SINOPSIS Gangaa SCTV Episode 7 (Lengkap)
Baru Sinopsis. #Sinopsis Serial India Gangaa Episode 7 Versi StasiunTV ANDTV India
Gangga tengah makan ketika Sagar mengambil piringnya. “Makan nanti saja”. Gangga ingat masa lalu saat dia marah pada Munakka karena merusak bonekanya. “Aku akan mematahkan tangan dan kakinya” Ayahnya menghentikannya. “Apakah aku mengajarimu ini? Alasan Munaka melakukannya karena dia adalah anak dari sarpanch. Dia bahkan bersikap seperti bos dengan para gadis. “Aku akan menunjukkan padanya bahwa aku seorang gadis tapi aku tidak lemah”. Ayahnya menjelaskan kalau itu memperburuk mereka juga. Salah sat u yang memiliki otak (pintar) adalah yang terkuat. Yang tidak pintar berarti tidak kuat.“Belajarlah mengontrol emosimu. Pikirkan hal yang hilang bukanlah milikmu. Belajarlah untuk menilai apa yang kau miliki. Aku tidak mengatakan kau harus menyerah di depan ketidakadilan tapi sangat penting untuk mengetahui kapan memperjuangkan kembali dan bagaimana. Itu yang membantu kita menang”. Flashback berakhir.
Sagar meminta Gangga untuk bermain bersamanya dan dia bersedia. Maharaj membantunya membersihkan tangannya. Sagar menunggu dengan tidak sabar. Ibu Niranjan melihat mereka bermain dari atas tangga. Dia bertepuk tangan untuk cucunya jika berhasil memukul bola. Gangga menggulirkan bola dan memainkannya dengan baik. Madhvi ikut bergabung dengan ibu mertuanya. Sagar memukul bola tinggi. Ibunya khawatir Gangga mungkin menangkapnya namun dia menjatuhkan bola dengan sengaja. Gangga diam-diam tersenyum. Sagar mengira dia mungkin merasa sedih. Dia memuji Gangga dengan mengatakan Gangga juga pemain yang baik. Madhvi sangat senang melihat putranya bahagia. Sagar senang dengan Gangga yang berdiri. Ibu mertuanya menggangguk. “Dia akan segera bosan dalam beberapa hari sama seperti seseorang yang bosan dengan mainan barunya. Dia sendiri yang akan meminta Gangga pergi”.
Sagar membuat keluar bola selanjutnya. Dia marah pada Gangga dan nenek dan ibunya mengintip dari balkon. Gangga ingat kejadian lalu saat Sagar mengatakan pada temannya bahwa dia tidak keluar, itu bukan bola. Dia dengan cerdik mengatakan hal yang sama. “Aku tidak menjatuhkannya, bola itu jatuh dari tanganku. Sagar setuju. Dia juga mengoreksi bahasa inggris Gangga. Gangga kemudian melihat Madhvi yang berada di atas. Madhvi tak sengaja menjatuhkan kalungnya. Gangga melihatnya. Pelayan juga menyuruh Gangga melempar bola. Gangga memungut kalung membuat iri si pelayan. “Aku baru saja ingin memungutnya”. Madhvi mencari perhiasannya. Dia senang Gangga menemukannya. Gangga berlari ke atas untuk memberikannya pada Madhvi. Pelayan mengira bagaimana Gangga dapat tinggal di rumah Chatuverdi segera setelah samapai di Banaras. “Aku tahu dia berusaha menyenangkan Madhvi sehingga bisa tetap tinggal di sini”.
Pulkit kembali ke rumah. Dia melihat berkeliling dengan hati-hati memastikan tak ada yang memperhatikan sehingga dia dapat ke kamarnya dengan tenang. Pertama Maharaj Ji dan kemudian ibunya memergokinya. Dia menyuruh putranya ke atas untuk berganti pakaian. Kita akan makan bersama seperti yang ayahmu minta. Sagar bertemu dengan Pulkit dan membawanya untuk melihat mainan barunya. Pulkit bersembunyi saat mendengar suara ayahnya. Dia menyebut ayahnya Hitler. Sagar memamerkan Gangga. “Dia belajar kriket sendiri”. Pulkit mengatakan bahwa Gangga adalah seorang gadis namun Sagar memanggil Gangga sebagai mainan baru yang terbaik sejauh ini.
