Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 12 Part 2


Baru Sinopsis, || EPISODE SEBELUMNYA || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 12 Part 2 || Di sekolah In Ho menuju ruang music dia mendengar suara Yoong Soon berterima kasih pada Jung. in Ho membuka pintu dan melihat Yoong Soon memegang sebuah CD. In Ho bertanya ada apa dan merbut CD di tangan Yoong Soo.

 Dia terkejut melihat CD itu merupakan CD pianis kesukaan In Ho. In Ho bertanya darimana Yoong Soo mendapatkan CD tersebut namun Yoong Soon segera kabur keluar. Jung mengatakan bahwa CD itu pemberiannya. In Ho terkejut. Jung mengatakan dia datang ke konser pianis tersebut.

In Ho tidak mengerti mengapa Jung tidak datang ke kompetisi yang diikutinya dan malah datang ke konser si pianis. Terlebih Jung memberikan CD itu kepada Yoong Soo (bukan pada In Ho yang jelas-jelas memfavoritkan pianis itu). Jung mengatakan dia memberikannya supaya Yoong Soo dapat belajar. In Ho bertanya apakah Jung marah padanya. Namun Jung menggelengkan kepala.


In Ho menebak Jung marah soal adopsi, namun Jung mengatakan tidak karena itu keputusan ayahnya. In Ho mengatakan bagaimana dengan perasaan Jung sendiri. Jung mmengatakan tak ada bedanya. In Ho terkejut dengan kata-kata Jung. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Jung.

Jung mulai dekat dengan Yoong Soo. Tidak hanya mengajaknya makan satu meja bersama Jung, In Ho dan In Ha namun juga menemani Yoong Soo latihan piano.


Dua teman Jung yang pernah menghilangkan pulpen Jung mengajak Jung mendatangi sebuah klub untuk bertemu gadis-gadis cantik. Jung tidak mengiyakan dia hanya diam. Setelah mereka pergi Jung bertemu Yoong Soo yang bertanya soal dua pemuda berandal tersebut. Jung mengatakan dua pemuda itu sebenarmya tidak buruk jika sudah mengenal lebih dekat. Jung menawarkan Yoong Soo untuk datang, Yoong Soo senang karena diajak. In Ho tiba-tiba datang dan menegur Yoong Soo untuk lebih baik berlatih daripada pergi ke tempat semacam itu.

In Ho menatap Jung yang tengah menatapnya dengan tajam. In Ho terlihat gugup. Dia menyuruh Jung untuk hati-hati karena dia akan mendapat masalah jika ayah tahu. Jung bertanya pada In Ho “Bagaimana ayahku tahu jika tidak ada seseorang yang memberitahunya? Benar?” tanya Jung pada In Ho. “Apa maksudmu?” tanya In Ho tidak mengerti. In Ho kembali menegur Yoong Soo agar banyak berlatih karena dukungan untuknya akan segera berakhir.


Di klub, dua pemuda tengah minum-minum dengan para gadis. Yoong Soo datang dan bertanya apakah Jung sudah datang. Tiba-tiba polisi datang menangkap mereka.


Kedua pemuda dan teman-temannya dimarahi oleh guru karena telah berani minum-minum dengan para gadis. Dia juga menegur Yoong Soo yang ikut bergabung. Mereka dihukum push up. Salah satu pemuda bertanya siapa yang sudah melaporkan mereka padahal tidak ada yang tahu tempat itu kecuali mereka. Yoong Soo ingat In Ho mengatakan dia tahu klub yang dimaksud. Yoong Soo mengira In Ho pelakunya.

Mereka nampak berlari mencari In Ho, saat itu Yoong Soo sempat melihat Jung berdiri di salah satu pilar sekolah. Jung menatap dengan tatapan tajam.


Mereka membawa In Ho ke belakang sekolah dan memukulinya sambil mengatakan bahwa In Ho telah melaporkan mereka. In Ho menyanggah bukan dia pelakunya namun mereka tidak mau mendengar dan memukulinya. Yoong Soo menggenggam sebuah tongkat bisbol dan memukulkannya ke tangan In Ho. Jung terlihat berdiri di depan gang.


