwng Hyun berkata pada Jung “Seol mirip kamu” “apa maksudmu?” Tanya Jung. “Ya itu, kalian berdua sama” Jung nampak tidak mengerti.
Di persiapan pesta sekolah, Seol masih sibuk mengurus sesuatu ketika Sang Chul pamit lebih dulu. Seol mengingatkan bahwa posternya belum dipasang dan itu merupakan tugas Sang Chul. Sang Chul mengatakan bahwa dia sudah membantu merapikan restoran dan menyuruh orang lain saja yang melakukan. Da Young mengatakan bahwa dia yang akan menangani pamflet karena itu dia minta Seol yang memasang poster. “Poster memakan waktu lama, bisakah kau membantuku” kata Seol. Kau bisa malekukan ini (sebar pamflet) besok” kata Seol. Da Young menolak karena ada rencana besok. Seol mengingatkan acaranya besok. Jung menyanggupi membantu Seol memasang poster. Da Young bertanya soal kondisi Jung yang terserang flu. Da Young menyarankan Jung untuk pulang. “Tidak, aku akan menyelesaikannya. Jadi kalian pergilah” Da Young segera pergi bersama Min Soo.
“Kau juga boleh pulang. Kalau lewat pintu belakang kau tidak akan bertemu siapa-siapa” kata Jung. “Aku harus menempel poster” kata Seol. “Aku bisa melakukannya” kata Jung. Seol diam dan menuju meja sebelah mengambil poster. “Aku bilang kau bisa pulang. Tak ada yang akan memujimu meski kau melakukannya. Seol terdiam dan menengok kea rah Jung yang tengah bekerja “Aku mungkin terlihat bodoh. Tak peduli aku dikenali atau tidak aku memilih melakukannya. Bukankah itu sama sepertimu senior”. Kata Seol sambil membawa poster.
Jung nampak terdiam berpikir. Seol melangkah keluar meninggalkan Jung. Seol nampak menempel jejak kaki di jalan, ketika hujan turun dia berlari berteduh namun kemudian dengan mengenakan jas hujan, dia melanjutkan menempel poster dan jejak kaki. Setelah menyelesaikan tugasnya Seol kembali ke bar dan bersiap-siap untuk pulang. Namun suara batuk sesorang menyita perhatiannya. Seol menengok ke kanan dan kiri mencari asal suara. Seol menemukan Jung tengah tertidur di kursi.”Kenapa dia tidur disini?” Seol melihat jam di tangannya lalu meninggalkan Jung.
Jung terjaga. Dia heran mendapati ada kain lap di keningnya. Dan bergegas bangun dari kursi. Dia melihat ada baskom berisi air di meja dan botol obat. Jung menengok ke kanan dan kiri mencari siapapun yang merawatnya. Dia mendapati seseorang tengah tertidur di sofa seberang. Jung penasaran dan menghampiri orang tersebut. Jung terkejut melihat Seol tengah berbaring.
Dia mengambil jas yang dipakai sebagai selimutnya. Dia memasangkan selimut ke tubuh Seol, namun tiba-tiba tangan Seol bergerak. Jarinya menangkap jari Jung dan menjepitnya. Jung terkejut dan ekspresi wajahnya terlihat aneh
Kembali ke masa kini. “Aku bertanya padamu, sejak kapan kau memliki perasaan padaku?” Tanya Seol membuyarkan lamunan Jung. Jung tertawa dan menggelengkan kepalanya “Aku tidak terlalu tahu. Ini rahasia” kata Jung tangannya bergerak memegang jari tangan Seol persis seperti saat Seol memegang jarinya dulu. “Apa?” Tanya Seol tak mengerti dengan tindakan Jung menggenggam jarinya. “Bagaimana denganmu? Kau juga dulu tidak menyukaiku?” Tanya Jung. Seol mengganguk “Ya, itu benar. Cukup bagiku untuk mengambil cuti. Karenanya aku merasa tidak enak mendapat beasiswa karenamu. Tapi kau tiba-tiba mulai mengajakku makan bersama. Kau terus mengagetkanku. Kau kerap muncul entah dari mana seperti itu. Dan kau menolongku. Kau akan mengajak makan denganmu dan muncul setiap waktu makan. Kemudian kau tiba-tiba mengajakku pacaran.
