SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 3 Part 2

Baru Sinopsis, || EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 3 Part 2 Direktur meminta In Ho melupakan masa lalu dan mulai belajar piano lagi. Namun In Ho menolak. In Ho merasa piano bukanlah impiannya. Saat menuruni tangga, In Ho memandang piano yang terletak di ruang tengah. Dia mamandang piano dengan sedih. Saat keluar rumah, In Ho melihat In Ha tengah merayu Jung untuk mengantarnya pulang. Jung kesal dengan In Ha yang terus mengganggu dan sepertinya ingin terus bergantung pada keluarganya. In Ha berkelit bahwa dia tidak akan berhenti kecuali Jung memperlakukannya dengan baik. In Ha pergi naik taksi, In Ho yang melihat berusaha mengejar untuk menumpang, tapi taksi itu tidak berhenti.


“Aku mengira kita tidak akan bertemu lagi, tapi mengapa kau menunjukkan wajahmu” kata Jung dingin. “Kau pikir aku mau datang kemari?” kata In Ho kesal “Aku diminta datang kemari, karenanya aku taka da pilihan. Tapi ekspresimu nampak tidak enak dilihat. Kau tidak bisa menunjukkan rasa tidak sukamu karena ayahmu ada di sini. Apa yang akan kau lakukan? Ayahmu nampaknya punya pemikiran berbeda. Anaknya yang hebat menghancurkan hidup orang lain. Aku rasa dia menyesal karena hal tersebut” kata In Ho mengejek “Kau kembali menyalahkan orang lain karena itu. Dan ini juga kesalahan orang tuaku karena menyelamatkan kalian dari tempat buruk itu kan? Tanganmu juga kesalahanku. Jika kau benar-benar ingin menyalahkan seseorang. Harusnya kau salahkan dirimu sendiri yang melarikan diri saat kami menawarkan untuk merehab tanganmu.” Kata Jung. “Rehab?” In Ho berkata dengan getir “Kau masih berani menggunakan kata ‘rehab’?” Tanya In Ho “Jika kau tidak suka, kau bisa membawa kakakmu yang bergantung hidup dari keluargaku. Dan cepatlah menghilang.” In Ho sangat kesal. Dia menendang spion mobil Jung hingga lepas. “Dasar brengsek! Apa sih yang hebat dari dirimu hingga membuatmu merasa bisa memandang rendah orang lain?” kata In Ho sambil mengacungkan jarinya kea rah Jung. “Apa kau pikir segalanya di dunia akan selalu sesuai dengan keinginanmu? Apa itu membuatmu marah saat ada anak miskin hidup dari belas kasihanmu? Pukul aku! Pukul aku brengsek!” kata In Ho provokatif. “Jangan memanipulasi orang lain seperti pengecut dibelakangnya dan pukul aku! Pukul aku sekarang!” Jung menendang kaki In Ho. “Itu untuk ongkos perbaikan (spion)” In Ho berteriak memanggil Jung. Dia nampak sangat marah dan kesal.

Di rumah, Jung nampak tengah membuat kerajinan berbentuk kupu-kupu. Sementara itu di kediaman Seol. Seol tengah menanti kiriman file dari teman-teman sekelompoknya karena besok mereka akan presentasi. Dia mencoba menghubungi teman-temannya, namun tak berhasil. Awalnya Seol menyerah dan memutuskan menerima jika mereka semua gagal. Namun setelah memikirkannya lagi, Seol merasa tidak adil jika dia tidak berusaha. Setidaknya dia akan mendapat nilai.


Seol mengerjakan tugas sendirian, mulai dari pengantar, riset, hingga kesimpulan. Seol berhasil menyelesaikan hingga pukul 06.30. Seol memutuskan untuk tidur sebentar sebelum sadar, teman-temannya tidak akan tahu apa yang akan dipresentasikan.

Di kampus. Min Soo meminta maaf karena tidak menghubungi Seol “Maaf Seol, adikku merusak komputerku. Tehnisi tidak bisa datang untuk memperbaiki” Da Young juga membuat alasan “Maaf, kemarin aku minum obat jadi ketiduran” demikian pula Seung Chul membuat alasan “Kemarin aku mabuk berat” Seol membagikan kertas berisi part presentasi dalam benaknya Seol berkata “Aku bahkan tidak ingin mendengar alasan apapun” Setelah membagikan naskah Seol berkata “Cepat diingat, aku sudah menulis presentasinya” mereka terlihat lega. “Terima kasih seol” kata Da Young, Seung Chul juga terlihat lega “Junior Hong! Seperti dugaanku”