“Dia bermain kriket denganku lebih baik dari para anak lelaki, dan tidak pernah bilang aku keluar. Jika aku keluar dia akan bilang tidak ada bola”. Pulkit bertanya tentang gadis itu. “Siapa dia dan darimana asalnya?” sagar tidak tahu tentang hal tersebut namun dia mengajak kakaknya mengikutinya. Sagar menarik rambut Gangga, menyuruhnya untuk tersenyum. Gangga kesakitan. Pulkit menahan Sagar. “Kau mengganggunya. Dia bukan mainan tapi manusia. Kau akan kesakitan jika seseorang menarik rambutmu kan? Dia juga demikian merasakan sakit. Dia pasti merasa buruk.” Gangga senang melihat Pulkit membelanya. Sagar menyanggah namun Pulkit tidak ingin mendengar apapun. Sagar mengulangi kata-kata neneknya. “Aku mendapat mainan baru”. Pulkit yakin Gangga akan mengatakan itu setelah melihat senyum di wajahnya. Dia dapat melakukan segalanya untuk melihat cucunya bahagia. Madhvi memanggil putranya sehingga Sagar pergi. pulkit dan Gangga saling bertukar senyum.
Gangga melihat mereka makan bersama dari atas tangga. Madhvi menyajikan makanan kepada mereka. Sagar bertanya pada Pulkit tentang Hitler. Pulkit menutup mulutnya. Niranjan memberitahu mereka berdua untuk tidak berbicara berdua saja ketika mereka makan bersama. Sagar memberitahunya. Niranjan menjelaskan soal Adolf Hitler, mendengarnya Madhvi dan Pulkit menyembunyikan senyum mereka. “Mereka yang memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang pikirkan tidak bolah diampuni. Aku tidak akan mengampuninya jika dia datang ke pengadilan”. Niranjan menanyakan pada Pulkit tentang hal tersebut (mengapa bertanya soal Hitler). Sagar mengalihkan perhatian kakaknya dengan teka teki hariannya. Pulkit menanyakan teka teki. Sagar mulai berpikir. Gangga memberikan jawaban yang tepat. Semua orang kagum padanya. Pulkit memanggilnya turun untuk mengambil hadiah permen yang dia siapkan. Sagar memberi tepukan tangan pada Gangga. “Kau harus selalu satu tim denganku”. Pulkit memberi permen dan Gangga segera berlari dengan senang. Niranjan terlihat berpikir.
Gangga mengunyah permen di sudut lain. Niranjan bertanya pada Maharaj apakah sudah memberinya makan. Maharaj mengatakan bahwa dia sudah memberi Gangga makan. Niranjan mengangguk. Madhvi membawa susu untuk anak-anak dan the hijau untuk suaminya. Raghav Ji datang. Madhvi menawarkan makanan namun dia menolak dengan sopan. Raghav memanggil Niranjan ke sebelah. “Aku telah menemukan sesuatu tentang Gangga. Dia berasal dari desa Chandrapur. Ibunya meninggal beberapa waktu yang lalu. Dia kehilangan ayahnya pada kerusuhan di jembatan hari itu. Dia tidak memiliki siapa pun. Dia sendirian. Ayah mertuanya melaporkan namanya dalam daftar orang yang meninggal untuk menyingkirkannya”. Pulkit yang mendengar pembicaraan itu sangat terkejut. Niranjan merasa buruk kepada Gangga. “Banyak rumah hancur di kerusuhan hari itu. Banyak anak-anak menjadi yatim piatu. Raghav mengatakan bahwa kondisi sangat buruk. Pemerintah hanya memberi jumlah orang yang meninggal.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka telah melakukan upacara pelepasan untuk semua orang. Padahal kenyataannya masih banyak mayat di dekat jembatan. Orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya masih mencari orang yang mereka sayangidan mengakui mayat-mayat tersebut dengan harapan orang yang mereka sayangi masih hidup. Niranjan membawanya ke kantor untuk mendiskusikan sesuatu. Gangga juga mendengar percakapan mereka dari jauh.