Kemudian aku tiba-tiba tidak mendengar kabar (dari) mu. Sebenarnya, bahkan hingga sekarang kenyataan bahwa kau ada di sini sekarang sangat aneh untukku” kata Seol, jujur. “Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanya Jung. “Kau tidak lagi membenciku?” Tanya Jung lagi. Seol terdiam. Dalam hati dia berkata sebenarnya dia juga tudak tahu apa yang terjadi hingga dia bisa berakhir dengan Jung. Namun saat ini dia merasa senang Jung menggerakkan jarinya membelai jari Seol. Seol melepaskan genggaman Jung lalu mengatakan dengan nada menggoda “Itu rahasia” kata Seol sambil tertawa. Mereka saling berpandangan. Seol mengajak tidur dan meminta Jung mematikan lampu. Saat akan merebahkan diri di kasur kepala Jung membentur meja. Seol terkejut dan menanyakan keadaan Jung. Jung menjawab tidak mengapa, namuSeol tidak dapat menahan tawanya. Dia tertawa geli sementara Jung membenamkan diri di bantal.
Young Gun mengecek keberadaan Seol. Dia terkejut melihat wajah In Ho seabgai model tempat les. Young Gun yang melihat wajah In Ho berniat mengerjainya. Dia mengirim keluhan. Dia juga bergumam bahwa dia akan membalas Seol saat sekolah dimulai. Dan dia akan membuka semua keburukan Jung.
In Ho dipanggil kepala tempat les. Dia mengatakan bahwa In Ho telah membuat gila semua orang. In Ho bertanya kenapa. Kepala kursus mengatakan bahwa In Ho sudah memukul siswa dari tempat les lain apalagi In Ho adalah ‘wajah’ dari tempat les mereka. Orang tersebut tidak akan mengadukan In Ho ke polisi, namun bos tidak punya pilihan lain selain memecat In Ho. In Ho menmgerti dan berterima kasih. Dia merasa senang pernah bekerja di situ.
Ketika keluar dari ruangan, anak-anak menunggu In Ho. In Ho menyuruh mereka pergi, namun anak-anak itu terus mengerubuti In Ho. Seol memandang In Ho penuh sesal. “Ini salahku, aku akan bicara pada direktur dan menjelaskannya” kata Seol. “Tidak apa. lagipula aku memang akan meninggalkan Seoul. Waktunya tepat” kata In Ho. “Kenapa?” Tanya Seol. “Yah, aku tidak bisa tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama. Oh ya, hindari si brengsek itu jika kau bertemu lagi. Apalagi aku sudah tidak disini lagi. Mengerti?” kata In Ho. “Kau tidak akan kesini lagi?” Tanya Seol dengan wajah sedih. “Ada apa dengan ekspresimu? Apakah kau sedih? Kau sedih melihat si ganteng Baek In Ho pergi?’ Tanya In Ho menggoda Seol. Seol tetap memandang In Ho. “Ini pasti benar, kau seperti ingin menangis. Aku tahu karena aku bertemu banyak teman. Dengan wajah sepertimu sangat jelek saat menangis” Seol memukul In Ho. “Kata siapa aku mau menangis. Aku tidak sedih sama sekali” kata Seol. “Baguslah” kata In Ho “Jaga diri” kata In Ho sambil berlalu. Seol memandang In Ho yang pergi dan melambaikan tangan.
BERSAMBUNG KE || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 7
Komentar:
Akhir yang sedih di episode ini. Adegan saat anak-anak mengerubuti In Ho sangat menyentuh. Bahkan anaka-anak pun menyukai In Ho yang berhati lembut meski penampilannya seperti berandalan. Seol juga sepertinya merasa sedih kehilangan teman yang selalu membantunya meski In Ho kerap minta ditraktir dan bicara kasar.
Scene yang mengundang tawa pada episode ini ketika Seol terjebak diantara Jung dan In Ho yang berdebat. Seol tak berdaya mendamaikan mereka. Namun entah mengapa perdebatan Jung dan In Ho malah membuat saya merasa, mereka sebenarnya saling merindukan dan perhatian. In Ho bakal ingat bagaimana Jung dulu kerap dikelilingi gadis-gadis cantik sehingga membuat Seol cemburu.