Profesor Kang masuk kelas. Dia meminta para mahasiswa untuk bersiap dan memiliki ekspektasi yang tinggi pada presentasi tersebut. Professor Kang memanggil kelompok pertama. Kelompok pertama nampak percaya diri, dengan suara yang sangat keras si pembicara malah mengagetkan professor Kang. Kelompok kedua malah tampil sebaliknya. Si pembicara bersuara kecil hingga seisi kelas tidak bisa mendengar apa yang dia katakan. Dalam hati Seol berharap kelompok lain juga sama buruknya dengan kelompok 1 dan 2 sehingga dia punya kesempatan setidaknya mendapat B. Kelompok 3 tampil meyakinkan namun terlalu dibuat-buat. Tiba giliran kelompok 4 dimotori oleh Jung, tampil mempesona penuh percaya diri. Bahkan professor Kang memuji dengan mengatakan kelompok Jung sempurna.


Tiba giliran Seol, mereka terlihat tegang. Min Soo mendapat giliran pertama. Dia terlihat begitu gugup dan menunduk, membaca naskah yang ditulis Seol. Tindak tanduk Min Soo membuat professor curiga, dia menanyakan beberapa poin yang ada dalam makalah namun Min Soo tak bisa memnjawab. Dia mengalihkan pada Seol dan Seol menjawabnya dengan sempurna. Jung memandang Seol dengan khawatir. Profesor Kang juga bertanya pada Seung Chul dan juga Da Young. Mereka sama-sama tidak bisa menjawab. Professor Kang menyimpulkan bahwa dari mereka berempat hanya satu orang yang bekerja. Dia sangat marah karena sebelumnya dia sudah mewanti-wanti untuk bekerja sama dan kalaupun ingin melakukan tindakan curang mereka tidak boleh sampai ketahuan olehnya. Seol dalam hati berharap nilainya tidak jelek, “Setidaknya C” kata Seol dalam hati. “aku memutuskan meberi nilai D” kata professor Kang. Seol merasa bagai disambar petir.


Seung Chul meminta maaf pada Seol, dia menyalahkan Min Soo yang tidak becus presentasi. Namun Min Soo berkelit mengatakan kalau dia memang punya masalah saat harus presentasi. Da Young menghardik Seung Chul yang tidak bisa menjawab dan dibalas Seung Chul yang mengatakan kalau Da Young juga todak bisa menjawab. Seol hanya diam tak mau menanggapi. Saat Da Young membereskan diktatnya, Seol melihat tugas individu telah diselesaikan Da Young. Seol merasa kesal karena sebelumnya Da Young bilang dia ketiduran tapi tugas individunya malah selesai. Seol meninggalkan teman-teman yang masih berdebat. Seung Chul memanggil Seol, lantas mengeluh kalau Seol terlalu berkebihan hanya karena dapat nilai D. Jung menatap Seol yang pergi dengan khawatir.

Seol menemui professor Kang meminta professor mempertimbangkan nilai untuknya karena dia sudah berusaha keras. “Yak au sudah berusaha keras. Namun apa kau tahu masalahnya?” seol memandang professor Kang, tidak mengerti. “Seol, aku sudah melihat bagaimana kau bekerja. Kau berpikir bahwa dirimu sangat pintar kan? Dan karena yang lain tidak bisa melakukan sebaik dirimu. Kau menyerah dan melakukannya sendiri benar kan? Aku yakin itu mudah. Yah mungkin itu yang membuatmu mendapat peringkat tinggi. Tapi hidup bersosial bukan sesuatu yang dapat kau lakukan sendiri. Di atas itu semua, kau adalah mahasiswa bisnis manajemen. Apakah manajemen itu? Komunikasi! Komunikasi adalah segalanya. Kau mengerti maksudku kan? Kau dapat pergi sekarang, tak ada pengecualian” seol meninggalkan ruangan dengan sedih. “untuk pertama kalinya aku dapat D”