In Ho yang kesakitan melihat sosok Jung yang tengah memandangnya namun kemudian berlalu meninggalkan In Ho sendirian.

In Ho tergeletak di RS. Ayah Jung meminta maaf pada In Ho. Dia mengatakan bahwa dia hanya ingin In Ho menjadi saudara Jung.



In Ho mendatangi Jung di rumah. “Ini tidak benar kan? Bukan kau pelakunya?” tanya In Ho. “Apa yang bisa kukatakan untuk membuat pikiranmu tenang?” kata Jung. in Ho bertanya lagi apakah itu Jung. In Ho bertanya “apakah benar bukan kau pelakunya?” “Tentu saja bukan” kata Jung. “Kaulah yang melakukannya bukan aku” kata Jung.



In Ho menarik kerah baju Jung. Dia bertanya mengapa Jung melakukannya. “Mengapa seseorang iri pada apa yang bukan miliknya? Mereka salah mengira jika apa yang menjadi milik seseorang adalah miliknya. Dan kemudian kehilangan apa yang menjadi miliknya” kata Jung. “apakah kau melakukan ini karena kau benci ide pengadopsian kami? Hanya karena itu?” tanya In Ho berteriak. Jung bangkit dari tempat duduknya. “Pikirkan apa yang ingin kau pikirkan” kata Jung kemudian pergi meninggalkan In Ho yang terisak dalam kesal dan sedih.



“Baek In Ho” panggil In Ha pada In Ho yang pergi keluar dari rumah. In Ha bertanya kemana In Ho akan pergi. In Ho menjawab tidak tahu dan meminta In Ha untuk tidak menunggunya. “Baik pergilah. Kau selalu seperti ini. Aku pasti sudah lupa. Bahwa kau tipe orang yang akan menelantarkanku kapanpun kau mau. Pergilah. Kau sebaiknya pergi dan jangan kembali. Aku akan baik-baik saja” In Ha menatap sedih “Coba saja kembali aku tidak akan menerimamu” kata In Ha. In Ho berjalan pergi menembus malam.


Sementara In Ha yang sudah berada di pintu gerbang menengok memastikan apakah In Ho sudah pergi. Dia melangkah dan melongok kalau-kalau In Ho kembali. Namun In Ho tidak kembali.


Kembali ke masa kini. In Ho nampak menyadari maksud kata-kata In Ha bahwa In Ho yang jahat bukan Jung. In Ho meninggalkan In Ha begitu saja padahal In Ho satu-satunya keluarga In Ha. Dan Jung lah yang selama ini merawat In Ha dan menemani In Ha. In Ho meninggalkan rumah dan dia berlari ke suatu tempat.

Jung mengantar Seol hingga ke depan gedung apartemennya. Jung memanggil Seol namun Seol lansung berpamitan keluar dari mobil. Jung ikut keluar dari mobil, namun Seol tampak marah dan tidak mempedulikannya. Seol buru-buru masuk ke dalam gedung, sementara Jung hanya bisa memandang Seol yang meninggalkannya tanpa bisa mencegahnya.


In Ho mengirim pesan untuk Jung minta bertemu. In Ho nampak tengah menunggu Jung di taman kota. Begitu melihat Jung datang, In Ho langsung menarik kerah bajunya dan bertanya “Apa yang kau lakukan pada Baek In Ha?” Jung tersenyum kecut “Aku rasa dia tidak bisa menunggu dan membuka mulutnya” Jung melepaskan cengkeraman In Ho dan melanjutkan “Berlaku seperti korban saat dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Aku muak dan lelah akan itu” kata Jung. In Ho tidak bisa berkata-kata. “Berapa lama kau akan bergantung pada Seol? Sepertinya kau sengaja melakukannya untuk membuatku marah. Tapi apakah itu tidak membuatmu kelihatan menyedihkan” In Ho tercengang. “Sadarlah dan pikirkan masa depanmu”.