Sepertinya Seol jauh lebih dewasa dan bijak dibanding Jung yang masih sering terlihat kekanakan. Mungkin karena Seol adalah anak pertama yang harus mengayomi dan mengalah pada adiknya sehingga Seol cenderung tidak ingin kehilangan orang yang dikasihi dan lebih bijak menghadapi masalah. Saat Seol dengan dewasa menghubungi Jung lebih dulu dan mewanti-wanti Jung untuk selalu bertanya padanya jika memutuskan sesuatu yang berhubungan dengannya adalah salah satu cara Seol menjaga harga dirinya dan privasinya. Namun bukan berarti Seol lebih dominan, karena bisa kita lihat bagaimana Seol menuruti permintaan dan nasehat Jung tanpa protes. Seperti waktu Jung meminta Seol untuk tidak sembarang minum-minum karena sudah 3 kali Seol yang mabuk membuat masalah, dan menurut saya itu tidak berarti Jung melarang karena tidak suka melihat Seol minum, namun semata demi keselamatan Seol sendiri. Melihat hubungan mereka yang makin erat dan melengkapi benar-benar menyenangkan.
Kedatangan Oh Young Gun nampaknya akan menjadi masalah baru bagi Seol dan Jung. Namun dengan kecerdasan dan kebijaksanaan Seol di tambah kepintaran Jung memutar keadaan Young Gun harus bekerja sangat keras untuk menjatuhkan mereka.
Akhirnya penonton diberi tahu alasan Jung sampai merubah sikap dan bahkan tertarik pada Seol. Sepertinya Jung tersentuh terhadap perhatian dari Seol padahal Jung tahu Seol membencinya dan hubungan mereka tidak baik, namun disaat Jung sakit justru Seol yang merawatnya padahal Seol sendiri bisa saja langsung pulang dan tidak perlu mempedulikannya.
Kembali ke masa kini. Seol nampak takut dan bersembunyi. Namun sepertinya Young Gun menyadari kehadiran Seol dari cermin yang dipasang di sudut atas minimarket. Setelah Young Gun pergi, Seol segera membayar minumannya dan buru-buru keluar.
Baru beberapa langkah, Seol dikejutkan oleh Young Gun yang memanggilnya. Young Gun mengatakan dia melihat Seol di toko tapi tidak yakin. Dia juga bertanya apakah Seol les di sekitar area tersebut. Young Gun menegur Seol yang bersikap seolah tidak mengenalnya. Seol mengabaikan Young Gun dan memilih pergi, namun Young Gun tidak begitu saja melepaskan Seol. Young Gun menarik Seol masuk ke salah satu gang. Seol menepis tangan Young Gun. Young Gun mengatakan dia tidak menyukai SSeol dan hanya ingin bicara. Dia akan mulai bersekolah lagi. Seol mengakhiri pembicaraan dan melangkah pergi, namun sekali lagi dihalangi oleh Young Gun. Young Gun merasa terluka karena Seol mengacuhkannya. Dia bertanya mengenai kedekatan Seol dan Yoo Jung. “Apa kau pacaran dengannya? Benarkah? Benarkah? Kita berdua, kau dan aku menderita karena dia. Dan kau sekarang pacaran dengannya? Kamu tidak berpikir jernih ya?” Young Gun berkata sambil berjalan sehingga Seol mundur, terdesak.
“Si brengsek itu tidak benar-benar menyukaimu. Dia hanya mempermainkanmu” kata Young Gun. Seol yang terdesak mendorong Young Gun “Pergi dariku!” kata Seol ketakutan. “Siapa kau berani memperlakukanku seperti serangga” Young Gun terlihat marah “Hey kau punya keahlian rupanya. Bagaiman kau merayu Jung? kau bertingkah seperti pecundang yang bahkan tidak bisa bicara dengan pria. Aku kira…” belum selesai Young Gun berkata tiba-tiba sebuah tendangan membuatnya tersungkur.
“Aku mencoba mendengarkan tapi telingaku menjadi panas” kata In Ho. “Siapa kau? Menendang punggungku” kata Young Gun dengan marah. In Ho balik bertanya dan mengkritik Young Gun yang berani menyeret dan menyudutkan seorang wanita. Young Gun yang marah berusaha memukul In Ho namun In Ho menghindar dan malah balik memukulnya. In Ho mengejek Young Gun dengan mengatakan bahwa dia membiarkan Young Gun untuk memukulnya, namun pukulan Young Gun sangat lemah dan lamban sehingga In Ho tidak sabar. “Hey Hong Seol, kau sungguh menakjubkan. Yoo Jung, Kwon Eun Taek dan sekarang si berandal pengecut ini” kata Young Gun melihat ke arah In Ho. In Ho mengancam untuk memukul lagi. “Kau menasehatiku karena menggoda setiap orang. Kaulah yang sebenarnya menggoda di sana dan di sini kau sampah!” kata Young Gun sambil mendekat ke arah Seol.