Ibu Niranjan memasak makanan untuk dirinya sendiri di kamarnya. Gangga memeperhatikannya. Maharaj menyuruhnya untk mengikutinya. Dia menyiapkan matras untuk Gangga di dekat tangga dan memberinya seprai, selimut dan bantal untuk tidur. “Aku tidur di dapur namun tidak menyiapakan makanan sebelum mandi. Jangan menyentuh apapun dan jangan mengintip kamar nyonya. Dia makan di kamar nya dan makanannya berbeda dengan yang kita makan.” Gangga ingin tahu kenapa . Maharaj mengatakan bahwa nenek seorang janda. Hal tersebut telah tertulis di kitab. Aku pergi ke sana lebih dulu dan kemudian orang lain pergi. aku tidak dapat menunggu di pagi hari Gangga tersenyum. Maharaj pergi.
Madhvi memperhatikan Sagar mengawasi Gangga. “Bagaiman jika dia pergi saat aku tertidur?” Madhvi meyakinkannya bahwa “Gangga tidak akan pergi kemana-mana. Dia akan tetap tinggal di sini bersama kita. Ayo kau bisa terlambat masuk sekolah besok”. Sagar pergi bersama ibunya.
Gangga merindukan ayahnya. Ayah selalu mengusap kepalanya suoaya dia tertidur. Dia melihat kesekeliling dengan airmata. Biasanya ayah membuatnya tidur di pelukannya. Saat mereka bersama melihat bintang-bintang. Dia menyuruhnya untuk tidur sehingga dia bisa bermimpi. Ini sangat penting. Kehidupan berhenti tanpa bermimpi sehingga kau harus melihat mimpi karena itu kau harus tidur.” Gangga melindungi kepalanya dengan tangannya dan menutup matanya saat memikirkan kata-kata ayah.
Precap: Madhvi mencari liontinnya namun tidak dapat menemukannya. Aku hanya meletakkannya di meja semalam. Ibu mertuanya memarahinya. Jika para pelayan penasaran. Gangga, itukah mengapa kau menghilang? Nenek setuju. Sepertinya si gadis melarikan diri aku pikir dia sudah mencuri dan dia pergi karena sadar dia pasti akan tertangkap
Gangga tengah makan ketika Sagar mengambil piringnya. “Makan nanti saja”. Gangga ingat masa lalu saat dia marah pada Munakka karena merusak bonekanya. “Aku akan mematahkan tangan dan kakinya” Ayahnya menghentikannya. “Apakah aku mengajarimu ini? Alasan Munaka melakukannya karena dia adalah anak dari sarpanch. Dia bahkan bersikap seperti bos dengan para gadis. “Aku akan menunjukkan padanya bahwa aku seorang gadis tapi aku tidak lemah”. Ayahnya menjelaskan kalau itu memperburuk mereka juga. Salah sat u yang memiliki otak (pintar) adalah yang terkuat. Yang tidak pintar berarti tidak kuat.“Belajarlah mengontrol emosimu. Pikirkan hal yang hilang bukanlah milikmu. Belajarlah untuk menilai apa yang kau miliki. Aku tidak mengatakan kau harus menyerah di depan ketidakadilan tapi sangat penting untuk mengetahui kapan memperjuangkan kembali dan bagaimana. Itu yang membantu kita menang”. Flashback berakhir.
Sagar meminta Gangga untuk bermain bersamanya dan dia bersedia. Maharaj membantunya membersihkan tangannya. Sagar menunggu dengan tidak sabar. Ibu Niranjan melihat mereka bermain dari atas tangga. Dia bertepuk tangan untuk cucunya jika berhasil memukul bola. Gangga menggulirkan bola dan memainkannya dengan baik. Madhvi ikut bergabung dengan ibu mertuanya. Sagar memukul bola tinggi. Ibunya khawatir Gangga mungkin menangkapnya namun dia menjatuhkan bola dengan sengaja. Gangga diam-diam tersenyum. Sagar mengira dia mungkin merasa sedih. Dia memuji Gangga dengan mengatakan Gangga juga pemain yang baik. Madhvi sangat senang melihat putranya bahagia. Sagar senang dengan Gangga yang berdiri. Ibu mertuanya menggangguk. “Dia akan segera bosan dalam beberapa hari sama seperti seseorang yang bosan dengan mainan barunya. Dia sendiri yang akan meminta Gangga pergi”.