“Aku…biarkan aku meminta sesuatu darimu” kata In Ho. Jung melihat dengan bertanyaa-tanya. “Biarkan aku memukulmu hanya sekali ini saja” kata In Ho. “Aku sungguh ingin memukulmu. Satu perkelahian, pria dengan pria. Bagaimana?” tanya In Ho. Jung tersenyum menantang “Kedengarannya bagus” kata Jung. In Ho maju memukul wajah Jung. Saat akan kembali memukul, Jung menghindar dan balas memukul. Mereka saling menendang hingga jatuh.


“Baiklah coba saling membunuh malam ini kau anak kurang ajar. Malam ini terdengar bagus brengsek. Ayo coba membunuhmu” In Ho menyerang Jung dan Jung berusaha menghindar. Mereka kembali saling memukul. In Ho menyeruduk Jung hingga mereka berdua sama-sama jatuh ke tanah. “Aku bersabar padamu untuk waktu yang lama” kata Jung sambil mendorong In Ho “Omong kosong apa yang kaukatakan” kata In Ho sambil mendorong Jung hingga terjatuh. In Ho bergerak hendak menendang Jung, namun Jung menangkap kaki In Ho dan menjatuhkannya ke tanah.


Jung bangkit berjalan ke arah In Ho. Jung meraih kerah baju In ho menyuruhnya bangun. In Ho melepaskan cengkraman Jung dan menendangnya hingga Jung terjatuh. Mereka sama-sama kesakitan dan berusaha bangun. “Wow, bagaimana seseorang yang cukup baik berkelahi menahan diri begitu lama? Kau seharusnya menunjukkan dirimu yang sebenarnya dasar muka dua sialan. Jika kau melakukannya dulu persahabatan kita tidak mungkin menjadi begini buruk” kata In Ho. “Menyalahkan aku lagi?” kata Jung dengan terengah-engah. “Si brengsek ini kerap berakting seperti korban ketika iri pada…” kata Jung, “Bagaimana denganmu?” tanya In Ho. In Ho mengecam Jung yang menggunakan orang lain saat dirinya merasa terganggu. Mengirim penguntit ke kereta. Dan mengirim orang untuk menyingkirkan si penguntit. “Inikah caramu melindungi bulu anjing?” kata In Ho. Jung bangun dan berkata “Diam kau! Aku akan menanganinya” kata Jung.


“Tapi tetap saja” kata In Ho. “Aku pikir perasaanmu pada bulu anjing tulus. Apakah kau tahu apa itu menyukai seseorang anak brengsek!” kata In Ho. Jung menghampiri dan mencengkeram kerah baju In Ho dengan penuh amarah “Apa itu masalah untukmu?” tanya Jung. In Ho memnadang Jung dan berkata “Karena aku menyukai bulu anjing” kata In Ho. Jung terkejut dengan pengakuan In Ho, dia menatap In Ho tajam. “Ini masalah untukku karena aku menyukai bulu anjing, kau sialan” kata In Ho menegaskan. In Ho tertawa getir dan Jung terlihat emosi. “Baik. Ini yang terbaik yang kau bisa. Kau berakting menjadi teman yang baik namun menusuk orang dari belakang!” kata Jung sambil memukul wajah In Ho.

In Ho tertawa pahit. “Siapa yang lebih dulu menusuk dari belakang? Ah ini tidak termasuk menusuk dari belakang kan?” tanya In Ho sambil menunjukkan tangannya yang pernah terluka. Mereka kembali berkelahi. “Menjauh dari Seol!” kata Jung. “Siapa bilang” kata In Ho seraya menendang kaki Jung. Namun Jung menarik In Ho sehingga mereka berdua sama-sama terjatuh dan terbaring di tanah. Mereka sama-sama kesakitan.


Mereka berbaring menarik nafas. Lelah berkelahi. “Jadi apa yang bisa kau lakukan untuk Seol?” tanya Jung pada In Ho. “Hidupmu sudah cukup menyedihkan” kata Jung. “Jadi katakan padaku sialan. Seperti apa yang kau lakukan padaku, bisakah kau menjamin tidak akan melakukannya pada bulu anjing?” tanya In Ho. “Kau percaya diri akan hal itu brengsek?” tanya In Ho lagi. “Brengsek sepertimu akan menunjukkan wajah asli suatu saat. Bahkan seseorang sepertiku tahu itu. Kau pikir bulu anjing tidak akan mengetahuinya? Sembunyikan apa yang perlu disembunyikan brengsek” kata In Ho. “Kau alasan mengapa hidup seseorang hancur. Seseorang yang harusnya menjahu dari bulu anjing. Bukan aku tapi kau brengsek” kata In Ho sambil menendang Jung dari samping. “Kau brengsek!” kata Jung sambil balas menendang hingga In Ho terguling ke samping.