Namun tiba-tiba In Ho mendorong Young Gun ke arah tembok. “Aku tahu orang seperti kau. Kalian tidak punya control diri. Tak ada solusi untuk pecundang sepertimu yang mengganggu wanita. Akulah solusinya” kata In Ho sambil bersiap melayangkan tinjunya ke Young Gun. Seol berteriak menahan In Ho. Tinju In Ho mendarat di tembok. Young Gun terlihat ketakutan. in Ho mengusirnya pergi dan dia segera berlari. Sebelum pergi Young Gun mengancam akan menuntut In Ho dan In Ho mengancamnya. Seol juga ikut mengancam bahwa dia juga akan mengadukan Young Gun ke polisi karena dia saksi. “Ya lakukan saja. Tapi Yoo Jung pasti salah. Mengapa dia harus mengirimku kepadamu tahun lalu? Ayo kita mengobrol setelah semester dimulai” Seol terlihat terkejut. In Ho hilangh kesabaran dan mengusir Young Gun. “Bulu anjing, siapa si brengsek itu? Dia ada hubungannya dengan Yoo Jung kan? Hati-hatilah mulai saat ini” kata In ho. Seol melihat tangan In Ho yang terluka. “Dan hati-hati dengan pecundang seperti dia. Yoo Jung menelan orang seperti dia untuk makan malam. Dia mengunyah mereka seperti permen karet, ok? Kau mengerti?” Tanya In Ho. Seol mengangguk sambil memandang tangan In Ho. “Ayo cepat, kau bisa terlambat masuk kelas.”
Di tempat kursus, anak-anak nampak berlari menghampiri In Ho. “Ada apa ini, kalian harus pergi sekarang” kata In Ho. Anak-anak berpamitan dan pergi. In Ho masuk ke ruang kantor. Salah satu staff memberitahu ada yang menitipkan obat untuk In Ho. In Ho bertanya siapa. Staff itu mengatakan dia tidak tahu namanya tapi dari ciri yang dia gambarkan, In Ho tahu itu Seol. In Ho terlihat senang. Di kelas Seol tidak bisa konsentrasi. Dia teringat ucapan Young Gun tentang Jung. Saat keluar dari kelas, Seol berkata pada dirinya sendiri untuk tidak mempermasalahkan apa yang dikatakan Young Gun karena dia dan Jung mulai saling menyukai dan dia tidak ingin menyebabkan masalah dalam hubungan mereka. Seol melihat sesuatu dan terlihat senang dia berlari dan tidak mendengar In ho memanggilnya. “Senior, apa yang membawamu kemari?” Jung tersenyum dan merapikan poni Seol dengan gemas. “Aku ingin mengantarmu pulang. Masuklah!” kata Jung. Dengan riang, Seol masuk ke mobil. In Ho yang melihat mereka berkata bahwa dia tidak perlu repot mengantar Seol pulang, namun ekspresi wajahnya terlihat kecewa.
Seol dan Jung berjalan sambil bergandengan tangan. Seol menyadari Jung mengenakan jam yang dia berikan. Jung mengatakan mulai saat itu dia akan selalu mengenakan jam tersebut setiap hari. Seol terlihat senang mendengarnya.
Tiba-tiba Seol menghentikan langkahnya dan melihat ke salah satu gang buntu. Jung menanyakan kenapa Seol diam. Seol mengatakan bahwa dia seperti melihat seseorang berdiri di sana. Jung memeriksa gang itu dan mengatakan taka da apapun. Seol berasumsi kalau dia salah lihat. Di depan rumah Seol nampak seorang wanita tengah memberi keterangan pada polisi. Melihat Seol datang wanita itu memanggilnya. Dia bertanya tentang tetangga Seol. Wanita itu menanyakan alamat Joo Young yang dituduh mengintip, namun Seol membela Joo Young. Polisi bertanya mengenai ciri Joo Young dan menemukan bahwa ciri-cirinya tidak sama dengan ciri pria yang telah mengintip si wanita. Jung mengajak Seol masuk. Wanita itu masih memaksa Seol memberikan alamat Joo Young namun polisi mencegahnya.