Seol menyusuri jalan dengan langkah gontai. Dibelakangnya nampak Eun Taek dan Bora berlari menghampiri. Mereka terlihat riang. “seol!!” “Bagaiman presentasinya?” Tanya Eun Taek. “Dapat A? atau mungkin tidak” kata Eun Taek.”ah anggota grupmu tidak bagus kan?” kata Bora.”ini akan baik jika kau melakukan yang terbaik pada ujian. Dan pada liburan nanti kita bertiga akan pergi bersama. Eun Tek dan aku sudah merundingkannya. Bagaimana menurutmu dengan Busan? Kita bisa makan sashimi dan memandangi laut.” Kata Bora dengan riang. “Apapun yang kau suka” kata Seol tak bersemangat. “Ada apa? kau tidakmau ke Busan?” Tanya Bora. “Bukan begitu” kata Seol.”kalau kau tidak suka laut, bagaimana dengan gunung? Jirisan, bagaimana dengan jirisan? Atau disuatu tempat yang dekat seperti Nami? Itu juga bagus” kata Bora berusaha memberi pilihan “Aku sudah bilang lakukan yang kau mau Bora” kata Seol mulai kesal. “Bicara sekali sudah cukup, hentikanlah!” Bora terkejut “Hey kenapa kau marah? Aku Cuma bicara tentang perjalanan kita.” Bora tidak mengerti “Aku mendapat D dari kelas professor Kang. Aku mungkin tidak akan dapat beasiswa kali ini. Ini bukan waktu yang tepat membicarakan perjalanan” kata Seol. “Lalu kau bisa mengatakannya padaku kenapa kau marah? Aku terus bertanya karena kau tidak menjawab dengan jelas. Apa itu salah? Kau selalu seperti itu. Kau tidak mengatakan apa yang kau butuh untuk dikatakan atau apa yang kaupikirkan.” Kata Bora. “aku tidak akan pergi rekreasi. Aku bahkan tidak punya uang untuk biaya kuliah kau puas?” kata Seol. “Kalau kau mengalami hari yang buruk katakan saja, kenapa membuatku jadi seseorang yang jahat?” Tanya Bora. “Ini masalah pribadi, kenapa aku harus membicarakan hal memusingkan seperti itu? Meski aku mengatakannya tidak akan ada jalan keluar” kata Seol. “Bukan itu masalahnya, kau tidak pernah mengatakan perasaanmu yang sesungguhnya. Aku pergi dulu” kata Bora dengan marah. “Bora!” panggil Seol. “Kenapa kalian berdua bertengkar?” kata Eun Taek “Kau tidak apa-apa?” Tanya Eun Taek pada Seol. “Kau kejarlah dan hibur dia” kata Seol. Eun Taek pergi mengejar Bora.


Seol berjalan dengan gontai. Dia mengeluarkan earphone dan memasangnya di telinga lalu berjalan pulang. Jung melihat Seol dari mobilnya. Dia keluar dan dengan ragu mu dan memanggil Seol. Namun Seol tidak mendengar dan terus berjalan. Seol berjalan sambil mendengarkan lagu hingga tak menyadari Jung berada di belakang mengikuti langkahnya.


Seol sampai ke jalan menuju rumahnya. Tiba-tiba In Ho yang keluar dari dalam toko kelontong menghampiri dan merebut tas nya. Jung menatap dengan bertanya-tanya. “Gadis macam apa membawa tas begini berat?” kata In Ho. “apa maksudmu? Tanya Seol. “Sudah lama tak bertemu bulu anjing. Kapan kau mentraktirku makan? Kau masih hutang dua kali” Seol tak ingin menanggapi “Berikan padaku” katanya berusaha meraih tasnya yang dibawa In Ho. “Aku bawakan. Kita jalan bersama” kata In Ho, dia nampak tersenyum. “Apa ada yang salah?” Tanya In Ho “Tidak” kata Seol pendek. “Sepertinya tidak begitu. Aku bisa menebaknya dengan melihatmu kalau kau ada masalah. Ketika kau ada masalah kau terlihat makin tua” Seol menghadap ke In Ho dan berkata “sebenarnya…” Seol tidak melanjutkan kata-katanya dalam hati Seol bertanya “Semua orang mengatakan aku hidup dengan cara yang salah. Apa yang harus kulakukan saat menghadapi masalah seperti ini?” In Ho memandang bingung “Kenapa kau mulai pembicaraan tapi tidak melanjutkannya lagi?” Seol nampak tak bersemangat “Lupakan. Jangan khawatir tentang itu” kata Seol meninggalkan In Ho. “lihat dia seperti sudah siap mengubur dirinya sendiri hidup-hidup”


In Ho mengeluarkan minuman dari bungkusan yang dia bawa lantas menempelkan minuman itu ke kepala Seol. “Aku sedang tidak mood untuk ini” kata Seol segan “dinginkanlah! Aku tidak tahu ada apa tapi dinginkanlah! Dan lupakan!” kata In Ho seraya kembali menempelkan minuman dingin ke kening Seol. “Akan lebih sulit bagimu jika terus memikirkannya” kata In Ho “ini” katanya memberikan minuman kepada Seol. Seol menerimanya pasrah. “Makanan manis yang terbaik saat kau jatuh” kata In Ho sambil meninggalkan Seol, In Ho tersenyum. “Berikan tasku sebelum kau pergi” kata Seol. In Ho menghampri sambil menyerahkan tas seol “Ini ambil” katanya, kemudian berjalan pergi mendahului Seol. Seol tersenyum, In Ho berhenti dan berjalan perlahan menunggu Seol. Di belakang, Jung memandang dengan tatapan yang sulit dijelaskan.