In Ho kesal dan menyerang Jung. Dia mencengkram kerah Jung dan menghimpit tubuh Jung yang masih tergeletak di lantai. Mereka berguling ke sana sini saling menindih.


Seol melamun di kamarnya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi karena ada pesan masuk. Jung mengirim pesan meminta Seol untuk keluar karena dia menunggu di depan rumah. Seol merasa heran, namun segera bangun dari kasurnya untuk keluar.


Seol berjalan keluar. Dia melihat Jung dan memanggilnya. Jung yang tengah berdiri di samping mobil menengok ke arah Seol.



Seol terkejut melihat wajah Jung yang babak belur. “Senior! Apa yang terjadi padamu? ada apa dengan wajahmu? Siapa yang melakukan ini padamu? “ Seol memberondong Jung dengan berbagai pertanyaan.

Jung menatap Seol kemudian mendekatkan tubuhnya ke Seol lalu memeluknya.


Seol membawa Jung ke toko. Seol mengobati wajah Jung yang terluka. Jung nampak seperti anak kecil yang kesakitan saat lukanya diobati. Seol bertanya apakah sakit. “Lihat wajahmu. Bagaimana kau bisa bekerja besok?” tanya Seol memarahi Jung.



“Kau berkelahi dengan Baek In Ho kan?” tanya Seol lagi. Jung menjawab pelan “Dia yang memulai”. Seol tersenyum sinis “Jadi kau hanya setuju dan berkelahi dengannya?” tanya Seol. “Ya” kata Jung. Seol memandang Jung yang lansung tidak berani menatapnya.


“Kalian berdua biasa bertengkar dengan kata-kata.tapi sekarang kalian menggunakan tinju. Kenapa? Ada apa?” tanya Seol ingin tahu. “Katakanlah ini tentang tangan Baek In Ho. Tapi mengapa kau melakukannya?” tanya Seol. “Maaf” kata Jung. “Masih berkelahi karena sesuatu yang terjadi di sekolah menengah, sejujurnya aku tak mengerti. Kau bukan tipe yang akan terlibat perkelahian. Mengapa kau sangat membenci Baek In Ho?” Jung terdiam.



Lima tahun yang lalu, In Ho tengah mengikuti kompetisi piano. Nampak In Ha dan ayah Jung datang melihat. Di tempat lain Jung menonton konser pianis favorit In Ho. Di ruang rias, Jung meminta tanda tangan Daniel di sebuah CD (yang nantinya Jung berikan ke Yoong Soo) setelah selesai Jung meminta Daniel untuk menandatangani buku yang berisi score yang dimainkan Daniel. Daniel memuji kerapihan dan kelengkapan buku tersebut. Daniel bertanya kepada siapa dia harus menandatanganinya. Jung menyebut nama In Ho. Daniel menulis ‘Untuk Baek In Ho’ di sampul buku tersebut lalu menandatanganinya. Kemudian dia yang mengira Jung adalah fans beratnya memberikan buku itu dan berterima kasih.


In Ho yang baru selesai bermain berpapasan dengan Yoong Soon di belakang panggung. Dengan wajah ceria In Ho mengatakan bahwa permainannya tadi bagus . Yoong Soon bertanya mengenai kehadiran direktur (ayah Jung). “Dia datang untuk melihatku malam ini” kata In Ho dengan bangga. “Dia datang meski aku mengatakan tidak usah” katanya lagi. Yoong Soo bertanya mengapa In Ho bisa menjadi teman akrab dengan Jung. “Kenapa kau juga mau menjadi teman akrabnya?” tanya In Ho. “Karena direktur adalah sponsormu?” tanya In Ho.