“Pelaku, belum tertangkap. Aku khawatir. Dia tidak mungkin kembali kan?” Tanya Jung. “Mengapa kau menanyakan hal menakutkan seperti itu” kata Seol ketakutan. Jung menawarkan untuk menemani karena adik Seol menginap di luar. “Apa kau tidak apa-apa sendirian?” mereka masuk ke rumah dan menemukan kamar Seol berantakan. Pakaian Jun ada di mana-mana, Seol terlihat malu dan buru-buru membereskan. Seol mempersilahkan Jung duduk. Seol menawarkan kopi namun Jung menolak dan minta air mineral. Seol ke dapur dan melihat bak cuci penuh piring dan mangkuk kotor. Dia merasa malu dan menutup cucian piring dengan kain lap. Seol pamit untuk berganti pakaian. Dia menyuruh Jung untuk tetap duduk. Jung menatap sekeliling kamar Seol yang kecil.
Setelah selesai berganti baju, Seol duduk menghadap Jung, mereka terlihat kikuk. “Jung berada di kamarku, benar-benar menakjubkan” kata Seol dalam hati. “Aku harus tetap menjaga diriku darinya. Sejak kapan aku mulai mempercayainya seperti ini?” kata Seol. Seol memecah keheningan dengan bertanya “Haruskah kita menonton tv?” Tanya Seol. “Kau punya tv?” Tanya Jung seakan tak percaya. “Ya, tapi aku tidak sering menonton, jadi aku menyimpannya di lemari baju” kata Seol seraya membuka lemari bajunya. Jung nampak bingung “Mengapa tv ada di bawah semua selimut?” Tanya Jung. “Karena aku jarang menonton” kata Seol, berusaha menarik selimut di dalam lemari. “Ini model lama, dan agak berat” kata Seol. “Aku akan membantumu” kata Jung, bergerak menghampiri Seol.
Mereka berusaha menarik tv namun keduanya malah terlempar karena kesulitan mengeluarkan tv. Mereka jatuh ke kasur, Seol jatuh terlebih dulu disusul Jung yang jatuh tepat di atas tubuh Seol. Mereka saling berpandangan. Jung mendekatkan wajahnya ke wajah Seol. Seol yang gugup menutup mulutnya. Jung berbisik “Tidak apa, aku tidak perlu menonton tv” kata Jung sambil tersenyum. Jung bertanya apa yang harus dia lakukan dengan selimut yang mereka tarik dari dalam lemari. Jung memasukkan selimut-selimut itu ke dalam lemari.
“Senior” Seol memanggil Jung. “Ayo tidur sekarang” kata Seol. Jung terlihat terkejut “Huh?” Seol bingung dengan reaksi Jung dan mengulangi “maksudku tidur, tidur” sambil menyatukan telapak tangannya dan meletakkannya di pipi. Jung tersenyum “Baiklah, ayo kita lakukan” Seol segera meberikan alas untuk tidur, selimut dan bantal. “Selamat tidur. Tolong matikan lampunya di sana” kata Seol lalu menarik selimut membalikkan badan menghadap tembok.
Jung memejamkan mata dengan senyum teruntai di bibirnya. Seol membalikkan badannya menengok ke arah Jung. Seol yang tidak bisa tidur perlahan bangun untuk memastikan Jung tertidur. Tiba-tiba Jung berkata “Sulit tidur?” Seol menghela nafas “Bagaimana denganmu?” “Bagaimana aku bisa tidur kalau kau terus bergerak” kata Jung. “Ini baru jam 10.30” kata Jung. Seol bangun dari tempat tidur dan menyuruh Jung menyalakan lampu. “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Seol. Jung melihat album foto dan minta ijin untuk melihatnya.