Di rumah, Jung memikirkan In Ho dan In Ha. Dia menghubungi ayahnya. Jung meminta ayahnya untuk tidak lagi membiayai In Ho dan In Ha karena mereka sudah dewasa. Alih-alih membiayai, Jung mengusulkan untuk memberi mereka pekerjaan. Ayahnya mengatakan bahwa In Ho tidak minta bantuan. Jung mengusulkan untuk membantu In Ha lebih dulu. Jung mengusulkan untuk memberi pekerjaan pada In Ha di perusahaan di bagian akunting atau IT. Ayahnya setuju, Jung menambahkan jika In Ha punya sertifikat akan lebih bagus. Ayah berpikir bahwa In Ha kemungkinan tidak mau. Jung mengambil kesempatan dengan mengajukan diri untuk mengurusnya. Ayah merasa senang dengan perhatian Jung pada In Ho dan In Ha. Dia bahkan meminta Jung untuk lebih sering bertemu In Ho. Jung mengiyakan. Jung menghubungi In Ha yang terdengar senang karena Jung menelepon. In Ha terkejut karena Jung meminta In Ha mendapatkan sertifikat untuk bekerja sehingga mau tidak mau In Ha harus mulai kuliah atau kursus. In Ha merajuk, dia tidak mungkin mau melakukannya. Sebelum menutup telepon Jung memperingatkan In Ha bahwa itu adalah kesempatan terakhir yang Jung berikan untuk In Ha. Jung menutup telepon dan merebahkan kepalanya ke sofa. “Ya, ini hal yang benar” katanya menghela nafas. “sudah terlalu banyak hal yang salah”

Di rumah Seol, Seol mencuci baju sambil mengingat kembali apa yang terjadi. Mulai dari kata-kata professor Kang padanya, kerja kerasa yang dia lakukan demi membayar uang sekolah. Di kampus, seung Chul masih saja menyindir Seol yang marah karena dapat D. Saat bertemu Bora, mereka nampak canggung dan hanya menyapa sekedarnya. Seol tidak tahu bagaimana menempatkan kembali semua seperti sedia kala.


Saat hendak memebeli minuman di mesin, Seol tidak dapat menemukan koinnya, namun seseorang memasukkan koin ke dalam mesin. Seol tahu itu Jung. “Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah melakukan apa yang harus kulakukan sekarang” Seol membalikkan badan dan memanggil Jung yang berjalan “Senior!” kata Seol.


Seol membawa Jung ke jembatan di pinggir danau. “Aku minta maaf. Aku merencanakan kencan tanpa persetujuanmu. Tapi tolong jangan salah paham padaku. Aku berbicara padamu bukan sengaja, karena Ah Young. Karena aku dekat denganmu maka aku pikir kau orang yang baik. Karena itulah aku memperkenalkan kau padanya. Aku minta maaf karena melukai perasaanmu” kata Seol dengan sungguh-sungguh. “Aku juga minta maaf. Sejujurnya aku bersikap kekanakan. Aku sangat malu dan sedikit frustasi” Seol terperangah “Frustasi karena apa?” batinnya. “Mulai saat ini mari kita lupakan semua yang membuat kita saling marah.” kata Jung sambil tersenyum. “Baiklah” kata Seol. Seol terdiam kikuk, lalu melanjutkan “Apa kau ada waktu malam ini? Mungkin aku bisa membelikan makan malam“ Jung nampak kaget “Ini karena terakhir kali aku tidak membelikan sesuatu yang layak. Jadi aku harus membelikan sesuatu yang layak kali ini. Sesuatu yang mahal” kata Seol mantap. “Seperti berapa banyak?” Tanya Jung. Seol gelagapan “Apa? berapa banyak? Berapa yang kau pikirkan?” Tanya Seol. Jung tersenyum, “Hanya makan yang ingin kau makan” kata Seol memutuskan.

Jung meletakkan kimbab bungkus di meja. Perlahan dibukanya bungkus kimbab tersebut dengan hati-hati. Setelah berhasil dia menyodorkan kimbab terbut kea rah Seol sambil tersenyum bangga “Aku melakukannya dengan baik kan?” kata Jung dengan bungah. Seol tersenyum dengan ekspresi yang aneh, dia tak menyangka hal sekecil itu bisa membuat Jung begitu senang. “Ya, wow kau begitu hebat! Sangat sulit melakukannya” kata Seol memuji. “Aku banyak berlatih. Ini” kata Jung seraya memberikan kimbab tersebut pada Seol. Seol menerimanya dengan ekspresi canggung lalu memakannya.