Sagar membuat keluar bola selanjutnya. Dia marah pada Gangga dan nenek dan ibunya mengintip dari balkon. Gangga ingat kejadian lalu saat Sagar mengatakan pada temannya bahwa dia tidak keluar, itu bukan bola. Dia dengan cerdik mengatakan hal yang sama. “Aku tidak menjatuhkannya, bola itu jatuh dari tanganku. Sagar setuju. Dia juga mengoreksi bahasa inggris Gangga. Gangga kemudian melihat Madhvi yang berada di atas. Madhvi tak sengaja menjatuhkan kalungnya. Gangga melihatnya. Pelayan juga menyuruh Gangga melempar bola. Gangga memungut kalung membuat iri si pelayan. “Aku baru saja ingin memungutnya”. Madhvi mencari perhiasannya. Dia senang Gangga menemukannya. Gangga berlari ke atas untuk memberikannya pada Madhvi. Pelayan mengira bagaimana Gangga dapat tinggal di rumah Chatuverdi segera setelah samapai di Banaras. “Aku tahu dia berusaha menyenangkan Madhvi sehingga bisa tetap tinggal di sini”.
Pulkit kembali ke rumah. Dia melihat berkeliling dengan hati-hati memastikan tak ada yang memperhatikan sehingga dia dapat ke kamarnya dengan tenang. Pertama Maharaj Ji dan kemudian ibunya memergokinya. Dia menyuruh putranya ke atas untuk berganti pakaian. Kita akan makan bersama seperti yang ayahmu minta. Sagar bertemu dengan Pulkit dan membawanya untuk melihat mainan barunya. Pulkit bersembunyi saat mendengar suara ayahnya. Dia menyebut ayahnya Hitler. Sagar memamerkan Gangga. “Dia belajar kriket sendiri”. Pulkit mengatakan bahwa Gangga adalah seorang gadis namun Sagar memanggil Gangga sebagai mainan baru yang terbaik sejauh ini.
“Dia bermain kriket denganku lebih baik dari para anak lelaki, dan tidak pernah bilang aku keluar. Jika aku keluar dia akan bilang tidak ada bola”. Pulkit bertanya tentang gadis itu. “Siapa dia dan darimana asalnya?” sagar tidak tahu tentang hal tersebut namun dia mengajak kakaknya mengikutinya. Sagar menarik rambut Gangga, menyuruhnya untuk tersenyum. Gangga kesakitan. Pulkit menahan Sagar. “Kau mengganggunya. Dia bukan mainan tapi manusia. Kau akan kesakitan jika seseorang menarik rambutmu kan? Dia juga demikian merasakan sakit. Dia pasti merasa buruk.” Gangga senang melihat Pulkit membelanya. Sagar menyanggah namun Pulkit tidak ingin mendengar apapun. Sagar mengulangi kata-kata neneknya. “Aku mendapat mainan baru”. Pulkit yakin Gangga akan mengatakan itu setelah melihat senyum di wajahnya. Dia dapat melakukan segalanya untuk melihat cucunya bahagia. Madhvi memanggil putranya sehingga Sagar pergi. pulkit dan Gangga saling bertukar senyum.
Gangga melihat mereka makan bersama dari atas tangga. Madhvi menyajikan makanan kepada mereka. Sagar bertanya pada Pulkit tentang Hitler. Pulkit menutup mulutnya. Niranjan memberitahu mereka berdua untuk tidak berbicara berdua saja ketika mereka makan bersama. Sagar memberitahunya. Niranjan menjelaskan soal Adolf Hitler, mendengarnya Madhvi dan Pulkit menyembunyikan senyum mereka. “Mereka yang memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang pikirkan tidak bolah diampuni. Aku tidak akan mengampuninya jika dia datang ke pengadilan”. Niranjan menanyakan pada Pulkit tentang hal tersebut (mengapa bertanya soal Hitler). Sagar mengalihkan perhatian kakaknya dengan teka teki hariannya. Pulkit menanyakan teka teki. Sagar mulai berpikir. Gangga memberikan jawaban yang tepat. Semua orang kagum padanya. Pulkit memanggilnya turun untuk mengambil hadiah permen yang dia siapkan. Sagar memberi tepukan tangan pada Gangga. “Kau harus selalu satu tim denganku”. Pulkit memberi permen dan Gangga segera berlari dengan senang. Niranjan terlihat berpikir.