Mereka melihat foto bersama. Jung memuji Seol yang terlihat imut di foto. “Wah matamu kelihatan besar waktu kecil” Seol terlihat tidak suka “Apa?” Jung mengalihkan topic dengan bertanya soal ayah Seol. Jung tertawa melihat rambut Seol yang keriting saat masih kecil. “Aku rasa kau dan Jun sangat dekat sejak kalian kecil” kata Jung. “Yah sampai sekarang kami masih dekat” kata Seol. “Tapi terkadang, Jun juga bisa mengganggu. Jun tumbuh dengan melakukan apapun yang dia ingin lakukan” kata seol. Seol juga bercerita bagaimana orang tuanya selalu memberikan apa yang Jun inginkan. “Selalu ada orang seperti itu. Orang yang dengan mudah memndapatkan cinta dari orang-orang disekitarnya” kata Jung. Seol bercerita bahwa dulu dia tidak berpikir kalau dirinya pintar. Sehingga Seol selalu memberi usaha terbaik sehingga hasilnya selalu baik. “Hingga saat, itulah sebabnya aku menjalani hidup dengan rajin. Namun suatu hari itu menjadi kebiasaan. Dan itu menjadi keharusan di dalam hidupku. Jadi meski akau melakukan satu kesalahan kecil aku merasa melakukan kesalahan yang besar. Aku membicarakan hal yang memusingkan ya?” Tanya Seol. “Aku juga merasa begitu” kata Jung. “Kau juga senior?” Tanya Seol. “Ayahku sangat perhatian dan lembut pada semua orang. Namun dia punya harapan tinggi kepadaku. Dan aku harus bertemu mereka. Aku harus sopan dan tidak dapat marah. Ini bukan berarti dia memaksakan. Sering, aku merasa setengah dari hatiku terasa sesak” Seol nampak prihatin. “Seol, jika aku orang tuamu aku pasti merasa sangat bangga. Sangat senang melihatmu bekerja sangat keras untuk hidup. Jangan cemas, kau melakukannya dengan baik sampai sekarang” kata Jung “Kau melakukan dengan baik. Itu adalah hal yang ingin kudengar setidaknya sekali dari seseorang” Seol berkata dalam hati. “Senior, apa yang kau suka dariku? Tanya Seol. “Apa?” Jung bertanya tak mengerti. “Yah, kita kan tidak pernah dekat. Sebenarnya aku berpikir kau tidak menyukaiku” kata Seol. Jung tersenyum dan mengangguk “Aku tidak menyukaimu” “Lalu kapan kau mulai memiliki perasaan berbeda terhadapku.” Kata Seol.
Setahun yang lalu. Da Young dan temannya tengah berdebat mengenai siapa yang harus presentasi. Da Young merasa pekerjaan temannya terlalu ringan “kau hanya mendokumentasikan, aku membuat teks nya” kata temannya. Da Young mangatakan bahwa Seol yang melengkapinya dan menyempurnakan laporan mereka. Seol menyanggupi untuk presentasi. Saat itu Jung dan Kwang Hyun melewati mereka. “Lagipula aku yang membuat ringkasan ke power point” kata Seol mencoba menengahi. Da Young dan temannya merasa senang. Kwng Hyun berkata pada Jung “Seol mirip kamu” “apa maksudmu?” Tanya Jung. “Ya itu, kalian berdua sama” Jung nampak tidak mengerti.
Di persiapan pesta sekolah, Seol masih sibuk mengurus sesuatu ketika Sang Chul pamit lebih dulu. Seol mengingatkan bahwa posternya belum dipasang dan itu merupakan tugas Sang Chul. Sang Chul mengatakan bahwa dia sudah membantu merapikan restoran dan menyuruh orang lain saja yang melakukan. Da Young mengatakan bahwa dia yang akan menangani pamflet karena itu dia minta Seol yang memasang poster. “Poster memakan waktu lama, bisakah kau membantuku” kata Seol. Kau bisa malekukan ini (sebar pamflet) besok” kata Seol. Da Young menolak karena ada rencana besok. Seol mengingatkan acaranya besok. Jung menyanggupi membantu Seol memasang poster. Da Young bertanya soal kondisi Jung yang terserang flu. Da Young menyarankan Jung untuk pulang. “Tidak, aku akan menyelesaikannya. Jadi kalian pergilah” Da Young segera pergi bersama Min Soo.
“Kau juga boleh pulang. Kalau lewat pintu belakang kau tidak akan bertemu siapa-siapa” kata Jung. “Aku harus menempel poster” kata Seol. “Aku bisa melakukannya” kata Jung. Seol diam dan menuju meja sebelah mengambil poster. “Aku bilang kau bisa pulang. Tak ada yang akan memujimu meski kau melakukannya. Seol terdiam dan menengok kea rah Jung yang tengah bekerja “Aku mungkin terlihat bodoh. Tak peduli aku dikenali atau tidak aku memilih melakukannya. Bukankah itu sama sepertimu senior”. Kata Seol sambil membawa poster.