Jung menemani Seol pulang. Seol memandang Jung seperti hendak mengatakan sesuatu “Ada apa?” kata Jung memecah keheningan. “Aku hanya berpikir, syukurlah kita berbaikan. Ini sedikit membuatku merasa tidak nyaman” kata Seol. “Aku juga merasa demikian” kata Jung. “kau tidak terlihat seperti tidak nyaman” kata Seol menyelidik. “Aku hanya pura-pura” kata Jung. “Hati-hati pada Yoo Jung. Dia tidak seperti yang terlihat” kata-kata itu tiba-tiba terlintas di benak Seol. Seol penasaran dan bertanya “Senior apakah kau mengenal Baek In Ho? Dia tinggi dan cara bicaranya kasar” Jung nampak terkejut, namun berusaha tenang. “Bagaimana kau mengenalnya?” Tanya Jung. “Aku kehilangan ponselku dan dia menemukannya. Dia sepertinya mengenalmu dengan baik” kata Seol “Abaikan dia jika kau bertemu dengannya lagi. Jangan dekat dengan orang itu” kata Jung. “Baiklah” kata seol tak ada pilihan. “Aku merasa sebaiknya tidak perlu bertanya lagi” pikir Seol. “Lingkungan ini sedikit gelap. Berbahaya seorang wanita berjalan sendirian. Aku akan menemanimu pulang mulai hari ini.” kata Jung. Seol tertegun lantas berkata “Ah tidak, tidak apa. Terima kasih sudah mengantarku. Aku sudah sampai di rumah”


Seol menatap Jung dengan bingung “Terima kasih sudah mengantar” kata Seol sambil membungkukkan badan. Seol terdiam, Jung malah memandangnya dengan tatapan yang membuat Seol gugup. “Aku masuk sekarang” kata Seol sambil berbalik menuju pintu. Namun tiba-tiba Jung meraih tangannya sehingga Seol berbalik. “Seol” panggil Jung. “Iya” kata Seol gugup. “Apa kau mau pacaran denganku?” Seol tertegun.


BERSAMBUNG KE EPISODE SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In Trap Episode 4

Komentar:

Wow banyak kejutan yang didapat diepisode kali ini. Jung yang marah karena Seol kencan dengan pria lain. Dan pertemuan Seol-In Ho yang cukup mengagetkan.

Sepertinya Seol belum mengerti kalau Jung memang ada hati. Sikap kekanakan Jung yang marah hanya karena dijodohkan seharusnya menjadi petunjuk untuk Seol bahwa Jung marah bukan karena Seol menjodohkannya dengan Ah Young, tapi karena Seol berkencan dengan pria lain. kecemburuan Jung terlihat jelas saat dia mendengar senior Min Do Hyun bertanya soal Seol. Dan lebih jelas lagi saat dia terburu-buru ‘menyelamatkan’ Seol dari perangkap yang disiapkan senior Min dan bagaimana dengan penuh kemarahan dia mengancam senior Min.

Hubungan In Ho dengan Seol terjalin dengan unik. Meski dari luar in Ho kasar dan seenaknya, namun In Ho memiliki sisi lembut dan bijak. Bukan salah In Ho dia membenci Jung yang dianggap telah menghancurkan masa depannya. Namun juga bukan salah jung merasa tak bersalah atas kejadian yang menimpa In Ho. Apalagi ketidaksukaannya pada In Ho sangat beralasan. Dia tidak suka In Ha dan In Ho yang menurutnya hanya ‘menumpang hidup’ dan tidak memiliki usaha untuk mandiri. Kejadian yang menimpa In Ho mungkin cukup menyadarkan In Ho bahwa dia memiliki harga diri sehingga memilih untuk tidak menerima dukungan (uang) dari ayah Jung lagi. Namun In Ha sedikitpun tak berubah dan malah berharap selamanya bisa menikmati fasilitas dari ayah Jung. Namun jika benar Jung yang mengatur rencana kecelakaan In Ho, maka bisa dipastikan tindakan Jung sudah kelewatan. Sepertinya bergaul dengan Seol akan merubah sedikit sikap Jung. kita tunggu saja apakah Seol dan Jung akan saling mempengaruhi atau malah menjadi pasangan yang kerap berdebat, mengingat mereka berdua memiliki banyak kemiripan dan watak yang keras. Lalu akankah kehadiran In Ho akan menggoyahkan perasaan Seol dan membuatnya ragu pada Jung???