Gangga mengunyah permen di sudut lain. Niranjan bertanya pada Maharaj apakah sudah memberinya makan. Maharaj mengatakan bahwa dia sudah memberi Gangga makan. Niranjan mengangguk. Madhvi membawa susu untuk anak-anak dan the hijau untuk suaminya. Raghav Ji datang. Madhvi menawarkan makanan namun dia menolak dengan sopan. Raghav memanggil Niranjan ke sebelah. “Aku telah menemukan sesuatu tentang Gangga. Dia berasal dari desa Chandrapur. Ibunya meninggal beberapa waktu yang lalu. Dia kehilangan ayahnya pada kerusuhan di jembatan hari itu. Dia tidak memiliki siapa pun. Dia sendirian. Ayah mertuanya melaporkan namanya dalam daftar orang yang meninggal untuk menyingkirkannya”. Pulkit yang mendengar pembicaraan itu sangat terkejut. Niranjan merasa buruk kepada Gangga. “Banyak rumah hancur di kerusuhan hari itu. Banyak anak-anak menjadi yatim piatu. Raghav mengatakan bahwa kondisi sangat buruk. Pemerintah hanya memberi jumlah orang yang meninggal.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka telah melakukan upacara pelepasan untuk semua orang. Padahal kenyataannya masih banyak mayat di dekat jembatan. Orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya masih mencari orang yang mereka sayangidan mengakui mayat-mayat tersebut dengan harapan orang yang mereka sayangi masih hidup. Niranjan membawanya ke kantor untuk mendiskusikan sesuatu. Gangga juga mendengar percakapan mereka dari jauh.
Ibu Niranjan memasak makanan untuk dirinya sendiri di kamarnya. Gangga memeperhatikannya. Maharaj menyuruhnya untk mengikutinya. Dia menyiapkan matras untuk Gangga di dekat tangga dan memberinya seprai, selimut dan bantal untuk tidur. “Aku tidur di dapur namun tidak menyiapakan makanan sebelum mandi. Jangan menyentuh apapun dan jangan mengintip kamar nyonya. Dia makan di kamar nya dan makanannya berbeda dengan yang kita makan.” Gangga ingin tahu kenapa . Maharaj mengatakan bahwa nenek seorang janda. Hal tersebut telah tertulis di kitab. Aku pergi ke sana lebih dulu dan kemudian orang lain pergi. aku tidak dapat menunggu di pagi hari Gangga tersenyum. Maharaj pergi.
Madhvi memperhatikan Sagar mengawasi Gangga. “Bagaiman jika dia pergi saat aku tertidur?” Madhvi meyakinkannya bahwa “Gangga tidak akan pergi kemana-mana. Dia akan tetap tinggal di sini bersama kita. Ayo kau bisa terlambat masuk sekolah besok”. Sagar pergi bersama ibunya.
Gangga merindukan ayahnya. Ayah selalu mengusap kepalanya suoaya dia tertidur. Dia melihat kesekeliling dengan airmata. Biasanya ayah membuatnya tidur di pelukannya. Saat mereka bersama melihat bintang-bintang. Dia menyuruhnya untuk tidur sehingga dia bisa bermimpi. Ini sangat penting. Kehidupan berhenti tanpa bermimpi sehingga kau harus melihat mimpi karena itu kau harus tidur.” Gangga melindungi kepalanya dengan tangannya dan menutup matanya saat memikirkan kata-kata ayah.
Precap: Madhvi mencari liontinnya namun tidak dapat menemukannya. Aku hanya meletakkannya di meja semalam. Ibu mertuanya memarahinya. Jika para pelayan penasaran. Gangga, itukah mengapa kau menghilang? Nenek setuju. Sepertinya si gadis melarikan diri aku pikir dia sudah mencuri dan dia pergi karena sadar dia pasti akan tertangkap
^^ Terima Kasih Telah Berkunjung
Sinopsis Inggris By Pooja
Translate Indonesia by Whatea
Posting Komentar untuk "SINOPSIS Gangaa SCTV Episode 7 (Lengkap)"