Jung nampak terdiam berpikir. Seol melangkah keluar meninggalkan Jung. Seol nampak menempel jejak kaki di jalan, ketika hujan turun dia berlari berteduh namun kemudian dengan mengenakan jas hujan, dia melanjutkan menempel poster dan jejak kaki. Setelah menyelesaikan tugasnya Seol kembali ke bar dan bersiap-siap untuk pulang. Namun suara batuk sesorang menyita perhatiannya. Seol menengok ke kanan dan kiri mencari asal suara. Seol menemukan Jung tengah tertidur di kursi.”Kenapa dia tidur disini?” Seol melihat jam di tangannya lalu meninggalkan Jung.
Jung terjaga. Dia heran mendapati ada kain lap di keningnya. Dan bergegas bangun dari kursi. Dia melihat ada baskom berisi air di meja dan botol obat. Jung menengok ke kanan dan kiri mencari siapapun yang merawatnya. Dia mendapati seseorang tengah tertidur di sofa seberang. Jung penasaran dan menghampiri orang tersebut. Jung terkejut melihat Seol tengah berbaring.
Dia mengambil jas yang dipakai sebagai selimutnya. Dia memasangkan selimut ke tubuh Seol, namun tiba-tiba tangan Seol bergerak. Jarinya menangkap jari Jung dan menjepitnya. Jung terkejut dan ekspresi wajahnya terlihat aneh
Kembali ke masa kini. “Aku bertanya padamu, sejak kapan kau memliki perasaan padaku?” Tanya Seol membuyarkan lamunan Jung. Jung tertawa dan menggelengkan kepalanya “Aku tidak terlalu tahu. Ini rahasia” kata Jung tangannya bergerak memegang jari tangan Seol persis seperti saat Seol memegang jarinya dulu. “Apa?” Tanya Seol tak mengerti dengan tindakan Jung menggenggam jarinya. “Bagaimana denganmu? Kau juga dulu tidak menyukaiku?” Tanya Jung. Seol mengganguk “Ya, itu benar. Cukup bagiku untuk mengambil cuti. Karenanya aku merasa tidak enak mendapat beasiswa karenamu. Tapi kau tiba-tiba mulai mengajakku makan bersama. Kau terus mengagetkanku. Kau kerap muncul entah dari mana seperti itu. Dan kau menolongku. Kau akan mengajak makan denganmu dan muncul setiap waktu makan. Kemudian kau tiba-tiba mengajakku pacaran.
Kemudian aku tiba-tiba tidak mendengar kabar (dari) mu. Sebenarnya, bahkan hingga sekarang kenyataan bahwa kau ada di sini sekarang sangat aneh untukku” kata Seol, jujur. “Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?” Tanya Jung. “Kau tidak lagi membenciku?” Tanya Jung lagi. Seol terdiam. Dalam hati dia berkata sebenarnya dia juga tudak tahu apa yang terjadi hingga dia bisa berakhir dengan Jung. Namun saat ini dia merasa senang Jung menggerakkan jarinya membelai jari Seol. Seol melepaskan genggaman Jung lalu mengatakan dengan nada menggoda “Itu rahasia” kata Seol sambil tertawa. Mereka saling berpandangan. Seol mengajak tidur dan meminta Jung mematikan lampu. Saat akan merebahkan diri di kasur kepala Jung membentur meja. Seol terkejut dan menanyakan keadaan Jung. Jung menjawab tidak mengapa, namuSeol tidak dapat menahan tawanya. Dia tertawa geli sementara Jung membenamkan diri di bantal.
Young Gun mengecek keberadaan Seol. Dia terkejut melihat wajah In Ho seabgai model tempat les. Young Gun yang melihat wajah In Ho berniat mengerjainya. Dia mengirim keluhan. Dia juga bergumam bahwa dia akan membalas Seol saat sekolah dimulai. Dan dia akan membuka semua keburukan Jung.
In Ho dipanggil kepala tempat les. Dia mengatakan bahwa In Ho telah membuat gila semua orang. In Ho bertanya kenapa. Kepala kursus mengatakan bahwa In Ho sudah memukul siswa dari tempat les lain apalagi In Ho adalah ‘wajah’ dari tempat les mereka. Orang tersebut tidak akan mengadukan In Ho ke polisi, namun bos tidak punya pilihan lain selain memecat In Ho. In Ho menmgerti dan berterima kasih. Dia merasa senang pernah bekerja di situ.