Jung menuruni tangga dengan riang. Dia memegang buku music yang sudah ditandatangani Daniel. “Bermimpilah” kata In Ho. Jung melihat In Ho dan Yoong Soo. “Dia mungkin tersenyum padamu, namun didalam hatinya dia benci orang sepertimu” kata In Ho. “ Yoo Jung berasal dari keluarga berada. Dia popular dan juga murid yang pintar. Semua orang iri padanya” kata Yoong Soo.


“Apakah itu sesuatu yang patut diidamkan? Itu pasti karena kau tidak bergaul dengannya. Dia pria yang menyedihkan jika kau mengenalnya. Apa bagusnya jika keluargamu kaya? Jung tidak punya mimpi dan dia tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan. Karena itulah semua hal sangat mudah baginya. Aku mungkin satu-satunya yang mengerti dia. Dia benar-benar pria yang menyedihkan. Ngomong-ngomong jangan gugup dan lakukan penampilan terbaik. Berjuang!” kata In Ho.


In Ho meninggalkan Yoong Soo dan berjalan menuruni tangga untuk pergi ke ruang ganti. In Ho tidak menyadari Jung bersembunyi di balik dinding. Wajah Jung terlihat terpukul dan sedih.



Jung memandang buku music dan CD yang ada di genggamannya. Jung tersenyum pahit. Kemudian saat makan malam bersama, Jung dikejutkan dengan pengumuman dari ayah mengenai adopsi Baek bersaudara. Jung memandang In Ho dengan getir dia melihat wajah In Ho yang senang dan kemudian menatapnya dengan bahagia. Di depan In Ho Jung tersenyum.



Saat Jung hendak menemui ayah di ruang kerjanya. Jung mendengar ayah tengah bicara dengan ibu di telepon. Ayah menegaskan bahwa dia sudah berjanji pada dr Baek akan menjaga cucunya dengan baik dan bertanya mengapa ibu tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. Ayah juga bertanya bagaimana seseorang yang sudah menelantarkan anaknya sendiri ikut campur dalam hal pengadopsian.


“Jung tidak akan menentangnya. Tak ada alasan bagi dia menentangnya” kata ayah. Ayah nampak mendengar ibu berbicara di telepon. “Apa? tetap mengawasi? Bagaimana itu disebut mengawasinya? Kau tahu bagaimana Jung. Ini bukan berarti aku berpikir Jung aneh, tapi jika dia pergi dengan keinginannya sendiri dia selalu membuat masalah dengan hubungan pribadi. Jika seseorang tidak disampingnya menjaganya. Dia tidak bisa bertahan sendiri. Karena itu dia butuh saudara. Lagipula aku membuat keputusan ini demi kebaikan Jung. Aku akan mengurus proses adopsi anak-anak. Jadi jangan mengurusi hal ini lagi” kata ayah. “Itu dimulai sejak hari itu” kata Jung.

Kembali ke masa kini. “Aku tidak membenci ide mengadopsi mereka. Mengagetkan tapi aku bisa menerimanya. Tapi, seseorang yang kupikir temanku. Bahwa mereka mengawasiku. Sangat berat melupakannya. Ayah tahu semua, tentu saja dia selalu mengawasi kami. Dia selalu meletakkan tangannya di bahukudan berkata ‘Sabarlah. Jangan serakah. Harus memberi pada yang lain’ seperti aku dimarahi karena telah melakukan kesalahan” kata Jung. Seol terlihat ikut prihatin. “Apakah penampilanku benar-benar aneh?” tanya Jung. Jung melihat ke arah Seol. “Apakah aku benar-benar terlihat aneh bagimu?”





Seol membuka tangannya dan mendekat kepada Jung. Dia melingkarkan tangannya ke tubuh Jung. “Senior” kata Seol dengan lembut. “Kita benar-benar tidak akrab sejak awal kan? Kita saling membenci dan memperlakukan satu sama lain seperti orang aneh. Tapi jika aku pikirkan tentang itu sekarang, kita tidak aneh. Tapi aku pikir kita berbeda. Kau seperti ini dan aku seperti itu. Hanya….orang yang berbeda. Aku sering mendengar bahwa aku orang yang sensitive dan membuat frustasi orang di sekelilingku. Jadi aku selalu mengkhawatirkan hal itu. Tapi keputusanku ‘hanya inilah diriku’ aku mungkin tidak terlalu tulus. Tapi kau, senior…aku tidak berpikir kau memiliki banyak kesempatan untuk jujur dengan orang-orang. Kau pasti sangat kesepian” kata Seol.