Ketika keluar dari ruangan, anak-anak menunggu In Ho. In Ho menyuruh mereka pergi, namun anak-anak itu terus mengerubuti In Ho. Seol memandang In Ho penuh sesal. “Ini salahku, aku akan bicara pada direktur dan menjelaskannya” kata Seol. “Tidak apa. lagipula aku memang akan meninggalkan Seoul. Waktunya tepat” kata In Ho. “Kenapa?” Tanya Seol. “Yah, aku tidak bisa tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama. Oh ya, hindari si brengsek itu jika kau bertemu lagi. Apalagi aku sudah tidak disini lagi. Mengerti?” kata In Ho. “Kau tidak akan kesini lagi?” Tanya Seol dengan wajah sedih. “Ada apa dengan ekspresimu? Apakah kau sedih? Kau sedih melihat si ganteng Baek In Ho pergi?’ Tanya In Ho menggoda Seol. Seol tetap memandang In Ho. “Ini pasti benar, kau seperti ingin menangis. Aku tahu karena aku bertemu banyak teman. Dengan wajah sepertimu sangat jelek saat menangis” Seol memukul In Ho. “Kata siapa aku mau menangis. Aku tidak sedih sama sekali” kata Seol. “Baguslah” kata In Ho “Jaga diri” kata In Ho sambil berlalu. Seol memandang In Ho yang pergi dan melambaikan tangan.
BERSAMBUNG KE || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 7
Komentar:
Akhir yang sedih di episode ini. Adegan saat anak-anak mengerubuti In Ho sangat menyentuh. Bahkan anaka-anak pun menyukai In Ho yang berhati lembut meski penampilannya seperti berandalan. Seol juga sepertinya merasa sedih kehilangan teman yang selalu membantunya meski In Ho kerap minta ditraktir dan bicara kasar.
Scene yang mengundang tawa pada episode ini ketika Seol terjebak diantara Jung dan In Ho yang berdebat. Seol tak berdaya mendamaikan mereka. Namun entah mengapa perdebatan Jung dan In Ho malah membuat saya merasa, mereka sebenarnya saling merindukan dan perhatian. In Ho bakal ingat bagaimana Jung dulu kerap dikelilingi gadis-gadis cantik sehingga membuat Seol cemburu.
Sepertinya Seol jauh lebih dewasa dan bijak dibanding Jung yang masih sering terlihat kekanakan. Mungkin karena Seol adalah anak pertama yang harus mengayomi dan mengalah pada adiknya sehingga Seol cenderung tidak ingin kehilangan orang yang dikasihi dan lebih bijak menghadapi masalah. Saat Seol dengan dewasa menghubungi Jung lebih dulu dan mewanti-wanti Jung untuk selalu bertanya padanya jika memutuskan sesuatu yang berhubungan dengannya adalah salah satu cara Seol menjaga harga dirinya dan privasinya. Namun bukan berarti Seol lebih dominan, karena bisa kita lihat bagaimana Seol menuruti permintaan dan nasehat Jung tanpa protes. Seperti waktu Jung meminta Seol untuk tidak sembarang minum-minum karena sudah 3 kali Seol yang mabuk membuat masalah, dan menurut saya itu tidak berarti Jung melarang karena tidak suka melihat Seol minum, namun semata demi keselamatan Seol sendiri. Melihat hubungan mereka yang makin erat dan melengkapi benar-benar menyenangkan.
Kedatangan Oh Young Gun nampaknya akan menjadi masalah baru bagi Seol dan Jung. Namun dengan kecerdasan dan kebijaksanaan Seol di tambah kepintaran Jung memutar keadaan Young Gun harus bekerja sangat keras untuk menjatuhkan mereka.
Akhirnya penonton diberi tahu alasan Jung sampai merubah sikap dan bahkan tertarik pada Seol. Sepertinya Jung tersentuh terhadap perhatian dari Seol padahal Jung tahu Seol membencinya dan hubungan mereka tidak baik, namun disaat Jung sakit justru Seol yang merawatnya padahal Seol sendiri bisa saja langsung pulang dan tidak perlu mempedulikannya.
Posting Komentar untuk "SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 6 Part 2"