“Jangan menghadapi hal yang berat sendirian mulai saat ini. kita akan melaluinya bersama. Aku benar-benar ingin mengenalmu” kata Seol. “Aku takut” kata Jung. “Bahwa kau akan meninggalkanku jika kau tahu siapa aku yang sesungguhnya” kata Jung.


Seol melepaskan pelukannya dan menatap Jung. Seol meletakkan tangannya dia atas tangan Jung dan meremasnya perlahan. “Aku…sangat menyukai senior. Lebih banyak dari sebelumnya".


Jung meletakkan tangannya di atas tangan Seol. “Kau berbeda dari semua orang sejak awal Seol. Kau selalu mengamatiku. Dan itu terlihat jelas kapanku kau tidak menyukai sesuatu. Ini mungkin terdengar lucu namun aku selalu menemukan itu membantu. Tak peduli seberapa kecil mereka untukmu. Itu mungkin karena kau takut padaku. Takut bahwa kau mungkin akan membuatku marah. Aku tidak suka itu. Tapi sekarang tidak seperti itu lagi. Sekarang…aku takut kau mungkin akan meninggalkanku. Aku juga sangat menyukaimu” kata Jung.



Seol nampak tersenyum senang. “Amat sangat” kata Jung menambahkan. “Aku menyukaimu” kata Jung sambil tersenyum lembut. Mereka saling memeluk dengan erat. Rona bahagia terpancar dari wajah Seol.


Di luar toko, nampak In Ho berdiri mematung. Dia melihat mobil Jung terparkir di depan toko dan dia tahu di dalam Jung pasti tengah bersama dengan Seol. In Ho berjalan meninggalkan tempat dia berdiri dan menggumam pada dirinya sendiri “Ah..ini menyakitkan” “Ah ini dingin, dingin!”


Komentar

Kebenaran memang menyakitkan namun jika disembunyikan akan menambah saki orang yang mengalaminya. Terkadang jujur lebih baik daripada menyembunyikannya dan membuat diri sendiri frustasi. Jung tidak pernah jujur pada In Ho mengenai apa yang mengganggunya. Sehingga In Ho salah kira dan menyangka Jung membencinya karena tidak ingin dia menjadi saudara Jung.

Seol membuka pikiran Jung untuk lebih terbuka dan jujur. Baik atau buruk kelakuan Jung, bagi Seol Jung adalah pria yang dia sukai. Bukankah menjalin hubungan tidak hanya menerima kelebihan pasangan? Namun juga kekurangannya. Seol memilih kata “berbeda” dibanding “Aneh” sangatlah bijak. Jung beruntung bertemu dengan Seol yang pengertian, hangat dan berpikir terbuka. Meski awalnya Seol tidak menyukai Jung karena berpikir Jung menakutkan namun Seol juga menyadari bahwa bagi orang lainpun dia bukan sosok menyenangkan. Dan bukankah kita juga sering menganggap orang lain aneh hanya karena dia berbeda dengan kita? Tanpa kita sadari mungkin ada orang lain yang justru mengira kitalah yang aneh. Menerima kekurangan dan kelebihan orang lain tidaklah mudah, tapi jika kita memahami dan saling memaklumi hal itu menjadi indah.

Yang hingga saat ini masih menjadi sandungan adalah bapak Jung. Hanya karena prof Baek memberi analisis mengenai Jung, ayah Jung begitu saja mempercayainya dan memperlakukan Jung seakan Jung adalah ‘pasien’ yang harus dirawat dan diawasi. Padahal dengan kasih sayang dan perhatian yang hangat dari orang tua, penyakit apapun bisa disembuhkan

BERSAMBUNG KE || SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 13 Part 1

Posting Komentar untuk "SINOPSIS DRAMA KOREA Cheese In The Trap Episode 12 Part 2"